Axel menutup kasar laptop yang ada di hadapannya. Baru saja, ia melakukan rapat online mengenai rumor yang menyebar di forum perusahaan. Pria itu, mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menghela nafas panjang.
Tidak lama kemudian, Daniel muncul dengan tampang letih dan lesu. Pria itu duduk di sofa dengan kasar, lalu melempar dokumen yang dipegang ke atas meja. “Jika seperti ini terus, para pemegang saham akan melengserkanmu.”
Axel menatap tajam ke arah Daniel, “Jangan mengada-ada.” Pria itu berdiri-berjalan menatap ke arah jendela. Pria itu melihat langit biru yang sangat indah dan cerah. “Panggil dia kemari!”
Daniel langsung berdiri tegak, “Kau akan membawa Elina masuk lagi ke dalam perusahaan.” Untuk memperbaiki citranya, Axel harus merendah diri sedemikian rupa seperti anjing.
“Pergi... kalau tidak aku akan berubah pikiran.” Daniel mengangguk, lalu pergi meninggalkan Axel sendirian. Pria itu keluar ruangan sambil menggeruti tidak jelas hingga sampai parkiran bawah tanah.
“Seharusnya, sedari awal begini. Dasar...! Egonya saja yang selalu tinggi.” Daniel masuk ke dalam mobil, melajukan kendaran menuju ke tempat Elina bekerja. Pria itu tahu bahwa gadis itu sudah mendapatkan kerja di Cafe yang tak jauh dari kantor.
“Sepertinya... disini tempatnya,” kata Daniel sambil keluar mobil. Ia berjalan masuk ke dalam cafe. Matanya mencari keberadaan Elina. Pria itu pun tersenyum melihat gadis tersebut bicara dengan seseorang.
“Elina,” panggil Daniel sedikit meninggi. Elina dan Jenifer menoleh, lalu saling bertatap muka satu sama lain.
“Siapa dia?” tanya Jenifer sambil mengerutkan dahi karena merasa pernah melihat pria itu. Bola matanya membulat sempurna dan langsung berdiri tegak.
“Kau seperti melihat hantu.” Elina pun ikut berdiri, “Dia sekretaris bosku.” Jenifer menoleh ke arah Elina, lalu kembali menatap Daniel yang masih diam membeku.
“Kenapa gadis itu ada disini?” Daniel mendekat ke arah Elina, tapi dihalangi oleh Jenifer. “Kau...!" tunjuknya dengan sengit. "... aku tak menyangka bisa bertemu denganmu disini.” Pria itu tersenyum semirik, “Hutangmu belum kau bayar, bukankah batas waktunya hari ini.”
Mendengar obrolan mereka, Elina berdiri disamping Jenifer, “Apakah kau mengenalnya?” bisik gadis itu dengan nada penasaran.
“Hanya orang sambil lalu,” jawab Jenifer dingin. Gadis itu sangat kesal dengan temperamen Daniel yang sangat sombong. Jenifer kemudian menatap pria itu dengan sangat tajam seperti pisau.
“Mumpung kau berada disini, bayar sekarang.” Daniel mengulurkan tangannya tepat di hadapan Jenifer. Gadis itu tak bersuara, malah menepis kasar tangan pria tersebut.
“Kau gila!” bisik Elina langsung menyeret Jenifer pergi dari tempatnya. Ia harus bicara dengan gadis itu. “Apa masalahmu?”
Jenifer mendengus kesal, “Aku tak sengaja menggores mobilnya. Dan dia meminta ganti rugi.” Elina menghela nafas panjang, “Tinggal mengganti rugi saja apa masalahnya. Lagi pula, kau yang salah.”
Jenifer melipat kedua tangannya lalu melirik ke arah Daniel yang sedang berdecih.
“Dia meremehkanku....” Gadis itu membuang muka, “Jika aku menggantinya sekarang, uang bulananku akan habis,” imbuhnya bergumam lirih, tapi didengar oleh Elina.
“Baiklah... aku akan membantumu. Kita kesana sekarang.” Elina menyeret lagi lengan Jenifer, lalu menyuruhnya untuk duduk.
“Saya akan mengambilkan Anda minum terlebih dahulu.” Elina hendak berjalan, tapi Daniel langsung angkat suara.
“Tak perlu. Aku tak bisa lama-lama.” Daniel duduk berhadapan dengan Jenifer yang masih memasang muka cemberut. “Duduklah, Elina.” Gadis itu mengangguk, dan duduk dengan pelan.
“Kembalilah ke perusahaan,” celetuk Daniel tiba-tiba membuat dua gadis itu terkejut. “Axel memintamu untuk bekerja kembali di Franco Company.”
