Hari masih lumayan gelap di luar sana, dan dengan disiplin yang berlebihan, Ayu datang lebih cepat 1 jam ke kantor.
Belum ada satu karyawanpun yang datang, kecuali para penjaga, dan satpam yang ada di luar sana.
Membuat perasaan Ayu sedikit tak enak, dan merawa was-was.
Jantungnya di dalam sana berdebar dengan laju yang sangat cepat di saat ia memasuki lift khusus bos besar atau Pak Mahesa yang ada di lantai 18 gedung tinggi dan mewah ini.
Hatinya masih sedih, sakit, dan sesak mengingat ucapan demi ucapan yang terlontar dari mulut suaminya. Dari mulut suaminya yang sudah berjanji tidak akan pernah mengungkit, dan mengatainya di masa depan dulu tentang masa lalunya yang sangat suram, dan menjijikkan. Siapa yang ingin hal itu terjadi. Tidak ada. Luka karena di nodai oleh orang, perlahan tapi pasti Ayu bisa menerima, itu sudah garis takdir hidupnya, tapi mulut-mulut orang-orang itu, membuat Ayu rasanya ingin mati. Mati bunuh diri.
Dan datanglah suaminya, suaminya yang menyematinya, membuatnya kembali percaya diri, dan bangkit.
Tapi, suaminya kemarin....
Suaminya membuka aibnya, suaminya membuka lukanya yang bahkan belum kering sedikitpun hingga saat ini.
Membuat alasan Ayu datang lebih cepat karena apabila melihat wajah suaminya, air matanya akan mengalir dalam diam. Hatinya sesak, dan Ayu nggak kuasa mendapat tatapan yang sangat tajam dari kedua mata suaminya.
Mendapat tatapan tajam, penuh musuh, dan benci dari suaminya entah apa kesalahan yang telah ia buat sehingga suaminya berubah. Membuat ia merasa mules, dan mual.
Bahkan rasa mualnya masih ada hingga saat ini, tapi Ayu menahannya sebisa mungkin.
Dan lift yang di naiki Ayu sudah mengantarnya ke tempat tujuan. Lift terbuka, dan Ayu tercengang melihat ruangan yang ada di lantai 18 ini.
Sangat mewah, dan elegant. Ayu melirik kiri, kanan, dan depan... Hanya ada satu pintu di lantai 18 ini. Apakah... Apakah di situ pintu masuk ruangan Pak Mahesa? Bisik hati Ayu di dalam sana, dan kedua matanya melirik kearah tangan kanannya yang menggenggam ada 2 kunci yang di berikan oleh Pak Adrian kemarin.
Kunci ruangan dengan kunci kamar tidur atau istrahat Pak Mahesa. Ayu yang datang lebih awal itu akan lebih bagus. Pak Mahesa adalah orang yang sangat cepat dan disiplin datang ke kantor bahkan akan datang lebih awal dari para pekerjanya, dan suka menginap di kantor.
Mengingat ucapan Pak Adrian di atas entah kenapa membuat tubuh Ayu bergidik, dan jantungnya kembali memacu dengan debaran yang sangat cepat.
Ayu takut sudah ada Pak Mahesa di dalam ruangannya atau bisa saja laki-laki itu menginap semalam, dan masih------.
"Jangan berpikiran yang macam-macam..."Desis Ayu tegas sambil menajambak rambutnya agak kuat, berharapa pikiran buruk yang tak beralasan menghilang dari otak dan hatinya.
Dan agar perasaannya tenang, Ayu menarik nafas panjang, lalu di hembuskan dengan perlahan oleh wanita itu.
Kakinya melangkah lebih cepat dengan tatapan yang kembali menganggumi dan menikmati ruangan yang ada di lantai 18 ini. Dengan desain yang bernuasa all-white, ringan, dan bersih namun tetap elegan.
Dan Ayu menebak kalau ruangan yang ia masuki saat ini adalah ruangan sekertaris Pak Mahesa dengan furniture yang menjadi dasar keseluruhannya seperti meja, kursi, menggunakan warna putih yang bersih dan segar. Bahkan komputermya juga berwarna putih.
Dan Ayu menghentikan langkahnya di saat ia sudah berada di depan pintu yang lebih besar dan mewah di banding pintu pertama yang ia buka tadi. Ayu menebak ini adalah ruangan Pak Mahesa yang terpisah dengan ruangan sekertarisnya dengan kaca tebal yang menjadi penyekat. Kaca tebal yang tidak tembus pandang ke dalam ruangan Pak Mahesa, dan mungkin dari dalam ruangan Pak Mahesa dapat melihat dan menonton aktiftas yang sedang di lakukan oleh sekertatisnya.
