Elina berjalan membawa ember menuju ke koridor yang ada dekat ruangan Axel. Mimpi apa ia semalam karena di utus membersihkan tempat itu. Ini buruk, sungguh buruk. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan mendesah berulang kali.
Elina mendekat ke arah kaca-mengambil kain dan alat penyemprot, lalu menggosoknya berulang kali dengan lemas. Sungguh malas jika bertemu dengan pria yang berstatus bos menyebalkan itu.
Tiba-tiba, pintu ruangan Axel terbuka. Sontak Elina memandang ke arah ruangan itu. Dahi gadis itu berkerut mendapati Daniel yang terlihat masam. Ia sedikit tersenyum mendapati hal yang menarik. Terlihat jelas bahwa pria itu baru saja dapat sejuta omelan dari sang bos.
Mata keduanya saling beradu, Elina membuang muka sambil tersenyum. Langkah daniel pun terhenti tepat di samping gadis itu, “Aku tahu, kau menertawakanku. Tapi, sebentar lagi, pederitaanmu sesungguhnya akan dimulai.”
Daniel meninggalkan Elina dengan sebuah teka-teki yang tak dimengerti gadis itu. Sepanjang pria tersebut berjalan sampai menghilang, arah pandangan tajam masih saja terpampang jelas terhadapnya.
Benar saja, tidak lama kemudian, seorang staf cleaning service datang menghampirinya, “Elina kau di minta membersihkan gudang.” Setelah mengatakan itu, dia pergi begitu saja. Padahal, Elina belum sempat mengangguk dan bertanya gudang mana yang hendak dibersihkan.
“Tunggu!” teriak Elina dengan kerasa sambil memasukkan semua alat ke ember. Gadis itu berlari membuntuti cleaning service itu. Langkahnya terhenti melihat beberapa orang yang seprofesi sedang berada di luar ruangan.
“Ada apa?” tanya Elina penasaran. Salah satu dari mereka menjawab, “Ada pembagian tugas baru untuk para staf.”
Elina mengangguk, lalu menyelinap segerombolan orang-orang untuk maju ke depan. Kepala cleaning service keluar dengan membawa selembar kertas.
“Aku sudah menentukan bagian-bagian yang akan menjadi tanggung jawab kalian.” Dia berjalan menuju ke papan pengumuman dan menempelkan di sana. Semua orang mendesah kesal karena mendapati pekerjaan yang tidak diinginkan, begitu juga Elina.
“Kenapa aku di tempatkan di semua gudang,” gumam Elina bingung. Gadis itu jadi mengingat perkataan Daniel sewaktu berpapasan dengannya. Pantas saja pria itu berkata demikian, jadi ini jawaban dari perkataan ambigu yang terlontar.
Elina keluar kerumunan dengan kesal. Ingin protes, tapi tidak bisa. Yang hanya dilakukan adalah bertahan selama sebulan ke depan sampai pergantian sift kerjaan. “Tak apa, ini awal dari pekerjaan.”
Kekehan dari seseornag membuat Elina memicingkan mata. Gadis itu menoleh dan mendapati Lisa sedang mengejeknya.
“Kau terlalu naif, Elina. Terbukti bahwa bos sedang balas dendam padamu.” Orang yang di bicarakan langsung bersin beberapa kali.
“Apa yang kau katakan? Balas dendam?” Elina menatap ke arah Lisa dengan dahi berkerut. Pria itu balas dendam dengan cara konyol seperti ini. Bukan Elina namanya kalau tidak bisa menyelesaikan tantangan.
'Seberapa keras kau mencoba untuk membunuhku perlahan. Maka aku akan bekerja keras untuk menghalaunya. Lihat saja, siapa yang akan menang, batin Elina dengan wajah penuh semangat.'
Gadis itu tak akan takut dan pantang menyerah menghadapi segala hal sulit yang ada di depannya. Meskipun harus menyebrangi lautan dengan berenang, oa akan melakukannya.
“Bagaimana? Apakah kau menyesal masuk ke dalam perusahaan ini?” tanya Lisa memastikan. “Tentu saja tidak. Aku akan bekerja dengan giat,” jawab Elina tanpa ragu. Gadis itu meninggalkan Lisa yang masih memiliki wajah permusuhan padanya. Jika terus meladeni gadis menyebalkan itu, yang ada dirinya akan darah tinggi.
“Tinggal membersihkan, apa susahnya.” Elina akan merencanakan pembersihan sempurna. Yang ia tahu, di dalam gedung ada sepuluh gudang. Gadis itu akan membersihkannya dengan metode berkala.
“Saatnya bekerja...!” Elina mengepalkan tangan, menyemangati dirinya sendiri. Gadis itu tidak sadar, jika segala gerakannya di pantau oleh seseorang yang tengah berada di kursi kebesarannya.
