Daniel mendesah berulang kali-melirik ke arah ponsel yang digenggamnya. Sudah beberapa menit berlalu, tapi Elina belum juga kembali. Jika Julian tahu, pasti pria tua itu akan berkoar-koar tak jelas. Benar saja, saat pintu ruangan terbuka, orang yang menjadi topik utama dalam kecemasan Daniel tiba. Pria itu langsung diam membeku, bak patung yang tak bernyawa. Aura intimidasi Julian terlihat jelas berada di sekitar ruangan. Pandangan mata tajam, seperti elang yang memburu mangsanya terus saja mengunci Daniel. ‘Sialan...! Kapan Axel dan Elina sampai? Aku merasa tercekik,’ batin Daniel terus menunduk dengan cemas. Daniel sangat takut kepada Julian. Saking takutnya, ia tak pernah bisa memandang wajah pria itu. Bagaimana tidak? Ketika ia berumur sepuluh tahun, pria tua itu menyiksa seseo