Ayu menelan ludahnya kasar, entah kenapa jantungnya di dalam sana kembali memompa dengan cepat. Perasannya merasa takut; dan was-was. Tapi, ia tak mungkin bukan menunda-nunda lagi pekerjaannya apalagi ini adalah hari pertama ia bekerja , ia harus melakukannya dengan baik.
Ayu menahan nafasnya kuat, di saat ia mencoba membuka pintu di depannya. Pintu tidak terkunci, dan jantung Ayu semakin menggila di dalam sama. Perutnya terasa mual, dan mules seketika.
Sekali lagi, ia tak bisa mundur. Ia harus segera memulai pekerjannya, dan tanpa membuang waktu lagi. Ayu sudah masuk ke dalam ruangan Pak Mahesa, dan pintu tertutup dengan sendirinya tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
Dan rasa dingin yang sangat menusuk langsung membelai kulit leher, wajah dan kedua tangan Ayu yang terbuka. Membuat Ayu bergidik.
Tapi, sumpah. Aroma yang menguar dalam ruangan ini, membut ayu merasa segar. Kepalanya yang sedikit pening sudah hilang entah kemana saat ini, dan rasa mual serta mules yang melanda perutnya juga sudah hilang.
Jantungnya yang berdebar menggila tadi, kini sudah normal. Hatinya terasa ceria dalam sekejap, dan semangat kerja Ayu melambung tinggi.
"Ya Allah... ruangannya nggak sekotor ruangn yang hamba bersihkan selama ini. "Bisik Ayu dengan raut wajah bahagianya.
Ruangan pak Mahesa sangat bersih. Seperti warna cat di luar sana. Hanya ada satu warna atau monokrom yaitu warna putih bersih. Sama hal nya dengan furniture milik sekretarisnya. Semuanya berbahan dasar putih, dan hanya ada warna hijau selain putih yang ada dalam ruangan ini yaitu warna hijau yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan segar yang ada dalam pot.
Membuat Ayu dengan cepat berlari kearah tumbuhan besar yang ada di depan sofa panjang yang membelakanginya. Tapi, langkah Ayu yang ingin menuju tumbuhan itu terhenti di saat ada setumpuk kertas yang tidak di sapu oleh mata Ayu, dan Ayu reflek menunduk utuk memungut kertas-kertas yang sebagiannya sudah di sobek beberapa bagian.
Dengan gesit Ayu memungut kertas-kertas itu dan memeluknya di depan d**a. Tapi, gerakan Ayu yang ingin mengambil 1 kertas terakhir terhenti di saat Ayu tak sengaja melirik kearah sofa panjang yang ada di samping kirinya. Ayu tersentak kaget; dan spontan berdiri tegak. Di saat Ayu mendengar ada suara dengkuran yang terdengar lelah, dan tubuh seorang laki-laki tinggi tegap yang tidur di atas sofa dengan hanya selembar cd yang nenutupi tubuh tinggi tegapnya. Membuat Ayu reflek melangkah mundur dengan wajah merah padam.
Tapi, Ayu memekik tertahan. Di saat tangan berotot laki-laki itu di kerubungi oleh semut, semut yang berasal dari tumpahan kopi yang ada di atas meja di depan sofa, dan tangan laki-laki yang sedang tidur tengkurap dengan wajah yang tenggelem di sofa, mengulur kearah meja itu.
Ayu reflek mendekat, dan dengan spontan dan berani, Ayu langsung menyapu semut warna merah dan hitam yang ada di tangan.... Pak Mahesa. Sampai bersih.
Ayu menyapu semut-semut itu dengan gerakan hati-hati, dan Ayu tersenyum, di saat semut sudah tak ada lagi di tangan Pak Mahesa. Tangan Pak mahesa juga dengan hati-hati sudah ayu singkirkan dari atas meja. Ayu tersenyum, ia sudah menyelamatkan bosnya dari gigitan semut. Tak apa menggigit tangan, tapi kalau masuk ke telinga? Itu mengerrikan.
Dan pekerjaan yang harus Ayu lakukan saat ini, pertama, ia harus membersihkan tumpahan kopi itu.
