Elina berjalan keluar gedung dengan perasaan kesal. Setelah menyelesaikan tugas foto copynya, gadis itu menaruh duplikat berkas itu di ruang meeting. Dan sekarang, ia harus membeli capucino di Jalan Mawar. Yang menjadi kekesalan Elina adalah, letak kafe yang menjual capucino itu sangatlah jauh, dan Axel tak memberi ongkos sama sekali. Dia benar-benar memperbudaknya dengan berbagai cara. “Panas terik, harus jalan kaki.” Elina tersenyum pahit, tapi ia berusaha tersenyum. Mau melawan juga tak bisa, sebab Axel mengancam keluarganya, tapi jika terus demikian, hidupnya akan susah. Elina menggelengkan kepalanya berulang kali karena mnegeluh tentang hidup. Gadis itu mengingat perkataan Zoya, seberat apapu cobaannya, kita harus menjalani dengan iklas. “Benar, aku tak boleh menyerah.” Elina