“Cih, aku ingin lihat sampai mana kau akan bertahan.” Axel sengaja memberikan tugas kepada Elina untuk membersihkan semua gudang sendirian. Ia ingin membuat gadis itu keluar secara alami dan menjauh sejauh mungkin darinya. Dengan cara seperti itu, tak akan ada yang dikhawatirkan mengenai reputasi miliknya.
Flashback on
Axel mendaratkan bongkongnya di sofa dengan kasar, “Unik...! Kau yang gila. Gadis dekil tak tahu diri kau bilang unik.” Entah kanapa Axel merasa ada yang aneh darinya. Antara marah, kecewa, dan benci jadi satu. Namun, tidak membenci gadis yang baru saja bersikap acuh padanya.
“Kalau tidak unik, bagaimana kau bisa sejengkel ini?” Daniel bangkit dari sofa, tapi dicegah oleh Axel dengan tangannya, “Ada apa?”
Axel mendorong pelan Daniel sampai duduk kembali, “Bilang pada kepala cleaning service untuk memberi tanggung jawab pembersihan gudang kepada gadis pembawa sial itu.”
Daniel memicingkan mata, kemudian tersenyum lebar, “Kau akan balas dendam padanya? Aku tak pernah melihatmu seantusias ini?” pria itu menatap lamat Axel mencari jawaban dari setiap ekspresi wajahnya. Akan tetapi, yang didapat hanyalah wajah dingin datar tanpa ekspresi.
“Aku... tak akan membiarkan dia hidup dengan tenang. Setelah segala kekacauan yang dibuatnya.” Siapa suruh berhadapan dengan kaisar iblis seperti Axel. Daniel saja bergidik ngeri melihat aura-aura hitam yang menyebar keluar dari tubuh pria itu.
“Ya, aku akan meminta kepala cleaning service untuk memberikan tugas itu.” Daniel bangkit kembali, tapi dicegah kembali oleh Axel.
“Sendirian,” kata Axel penuh penekanan. Bola mata Daniel membulat sempurna. bagaimana gadis lemah, tak berdaya itu membersihkan gudang sendirian. ini namanya kerja rodi. Kasihan Elina jika mengalami hal demikian.
“Apakah kau tidak berlebihan?” Bagaimana bisa ada manusia kejam dengan perasaan seperti iblis melakukan hal tersebut. Daniel tak habis pikir dengan otak jenius milik Axel.
“Sepertinya....” Wajah Axel menoleh dengan cepat ke arah Daniel, “Kau bosan hidup,” imbuhnya penuh penekanan.
Daniel menelan ludahnya dengan susah payah. Air liurnya mendadak tersangkut dan tak mau tertelan, “Ba-baiklah,” jawabnya dengan gugup. Pria itu langsung berjalan cepat menuju ke luar ruangan, sementara Axel tertawa dengan keras.
Flashback off
Axel terus tersenyum mengingat kejadian rencananya bersama Daniel. Pria itu sangat bahagia di atas awan. Bahkan, iamemutar-mutarkan kursi yang disinggahinya. Kebahagian yang di dapat hanya karena mengerjai Elina.
Axel kemudian tersadar ketika berpikir lebih jauh lagi. Kenapa dirinya bisa tersenyum hanya karena gadis itu? padahal, ia baru saja bertemu dengannya. Tidak bisa, gelengan kepala terus saja dilakukannya.
“Dia racun, bukan manusia. Pembawa sial. Gadis dekil. Bar-bar. Menyebalkan.” Axel bangkit dari kursinya-berjalan menuju kamar mandi, lalu menekan jam weker miliknya. Jika mengingat tentang Elina, pasti kejadian buruk akan berada di depannya. Untuk itu, ia harus mandi sebersih mungkin demi menghilangkan nasib sial yang mengelilingi tubuhnya.
“Ya... mandi adalah hal yang terbaik untuk membuang segala hal buruk.” Axel menaggalkan pakaiannya satu persatu, lalu menyalakan sower. Selama air mengalir menyiramidari ujung rambut ke ujung kaki. Pikiran pria itu tersu terbayang dengan sikap acuh Elina.
“Sialan...! Pergi dari otakku!” Axel terus memukuli kepalanya berulang kali, terlihat frustasi tanpa henti. Hidupnya, tak akan nyaman seperti dahulu. “Elina,” geram Axel sambil mengambil sampo, tapi yang Iambil bukan sampo melainkan botol perontok bulu.
Axel mengusap rambutnya dengan aksar sampai menghasilkan busa. Namun, yang di dapat adalah rontokan rambut ditangannya. Ia pun berteriak dengan sangat nyaring, menggelegar sampai ke seluruh ruangan.
“Arrrrrgggggg.... tidak... rambutku...!” teriak Axel melihat rambut yang ada di tangan sambil terus memandanginya tanpa henti.
BERSAMBUNG