Tapi, rencana tinggal lah rencana. Di saat Ayu ingin melangkah meninggkan pak mahesa.
Ayu memekik tertahan di saat tubuhnya sudah melayang di udara, dan terjatuh di atas tubuh tinggi tegap Pak Mahesa yang detik ini sudah berbaring dengan posisi telentang, kedua bibirnya tersenyum begitu manis membuat jantung Ayu rasanya ingin meledak di dalam sana.
Dan deg
Ayu, merasa devaju, dan seperti pernah melihat senyum manis... senyum manis dari seorang laki-laki yang menampar dirinya kemarin.
Oh astaga... apa ini?
"Jadi, ini Pak Mahe------,"
"Aku yakin, benar feeling Aku , Sayang. Kamu nggak kuat kalau marah dalam waktu yang lama dan lebih dari 24 jam denganku..."
"Nggak akan ada Isabel. Hanya kamu isteriku... cup... cup... cup."Bisik suara itu serak masih dengan kedua mata yang tertutup rapat, tapi mulutnya berbisik dengan suara serak dengan senyum yang masih betah tersungging di kedua bibirnya.
Dan ciuman bertubi-tubi di layangkan Mahesa pada ceruk leher harum Ayu membuat Ayu menegang kaku saat ini. Dan Ayu semakin menegang kaku, di saat Ayu merasa ada yang basah.... lehernya basah karena di jilati oleh mahesa. Sialan!
"Aku suka aromamu pagi ini, sayang. Rasa mual, dan ingin muntah langsung hilang setelah aku menghirup aromamu yang baru... harum bedak herocyn?"
"Kamu sudah ganti parfum, dan menabur bedak herocyn di lehermu?,"Bisik Mahesa serak, masih enggan untuk membuka kedua matanya yang terasa berat. Ia tidur pukul 4 pagi tadi. Makanya ia masih mengantuk.
Dan Ayu? Merasa ada sesuatu yang menggeliat tepat di depan pusat intimnya yang sialannya bersentuhan dengan milik Mahesa reflek menarik diri sekuat mungkin dari atas tubuh Mahesa dan berhasil.
Ayu sudah berdiri tegak, dan hampir melangkah untuk keluar dari ruangan ini , tapi....
"SAFIRAAA!!!! JANGAN PERGI, SAYANG. RASA MUAL KAMBALI MENYERANNGKU!!!"Bentak Mahesa kuat membuat Ayu tersentak kaget, dan Ayu semakin tersentak kaget di saat tubuhya sudah di dekap dengan erat oleh seseorang dari bekalangnya.
"Nggak mual lagi... "Ucap suara itu lirih, itu suara Mahesa.
jadi, laki-laki ini mengira dirinya adalah suaminya?bisik hati Ayu di dalam sana.
Dan Ayu entah kenapa, reflek mengepalkan kedua tangannya erat, dan...
"Sayangnya, saya bukan isteri anda...."Ucap Ayu tegas, membuat Mahesa menegang kaku, dan Mahesa yan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ayu seketika menarik wajahnya, dan membuka kedua matanya yang terasa lengket sedari tadi.
Dan kedua mata Mahesa membulat kaget, di saat Mahesa melihat seorang wanita mungil dengan baju OG berdiri membelakangi dirinya
Wajah Mahesa merah padam.
Bruk
Mahesa reflek mendorong jauh tubuh Ayu sampai Ayu terjatuh menghantam lantai, dan erangan lolos begitu pilu dari mulut Ayu.
Yang di balas Mahesa dengan u*****n yang sangat kasar, dan merendahkan...
"w***********g, berani sekali kamu mendekati saya yang tidur...kamu terlalu rendahan, dan apa saja yang telah kamu lakukan dengan tubuh saya sedari tadi, p*****r. Apa saja yang kamu lakuka-----,"
Ucapan Mahesa terhenti, di saat dengan kasar, Mahesa merangkum dagu Ayu agar Ayu menghadap , dan menatap wajahnya.
Tapi, di saat tatapan keduanya bertemu, Mahesa tersentak kaget, di saat ia melihat tatapan terluka, dan sakit dari kedua mata Ayu saat ini.
Dan Bahkan Mahesa reflek melangkah mundur, di saat ia .... ia merasa familiar, dan seperti pernah melihat .... tatapan sakit, dan terluka dari wanita yang ada di depannya saat ini..... di masa lalu.... tapi, dimana?
tbc