Mata Axel mulai jernih kembali, tubuh yang tadinya bergetar perlahan mulai membaik. Bahkan, detak jantung dan aliran darah semua kembali normal. Dengan pandangan yang semakin jelas, pria itu menatap lekat seseorang yang telah memeluknya saat ini. Axel melihat Elina yang terus memanggil namanya berulang kali, tapi tak kunjung direpon olehnya. “Apakah Anda baik-baik saja?” tanya Elina dengan formal, mengingat ia berada di lingkungan kerja. “Anda tak seharusnya bertindak demikian, Nona.” Elina melepas pelukan dari Axel, berjalan menuju ke arah gadis yang masih tampak cuek itu. “Keluar! Anda tidak di terima di perusahaan ini?” Elina terlihat seperti pahlawan wanita yang membela kebenaran. “Kau tidK tahu siapa aku? Aku kekasihnya...!”jawab gadis itu dengan lantang. Tentu saja Elina tak