"Kak."
"Ya?"
"Kakak sibuk?"
"Tidak. Aifa tidak sibuk. Kenapa?"
"Ayo ikut aku."
Franklin segera menarik pergelangan tangan Aifa setelah kakaknya itu melakukan meni pedi pada kuku-kukunya.
"Kita mau kemana?"
"Terserah. Asal kakak tidak sedih."
"Tapi Franklin." Aifa menghentikan langkahnya. Raut wajahnya sedang muram. "Aifa lagi gak ingin kemana-mana."
"Oke."
Franklin hanya mengangguk. Lalu pergi meninggalkan kakaknya dengan diam. Aifa menatap punggung lebar Franklin lalu kembali mendekatinya.
"Aifa berubah pikiran."
"Aifa pengen hiburan."
Franklin menatap kakaknya sejenak. Ia berdeham lalu melangkah keluar untuk menuju parkiran mobil.
"Oke."
"Tapi hiburannya ketemu Rex. Apakah Franklin mau antar Aifa kesana? Ke Villa Rex?"
"Jangan kesana."
"Kenapa? Aifa kangen sama Rex. Aifa ingin ketemu Rex. Aifa cinta sama Rex."
"Franklin gak mau ya antar Aifa kesana? Kan Aifa butuh hiburan."
Aifa lalu tersenyum tipis meskipun tidak dengan hatinya. "Tapi kalau Franklin tidak mau yasudah tidak apa-apa. Aifa ingin ke taman aja. Ayo!"
Aifa melenggang pergi dan menuju mobil Franklin di parkiran. Franklin menatap kakaknya yang tetap ceria namun tidak dengan hatinya. Aifa memang seperti itu. Ia selalu ceria meskipun hatinya sedang bersedih.
Franklin mengemudikkan mobilnya. Kawasan yang di lalui begitu macet. Tapi tidak membuat Aifa badmood karena wajah cerianya terus terukir. Ntah itu berpura-pura atau tidak. Hanya Allah Yang Tahu.
"Frank stop!"
Franklin menghentikan mobilnya di pinggir jalan. "Ada apa?"
"Putar arah. Sepertinya Aifa melihat seseorang tadi. Di sebuah cafe!"
"Oke."
Karena itu Franklin segera memutar arah mobilnya. Lalu menuju tempat yang di maksud Aifa. Sebuah Cafe kecil di pinggir jalan. Franklin memarkirkan mobilnya sementara Aifa sudah keluar dari mobil dan masuk begitu saja meninggalkan adiknya.
Franklin memasuki cafe tersebut hingga kedua langkah kakinya terhenti didepan pintu masuk. Franklin terkejut. Ternyata kakaknya itu bertemu dengan seorang wanita. Teman Aifa dan Aulia dimasalalu.
Ava Fadilla.
"Ava?"
Merasa dipanggil, Ava menoleh kebelakang. "Aifa?"
"Aaaaaaaaaaaaaa Masya Allah. Kamu apa kabar Va? Ya ampun, panjang umur kita ketemu lagi disini!"
Mereka pun akhirnya berpelukan dengan raut wajah senang. Aifa memeluk Ava dengan erat selama beberapa menit lalu akhirnya saling melepaskan.
"Aifa ngapain disini?" tanya Ava.
"Aifa lagi dimutasi oleh Pak Fay ke negara ini. Sekaligus cuti bekerja."
"Oh ya?"
"Iya. Ava sendiri ada perlu apa di negara ini?"
Ava tersenyum tipis. Aifa menatap Ava dan mengakui bahwa sejak dulu Ava itu memang cantik meskipun usianya sekarang sudah 35 tahun.
"Alhamdulillah lagi pelatihan kedokteran disini. Eh main-main ya ke apartemen ku. Kebetulan masih 3 hari aku di negara ini."
"Insya Allah Va. Ava cantik banget sih. Ava banyak uang karena jadi dokter. Pasti perawatan terus ya?" Aifa terkekeh geli.
Ava hanya tersenyum menimpali Aifa. "Kamu ini ada-ada saja. Oh iya Aifa kesini sama siapa?"
"Aifa kesini sama Franklin. Itu dia!" Aifa menunjuk kearah Franklin yang memang menatap keduanya sejak tadi. Ava mengikuti arah yang di maksud Aifa.
Ava dan Franklin saling menatap dalam diam. Tapi Aifa tidak sadar bahwa pipi keduanya bersemu merah.
"Ava ayo kita duduk! Sudah lama kita gak ngopi bareng."
"Ha?"
Ava hanya mengangguk kikuk saat Aifa menarik pergelangan tangannya.
"Frank! Sini! Ayo bergabung sama kami."
Franklin menggeleng. "Tidak. Aku menunggu saja di mobil."
"Lah kok gitu?" Tanpa diduga Aifa berdiri, menarik pergelangan tangan Franklin lalu duduk disebelahnya. Saling berhadapan dengan Ava.
"Ayo pesan! Aifa akan traktir kalian hari ini."
"Jangan malu-malu ya. Santai saja. Ah ini buku menunya. Sudah disediakan di meja."
Aifa sibuk membolak-balikkan buku menu. Ava memberanikan diri menatap Franklin yang ketangkapan basah menatapnya juga. Ava berdeham lalu beralih menatap kelain.
Tiba-tiba ponsel Aifa berdering. Aifa membulatkan kedua matanya terkejut.
"Daddy! Daddy hubungin Aifa!"
"Aifa harus terima panggilan ini!"
Aifa melenggang pergi keluar cafe. Meninggalkan Franklin dan Ava dengan situasi kecanggungan tingkat dewa. Dan Franklin menyesal sudah menawarkan diri untuk menghibur sang kakak hari ini.
"Alhamdulillah Aifa sehat Daddy. Daddy sendiri bagaimana?"
"Alhamdulillah Daddy sehat. Apakah Franklin dan Laurent menemanimu kemanapun kamu pergi?"
"Iya dadddyyyyyy iyaa! tenang, tenang, Aifa tidak sendirian kok."
"Sekarang lagi dimana?"
"Aifa lagi ke cafe. Sama Franklin."
"Oh gitu. Apa yang dia lakukan seharian ini? Dia sehat aja kan? Ah bocah itu. Sejak tadi pagi Daddy menghubunginya. Tapi adik mu yang datar itu tidak menerima panggilan Daddy. Daddy sampai kesal."
"Franklin ada kok. Dia lagi sama Dokter Ava. Berduaan."
"APA?!"
"Kenapa Dad?"
"Astaga bocah tengil itu! Mulai nakal rupanya! Tanda-tanda Daddy akan punya menantu lagi!"
"Gak boleh!" Aifa protes. Ia merasa jengah. "Aifa dulu nikah baru dia! Aifa-"
"Hush! Kamu masih anak-anak. Belum cocok membangun rumah tangga apalagi @#$__&+(/¥€£{=√~"
Dan Aifa tidak mendengarkan lagi wejangan sang Daddy yang panjang bagaikan rel kereta api bahkan rumus yang tidak pernah di pahaminya ketika tanpa diduga Aifa melihat sosok Rex dari kejauhan di samping mobil pria itu.
"Daddy sudah dulu ya. Jangan bikin adek lagi selagi Aifa disini. Ingat Aifa belum nikah. Daaaaaaaa Asalamualaikum."
Klik! Sambungan terputus. Aifa mengantongi secara asal ponselnya di saku gamisnya. Aifa berlari kearah Rex.
"Rex!"
"Rex!"
Rex menoleh ke asal suara. Tanpa diduga Aifa berada didepan matanya dalam jarak beberapa meter. Rex terkejut. Ia tak habis pikir kenapa Aifa ada dimana-mana? Dengan cepat Rex kembali masuk kedalam mobilnya.
"Rex! Tunggu!"
"Rex!"
Dan Rex mengemudikan mobilnya dengan cepat. Aifa semakin panik bertepatan saat ia melihat Taxi melintas lalu mengulurkan tangannya untuk menyetop Taxi tersebut.
Buru-buru Aifa memasuki Taxinya.
"Sir, folgen Sie dem Auto jetzt. Verliere nicht den Überblick."
Supir itu hanya mengangguk dan segera mengemudikan Taxinya dengan cepat hingga tanpa Aifa sadari ia menjatuhkan ponsel nya sendiri ke trotoar jalan saat ia tergopoh-gopoh memasuki Taxi tersebut.
Note :
"Sir, folgen Sie dem jetzt. Verliere nicht den Überblick"
"Pak, ikuti mobil itu sekarang. Jangan sampai kehilanganmu jejak"
___
Aifa lupa situasi disekitarnya kalau sudah lihat Rex. Apalagi dia tinggal di negara baru. Syukur kalau ingat jalan. Kalau gak?
Bisa di pastikan Franklin bakal di gorok sama Daddy Fandi
Makasih sudah baca. Alhamdulillah kalian antusias.
Sehat selalu buat kalian ya.
With love
LiaRezaVahlefi
Instagram
lia_rezaa_vahlefii