Dahi Elina berkerut, memang bos sombong yang sangat menyebalkan itu tak punya tangan dan kaki apa? Sampai menyuruh anak buahnya datang memintanya untuk bekerja. Sungguh sangat menyebalkan.
“Tak bisa. Elina tak akan kembali ke neraka itu!” Jenifer menjawab dengan berapi-api dan terus menatap tajam ke arah Daniel.
“Kau tak berhak mencampuri urusan Elina. Dia bebas memilih hidupnya.” Kata-kata Daniel membuat Jenifer merasa bersalah. Gadis itu kemudian membuang muka ke arah kiri.
“Jika aku kembali, apakah tak akan dipecat lagi?” Kalau kembali ke sarang singa, Elina harus memikirkan segala kosenkuensinya. Mengingat temperamen Axel sangat buruk.
“Asal kan... kau tidak melampui batas.” Sebenarnya, Elina juga merasa bersalah telah menjatuhkan pigora itu. Akan tetapi jika diingat kembali, pigora itu bisa di ganti dengan baru.
Bagaimana ini? Gaji di sana sangat tinggi dan menggiurkan. Aku tak ingin melewati kesempatan ini, tapi...pikir Elina sambil menatap Jenifer yang terus saja menggelengkan kepala.
“Jika kau tak mau masuk ke dalam perusahaan. Aku akan membawa temanmu ke jalur hukum.” Daniel terpaksa mengancam gadis itu. Yang lebih penting sekarang adalah image Axel di perusahaan.
Bola mata kedua gadis itu langsung melotot sempurna, “Bagaimana bisa kau memakai cara rendahan seperti itu.” Jenifer sangat kesal melihat Daniel mengancam Elina. Sementara gadis itu mengelus pundak Jenifer agar tenang.
“Aku setuju. Asalkan Jenifer tidak di bawa ke meja hijau.” Jenifer langsung berteriak, “Elina...! Jangan lakukan hal konyol!” Jenifer bisa menyewa pengacara dan meminta bantuan ayahnya untuk menyelesaikan masalah meskipun nanti dihukum.
“Sudahlah... yang penting kau tak perlu ganti rugi.” Elina tersenyum lembut menatap wajah Jenifer yang semakin membenci Daniel. Kau menang hari ini, tapi aku akan membalasmu dengan sangat kejam, batin Jenifer.
Daniel pun tersenyum penuh kemenangan, “Okay, besok kau mulai kerja. Jangan sampai terlambat.” Pria itu langsung bangkit dari kursi dan meninggalkan kedua gadis itu. Daniel akan memberi kabar kepada Axel mengenai Elina.
Setelah Daniel pergi, Jenifer menatap tajam ke arah Elina, “Pasti ada sesuatu yang terjadi sampai dia menarikmu kembali.” Elina mengangguk setuju, “Orang seperti dia tak mugkin menjilat ludahnya sendiri kalau tidak terpaksa.”
Mereka berdua saling mengangguk satu sama lain, kemudian tersenyum dengan lebar dan berpelukan.
“Gaji di sana sangat besar, aku sangat senang.” Elina memuluk erat tubuh Jenifer menyalurkan rasa bahagianya. Sementara gadis itu tak rela jika temannya masuk ke perusahaan tersebut.
“Jika ada apa-apa, bilang padaku,” kata Jenifer dengan cuek. Meskipun marah, ia tak akan melampiaskan kepada Elina. Jika suatu hari pria bernama Daniel dan bossnya itu mengganggu kehidupan tentram Elina, Jenifer akan maju ke garis depan untuk melawan.
“Tenang saja, aku bisa mengatasi pria bertempramen tinggi dan sombong itu.” Elina sudah memutuskan memasang tembok besi yang sangat tinggi. Kedepannya, gadis itu tak akan kalah dengan Axel.
“Kau yakin bisa melakukannya.” Jenifer melepas pelukan Elina. Terus terang, ia takut ada hal buruk dengan gadis itu. “Apakah aku perlu bekerja di sana?”
Elina terkekeh geli, seorang putri seperti Jenifer mau bekerja di kantor dan bersusah payah. “Kau terlalu berlebihan.”
Jenifer membuang muka, “Bukan berlebihan, tapi setia kawan.” Elina tersenyum lembut, “Aku baik-baik saja, dia tak akan melakukan apapun padaku.”
Dengan leyakinan yang tinggi, Elina percaya diri terhadap kemampuannya. Ia terlalu naif untuk mengerti dunia luar. Kenaifan tersebut menjadikan posisinya berada dalam bahaya.
BERSAMBUNG