Seharusnya ia tidak singgah ke dalam kamar mandi kantor ini tadi, seharusnya ia langsung pulang ke rumahnya.
Sehingga ia tidak akan kembali berhadapan dengan laki-laki yang sangat tidak ingin Ayu lihat wajahnya saat ini.
Tapi, nasib sial yang tercipta karena kecerobohan dirinya, keleletan dirinya. Dirinya yang hampir saja keluar dari gedung, tiba-tiba tangannya di tahan oleh satpam.
Bukan hanya 1 satpam, tapi bahkan 2 satpam yang menangkap dirinya dengan Adrian yang menatap memohon padanya agar ia mengikuti laki-laki itu.
Mengikuti laki-laki itu menuju ruangan Mahesa dengan posisi Ayu yang masih di pegang kanan kiri tangannya oleh ke-2 satpam itu tanpa melepaskan tangannya sedikitpun.
Membuat Ayu saat ini, detik ini berakhir dalam ruangan Mahesa... yang sangat berantakan. Bahkan sangat-sangat berantakan.
Meja yang terkena tumpahan kopi sudah pecah berhamburan di atas lantai. Kertas-kertas, berkas semua benda yang ada di atas meja kerja Mahesa kecuali komputer sudah berserakan di bawah kaki Ayu yang sedikit gemetar saat ini.
Bagaimana tidak gemetar, tatapan yang Mahesa layangkan pada dirinya sangat tajam, dan dingin.
Dan Ayu tersentak kaget; di saat ada sesuatu yang menimpa wajahnya saat ini.
Sesuatu yang di lemparkan dengan sangat kasar oleh Mahesa, yaitu map , dan pinggiran map merah yang sudah tergeletak di atas paha Ayu melukai kulit tipis wajah Ayu tepat di kening wanita itu karena ada setitik darah sebesar mata jarum di sana.
"Buka, dan baca map itu...."Ucap Mahesa dengan nada yang sangat rendah, membuat Ayu semakin merasa takut saat ini. Lebih takut bahkan di saat laki-laki itu berteriak dan membentaknya tadi.
Dan Ayu dengan kedua kaki yang masih gemetar di bawah sana, melirik kearah Adrian yang berdiri bagai patung tepat di samping kanan Mahesa yang sedang duduk di kursi kebesarannya.
Ayu bertanya melalui tatapan matanya pada Adrian apakah ia harus membuka map ini?, dan mendapat anggukan pelan dari Adrian...
Dan kelakuan Ayu barusan yang melirik Adrian, di ketahui oleh Mahesa.
"Kamu bisa keluar Adrian...."Ucap Mahesa dengan nada suara yang masih rendah, dan Adrian langsung menuruti perintah Mahesa setelah laki-laki itu pamit dengan sopan pada Mahesa yang tidak menatap dirinya sedikitpun. Karena tatapan Mahesa saat ini sedang fokus menatap kearah wajah Ayu yang menyiratkan raut ingin membantah, dan membangkang.
"Buka dan baca berkas itu, Ayu!!!"Geram Mahesa tertahan, dan kedua tangan Mahesa mengepal erat di saat Mahesa mendapat gelengan kepala dari Ayu.
"Saya sudah mengundurkan diri. Anda tidak berhak memerintah saya lagi...."Ucap Ayu dengan seluruh sisa keberanian yang ia miliki, dan raut wajahnya menampilkan wajah serius, dan sungguh-sungguh.
Tapi, ucapan tegas Ayu malah di balas dengan tawa sinis, dan ejek dari mahesa. Entah kenapa, membuat hati Ayu sakit melihatnya.
"Perempuan bodoh. Ah, wajar kamu bodoh, SMP saja kamu tidak selesai, dan entah orang g****k mana yang sudah menerima dirimu untuk bekerja di kantroku bahkan sejak 4 tahu yang lalu...."
"Bahkan bekerja sebagai tukang bersihpun, kamu nggak layak, dan pantas. Kamu g****k, dan kantorku tidak menerima pekerja yang SMP saja tidak tamat seperti kamu..."Ucap Mahesa dengan nada dan raut yang semakin ejek membuat hati Ayu sangat sakit saat ini. Bahkan perutnya juga terasa mules, kepalanya sedikit pening.
Ejekan Mahesa barusan, mau tak mau menyeret Ayu pada kejadian masa lalu yang membuat dirinya bahkan tidak memiliki ijazah SMP.
Hatinya terasa sesak, dan penuh saat ini. Raut wajahnya menahan tangis, dan kedua air matanya dengan cepat mengumpul di pelupuk matanya, sedikit saja Ayu memejamkan matanya, air matanya akan tumpah.
Dan ekspresi sakit, dan mengenang yang terpahat di wajah Ayu di nikmati oleh Mahesa dalam diam. Tapi, jantung laki-laki itu tidak diam di salam sana. Karena dalam waktu seperkian detik, jantung Mahesa sudah berdebar dengan laju yang mengggila, dan Mahesa reflek membuang pandangannya kearah lain, di saat sekali lagi, ia merasa devaju, dan familiar dengan tatapan sakit, dan terluka yang Ayu tampilkan pada wajahnya saat ini.
Bahkan Mahesa sudah bangkit dari dudukannya dari kursi kebesarannya tanpa di sadari oleh Ayu yang sedang memutar ulang memori pahitnya di masa lalu.
"Kamu sudah terikat dengan kantorku, kamu sudah terikat denganku, terikat kerja maksudnya. Kamu tidak bisa mengundurkan diri, Ayu. Kamu tidak bisa mengundurkan diri! Kalau kamu memaksa untuk mundur dari pekerjaan ini, pekerjaan yang sudah kamu tanda tangani kontraknya selama 2 tahun, silahkan bayar denda 2 tahun sebanyak gaji yang kamu terima, ah itu pasti terlalu besar, dan kamu cukup membayar setengahnya saja kalau kamu mampu, baru kamu bisa terbebas dari kantorku, dan dariku yang sudah kamu rendahkan, dan permainkan tadi...."
"Dan kalau kamu nggak mampu membayar, kamu harus membayar denda itu dengan cara menyerahkan dirimu ke kantor polisi....."Ucap Mahesa dengan raut wajah puasnya melihat wajah kaget, dan terkejut Ayu.
Tapi, rupanya Mahesa belum puas menakuti, dan mengancam Ayu. Karena dengan senyum penuh kemenangan, dan raut wajah yang sangat puas, dan bahagia, Mahesa menayangkan tontonan di komputer yang sudah ia putar layarnya menghadap Ayu.
Menghadap Ayu yang tubuhnya sudah menegang kaku, keringat dingin membsahi keningnya saat ini.
Kepala Ayu semakin pening, dan perutnya semakin mules di saat aksi ia yang menyentuh, dan menggoda Mahesa tadi, di putar ulang dalam layar segi empat yang ada di depannya saat ini.
"Kamu mengundurkan diri dari pekerjaanmu. Video tak senonoh, dan betapa murahannya dirimu akan aku sebar, dan karena kasus ini kamu bisa mendekap lebih lama di balik jeruji besi....dan setelah video ini tersebar kamu akan di tatap hina, dan tidak akan ada yang mau memberi pekerjaan lagi pada dir--------,"
Bruk
Ucapan kejam mahesa yang menakuti, dan mengancam Ayu membuat Ayu kehilangan kesadarannya, dan tubuh Ayu langsung meluruh dengan keras menghantam lantai, dan Mahesa menatapnya bagai orang bodoh hanya melihatnya tanpa berusaha menangkap tubuh Ayu.
Tapi, Mahesa memekik di saat Mahesa melihat ada darah yang merembes mengotori tumit Ayu....
Darah apa itu?
tbc