Episode 7

1338 Kata
Daniel bersiul penuh semangat dengan wajah yang berseri sambil berjalan menuju ruangan Axel. Langkahnya terhenti saat mendengar suara keributan di dalam ruangan itu. Dahi pria tersebut berkerut, tangannya perlahan mulai membuka handle pintu. Muka daniel mendadak menjadi masam karena melihat tingkah Axel yang sedang berbicara dengan koleksinya. Bahkan, Ia menatap beberapa miniatur pahlawan di atas meja. “Apa yang kau lakukan?” tanya Daniel sambil berjalan dengan cepat. Axel sedikit terkejut, lalu mengambil semua koleksi dan menatanya kembali. “Sudah kembali... dapat hasil tidak.” Ingin rasanya Daniel memukul wajah yang sialnya tampan itu. Pria yang sangat arrogant tersebut suka sekali memerintah. “Berkat dirimu, aku kehilangan uang puluhan ribu dolar untuk memperbaiki mobilku yang rusak.” Axel tertawa setengah mengejek, “Bukannya masih ada garansi. Jangan ambil pusing. Mobil itu masih baru.” Memang benar yang dikatakan Exel, tapi kesempatan mendapatkan uang percuma di depan mata sudah raib. “Jangan mengejekku... tanda tangani berkas yang ada di atas meja.” Daniel duduk dengan kasar, “Hari ini harus selesai.” Axel berdehem, “Aku sudah menandatanganinya.” Ia mengambil berkas yang ada di atas meja, lalu melempar tepat di meja depan Daniel, “Suruh revisi, desainnya kurang tepat.” Daniel mengambil berkas itu, “Ini sudah bagus dan sempurna. letak kurang tepatnya dimana?” pria itu tidak mengerti jalan pikiran Axel, berkas yang di ada ditangannya itu sudah dua kali revisi. “Kalau kau menolak proposal ini, lebih baik cari solusi dan mengadakan rapat.” Daniel dobel kesal sedari tadi, apalagi ia baru saja bertemu dengan gadis bernama Jenifer. “Kau mau membunuhku, aku tak bisa bertemu dengan mereka. Kita adakan rapat online.” Final Axel dengan tegas. Untuk rapat, pria tak akan mengahadirinya sebelum penyakit aneh yang hinggap selama tujuh belas tahun hilang. Daniel mengangguk lemah, lalu bangkit dari sofa. Ia berjalan gontai keluar ruangan menuju ruang rapat sambil menghubungi seseorang. “Kita adakan rapat sekarang, persiapkan semuanya.” Pria itu berjalan lurus ke depan, lalu belok ke kanan. “Apakah semuanya sudah berkumpul?” tanyanya dengan salah satu karyawan. “Mereka sudah berada di dalam, Tuan.” Keduanya kemudian masuk ke dalam ruangan dan di sambut hangat oleh para petinggi perusahaan dengan berdiri. “Silahkan duduk!” titah Daniel berjalan menuju layar putih besar. Pria itu mengambil remot, lalu menekan tombol on. Tampak seorang pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Kali ini, dia menunjukkan wajahnya ke semua orang. “Aku harap, kalian merahasiakan tentang wajahku!” perintah pria yang tak lain adalah Axel. Semua orang saling pandang satu sama lain. Untung saja, para pemegang saham berjenis kelamin laki-laki. Kasak-kusuk dari mereka terdengar jelas. Semua yang dibicarakan diforum perusahaan mengenai Axel pudar sudah. Dapat dilihat bahwa para karyawan melebih-lebihkan berita yang tak bermutu. “Langsung saja, aku tak ingin berbasa-basi. Seperti yang kalian tahu, berita mengenai diriku yang tersebar di seluruh perusahaan ada yang kurang tepat. Memang benar bahwa aku telah memecat cleaning servis yang telah masuk ke ruanganku dan merusak barang berharga milikku.” Axel menatap ke arah mereka dengan tajam. Salah satu dari mereka pun angkat suara. “Jadi, sebenarnya cleaning servis itu yang salah.” Semua pemegang saham memusatkan mata ke arahnya. “Bukan, dia pegawai baru, dan di jebak oleh seseorang,” sambung Daniel dengan cepat. diam-diam, Ia sudah menyelidiki kamera pengawas yang ada di ruang istirahat para cleaning servis. Para pemegang saham mengangguk dan salah satu dari mereka memberi pernyataan, “Kedepannya, harap menjaga nama baikmu, Tuan Franco. Lebih baik, kau bawa pegawai itu kembali ke perusahaan.” Axel tersenyum dingin, “Dengan senang hati, aku sudah mengurus semuanya.” Layar yang ada di dalam ruangan itu mati seketika. Para pemegang saham mendesah melihat tingkah arrogant pria itu. “Haiya... masih muda tak ada sopan santunnya.” Salah satu dari mereka berucap sambil meninggalkan ruangan dan diikuti semuanya satu persatu membicarakan Axel yang memiliki temperamen buruk. Daniel menggelengkan kepala dengan cepat, “Seharusnya, dia sedikit ramah dengan orang tua. Dasar pria menyebalkan!” Pria itu melempar remot ke sembarang tempat. Pertemuan yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan, sungguh imagenya juga ikut buruk. Akan tetapi ia harus sabar mengahadapi bos yang super duper menyebalkan. Pria itu keluar ruangan dengan wajah yang jelas kesal. Ia sesekali mendengus, lalu mengambil nafas dengan sangat panjang. Ketika sampai di depan ruangan Axel, Daniel memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, lalu