Mahesa menatap kearah tangannya yang baru saja menampar seorang perempuan yang sedang berpelukan mesra dengan Om nya.
Di saat tangannya yang besar, dan lebar menyentuh pipi wanita yang ia teriakan dalam hatinya jalang tadi. Ia merasa puas, sangat puas tadi.
Tapi, detik ini, melihat wajah wanita itu yang shock, dan pucat pasih entah kenapa membuat hati Mahesa terasa ngilu di dalam sana, dan ia sedikit menyesal.
Tapi, tidak. Mahesa tidak jadi merasa menyesal. Jangan bodoh, dan g****k Mahesa. w***********g, dan perebut suami orang sangat pandai berlakon. Orang yang sudah memiliki isteri dan anak-anak yang menggemaskan saja, dengan mudah di pikatnya. Umpat batin Mahesa yang hampir luluh melihat raut wajah mencelus perempuan yang bernama Ayu saat ini, yang masih dalam posisi yang sama, tak bergerak sedikitpun, masih duduk di pinggiran berangkar.
Ayu... Ayu yang sedang mengelus pipinya yang terasa sangat panas, dan terbakar.
Sedangkan Dokter Arya. Laki-laki yang berusia 44 tahun itu bagai orang t***l saat ini menatap dengan tatapan terpaku kearah Mahesa dengan wajahnya yang pucat pasih.
Membuat Mahesa semakin curiga. Om nya takut karena kebobrokkannya sudah di tangkap basah oleh dirinya.
Dan apakah 3 minggu yang lalu ia bertabrakan dengan Ayu. Wanita itu datang ke rumah sakit ini untuk bertemu Om-nya.
Dan di saat wanita itu berjalan menuju toilet. Apakah... apakah wanita itu pergi membersihkan dirinya setelah pergulatan penuh dosanya dengan Om brengseknya?
Menjijikkan.... benar-benar menjijikkan. Pantas dadanya terasa nyeri di saat ia pertama kali melihat wajah Ayu 3 minggu yang lalu, jadi, ini alasannya?
Wanita muda itu adalah simpanan Om-nya. Wanita simpanan yang akan membuat isteri Om-nya, Tante Sita sakit hati, dan terluka....
Mahesa membenci pengkhianatan dalam bentuk apapun..... Mahesa benci.
"Hentikan apapun pikiran negative yang sedang berkalana liar di dalam kepalamu, Mahesa...."Kata pertama yang keluar dari mulut Dokter Arya dengan nada yang sangat tegas.
Tapi, sayang. Nada tegasnya di balas dengan senyum ejek oleh Mahesa. Dan Dokter Arya merutuk pada kedua orang tuanya yang sudah meninggal, yang pilih kasih, berat sebelah, lebih banyak memberikan warisan pada kakak laki-lakinya yang sudah meninggal hanya karena ia anak pertama, sehingga ia dan saudaranya yang lain berada di bawah kakaknya, dan kini berada di bawah Mahesa dan Ibu dari Mahesa.
"Emang om tahu apa yang dalam pikiranku saat ini?"Ucap Mahesa dengan nada sinisnya.
"Dia pasien om... kamu salah paham. Kamu salah paham..."Ucap Dobter Arya dengan nada penuh penekanan, tapi masih sama , ucapannya di balas dengan tawa ejek, dan raut ejek dari wajah Mahesa. Wajahnya yang terlihat sangat merah karena menahan amarah.
"Pasien ya? Pasien yang sambil melacurkan dirinya, membuka kedua pahanya lebar, dan andai aku terlambat dat------,"
Plak
Satu tamparan yang sangat kuat, membungkam mulut Mahesa. Bahkan kepala Mahesa ikut tertoleh ke samping dengan kedua sudut bibirnya yang bahkan mengeluarkan darah saat ini.
Ayu? Wanita itu menatap tak percaya pada tangan kanannya yang terlihat memerah, dan gemetar saat ini.
Tangannya yang baru pertama kali ia gunakan untuk menampar orang.
Dan Mahesa setelah sadar dari keterpakuannya, ingin meraih tangan Ayu kasar, tapi dengan gesit ayu cepat menghindar, membuat warna kemerahan di wajah Mahesa semakin pekat, menamdakan betapa besar amarah yang sedang menguasai dirinya saat ini.
"Kamu menamparku w***********g?" Tanya Mahesa dengan nada yang sangat dingin, dan mendekatkan jaraknya dengan Ayu. Ayu yang akan melangkah mundur, tapi baru dua langkah Ayu melangkah mundur, Ayu menghentikan langkahnya, dan menatap berani pada Mahesa. Tepat di kedua manik hitam pekat milik Mahesa.
Entah kenapa, rasa takut dalam dirinya setelah ia menampar laki-laki asing di depannya ini, kini sudah tak di rasakan oleh Ayu lagi.
Malah, rasa ingin menjelaskan sekaligus membalas menggebu dalam hati Ayu yang selalu sabar selama ini dengan apapun yang terjadi dalam hidupnya. Baik ucapan orang, perlakuan kasar orang, Ayu tak peduli. Tapi, kali ini, hatinya benar-benar terasa sakit.
"Saya nggak ada niat untuk membalas tamparan anda kepada saya tadi. Walau saya tidak tahu, apa alasan anda menampar saya...."
"Anda orang asing, dan saya memaafkan anda. Suasana hati saya sedang bahagia. Karena anak yang saya nantikan selama ini tumbuh dengan sehat, dan kuat dalam rahim saya. Saya memaafkan anda...."
"Tapi mendengar anda yang menghina saya. Saya tidak terima. Karena saya merasa tidak seperti apa yang anda sebutkan, dan tuduhkan pada saya."
"Anda orang asing, dan sudah impas. Semoga kita tidak bertemu lagi di lain waktu,"Ucap Ayu dengan nada tegasnya, dan sebelum keluar dari ruangan dokter Arya, Ayu meninggalkan 4 lembar uang warna merah di atas brangkar yang ia tempati tadi. Uang masih bisa di cari lagi , tapi anaknya? Butuh waktu 5 tahun panjang untuk berada di titik ini. Dan tubuh ayu yang mungil suda di telan oleh pintu.
Meninggalkan Mahesa yang terlihat meringis saat ini, dan sebelah tangannya sudah berada tepat di depan jantungnya yang berdebar dengan laju yang sangat cepat di dalam sana . Di iringi dengan rasa sakit yang menyiksa.
Entah kenapa, hati kecil Mahesa sedikit tak terima mendengar ucapan yang keluar dari mulut Ayu kalau mereka hanya lah orang asing.
Sedang dokter Arya? Hatinya entah kenapa, terasa sangat sakit, melihat tangan Ayu yang merogoh uang dalam celana kainnya, dan merapikan uang-uang yang kusut itu untuk membayar jasanya.
Ayu? Nytanya wanita itu lemah. Karena bukannya segera pulang ke rumahnya. Ayu... wanita itu saat ini sedang berada di dalam toilet.
Air matanya tumpah dengan buliran yang sangat besar. Ucapan kejam laki-laki yang menamparnya tadi.
Mengatai dirinya p*****r, dan jalang.
Membuka luka lama , dan ingatan pahit masa lalu Ayu yang sangat kelam.....
tbc