mengacak rambutnya frustrasi, kemudian masuk dengan wajah tersenyum palsu. “Tampilanmu sungguh sangat bagus,” ejek Daniel sambil bertepuk tangan. Axel memutar kursinya seratus delapan puluh derajat. Ia tersenyum menyungging, “Masalah sudah beres, sekarang aku harus menemui pria itu.” “Aku sudah menghubunginya. Sebentar lagi, dia akan kesini.” Daniel duduk sambil menyilangkan kakinya, lalu mengeluarkan ponsel. “Kau cepat tanggap rupanya.” Axel tersenyum puas karena Daniel lebih cepat dari yang diduga. Lagipula, ia malas kalau harus keluar gedung. Tidak lama kemuIan, handle pintu di buka oleh seseorang. Pria tampan berbalut jas putih itu berjalan dengan penuh pesona seperti model. Axel dan Daniel yang melihat pria tersebut hanya tersenyum. “Gayamu terlalu mencolok, Albert.” Daniel bangkit dari sofa untuk menyambut Albert dengan sebuah pelukan persahabatan. “Aku hanya ingin menarik perhatian para gadis.” Albert merangkul bahu Daniel, lalu mengajaknya berjalan menuju sofa, kemudian duduk. “Tadi pagi pergi kemana?” tanya Axel dengan dingin. Albert tersenyum lebar, “Pria lajang sepertiku butuh belaian.” Pria itu mengangkat alisnya seperti mengejek Axel. “Tutup mulutmu!” Axel sangat kesal mendengar ocehan tidak jelas dari Albert. Kedua pria yang duduk di sofa itu tertawa satu sama lain. “Aku sarankan kau cepat menikah agar bisa bercinta. Mengingat kau masih perjaka.” Albert menggoda Axel sambil terkekeh geli. “Jika kau bicara lagi, aku akan menjahit mulutmu!” Axel langsung berdiri dengan muka berapi-api. Sementara Daniel hanya tertawa-menutup mulutnya agar tidak bersuara. “Duduklah kembali... aku hanya bercanda. Lagi pula, dari kemarin aku sibuk mengurus pasien dan seminar.” Albert mulai bersikap serius agar emosi Axel mereda, “Katakan, kenapa kau mencariku? Bukankah sesi pertemuan kita lima hari lagi.” Axel berdiri-berjalan menuju ke arah jendela kaca. Ia menghela nafas dengan sangat panjang, “Mimpi itu datang lagi.” Sontak kedua pria itu membulatkan mata sempurna. Bukankah mimpi Axel sudah tidak muncul sekitar tiga tahun lalu. Kenapa mendadak muncul? “Aku tidak tahu pasti, kenapa bisa muncul kembali? Yang jelas, tadi malam aku mulai memimpikannya.” Axel menatap mentari yang sudah mulai tak nampak. Warna orange yang sangat cantik menghiasi langit sore hari. “Sepertinya, kita harus mulai dari awal lagi. Sampai sekarang, penyebab traumamu belum ditemukan. Jika penyebabnya ditemukan, maka Haphephobia yang kau derita akan hilang.” Albert menatap punggung Axel yang masih kokoh berdiri. 'Haphepobhia adalah rasa takut dan cemas apabila bersentuhan dengan orang lain. Biasanya, orang yang menderita phobia jenis ini akan merasa tidak nyaman, cemas, panik hebat, berkeringat dingin, bahkan sampai pingsan jika kulit mereka tersentuh oleh orang lain'. “Tapi yang lebih aneh, kenapa kau takut disentuh oleh makhluk yang namanya wanita?” Daniel masih tak mengerti tentang derita psikolog yang di alami Axel. Selama ini, pria itu selalu menyembunyikan segalanya. “Aku tak ingat.” Memang benar, Axel tak pernah ingat setelah kejadian bermain bersama Daniel. Ketika ia sadar, pria itu sudah berada di rumah sakit. Semenjak itu pula, ia menderita Haphephobia. “Sepertinya, aku perlu menghipnotismu lagi.” Albert takut jika kenangan buruk yang menimpa Axel menghantui hidupnya. Jika ini terus berlanjut, maka kehidupan yang gelap akan terus mengelilingi pria itu. Axel menoleh, “Kau menghipnotisku untuk menghilangkan mimpi burukku atau mengubur ingatanku.” Wajah Albert langsung pias-mendadak kebingungan mengenai jawaban yang akan dikeluarkan. “Aku tahu, kau sengaja menutup memoriku. Seperti yang dilakukan ayahmu tujuh belas tahun lalu.” Axel membalikkan badan-berjalan perlahan menuju ke Albert, “Cari cara lain untuk menghilangkan mimpi burukku.” Sepertinya, bangkai yang sudah di kubur selama belasan tahun tercium sudah. Albert tak punya pilihan lain, selain menuruti keinginan Axel. Daniel hanya bengong melihat interaksi mereka berdua. Ia merasa aneh karena tidak tahu menahu perihal hipnotis yang di bicarakan oleh kedua pria itu. “Tunggu dulu...! Bisa-bisanya kau menyembunyikan ini dariku, Axel.” Daniel merasa dibodohi oleh Axel, “Kenapa kepribaIanmu yang suka menyembunyikan sesuatu tak pernah lepas dari tubuhmu.” Suasana yang ada di ruangan pun mendadak dingin dan sepi. Mereka saling pandnag satu sama lain. Mencari jawaban yang tidak bisa ditemukan. Albert sendiri ketahuan telah menghipnotis Axel agar memorinya terkubur. Axel menyembunyikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatannya kepada sang sahabat. Sementara Daniel, meminta pertanggung jawaban dari kebenaran yang tak diketahui. BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN