Chapter 8

1179 Kata
Rex mengemudikkan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak menyangka lagi-lagi ketemu Aifa. Rex tidak habis pikir. Kenapa Aifa ada dimana-mana? Sekalipun sudah melepaskan jam tangannya. Tetap saja ia ketemu Aifa lagi dan lagi. Rex memperhatikan spion tengah dalam mobilnya. Memastikan tidak ada siapapun yang mengikutinya. Memastikan bila Aifa juga tidak mengikutinya. Setelah dirasa aman. Rex menepi. Menenangkan diri. Memukul stir kemudinya dengan u*****n kesalnya. Lalu ia teringat satu hal. Seseorang yang bisa menjadi pendengar baik untuknya selama 3 tahun belakangan ini. Rex merogoh ponselnya. Mencari nama seseorang tersebut kemudian menghubunginya. Hanya membutuhkan waktu 10 detik. Panggilan itu terjawab. "Asalamualaikum?" "Wa'alaikumussalam. Aisyah?" "Mas Re? Ada apa?" Rex menarik napas sejenak. Menghembuskannya secara perlahan. Hanya mendengar suara dari Aisyah sedikit demi sedikit rasa kekesalan itu menguar begitu saja. "Tidak apa-apa. Aisyah sibuk?" "Alhamdulillah gak mas. Lagi bikin sesuatu nih." "Oh ya?" Rex menarik kedua sudut bibirnya. "Memangnya Aisyah lagi apa?" "Aisyah lagi masak buat makan malam Mas Re. Ya gak banyak sih. Dikit aja. Kan Aisyah tinggal sendirian dikost." "Kalau mengganggu aku akan tutup panggilan ini." "Gak kok. Justru sekarang mas yang merasa terganggu. Iyakan?" "Maksudmu?" "Gak ada hujan. Gak ada angin. Tiba-tiba hubungin Aisyah. Pasti ada sesuatu yang mengganggu mas. Mungkin.. mbak Aifa lagi?" Rex terdiam sesaat. Aisyah benar. Wanita berusia 25 tahun itu benar. Aisyah selalu benar saat menebak dirinya. Terutama saat hatinya gundah yang disebabkan oleh Aifa. "Iya. Itu benar." "Mas Re yang sabar ya. Jodoh gak kemana kok. Sejauh apapun kalian berpisah, tidak ada yang bisa mengelak kalau takdir membuat kalian bersama dalam ikatan pernikahan. Jangan terus menghindari Mbak Aifa Mas Re." "Tapi aku ragu Aisyah. Aku-" "Mas Re yang baik. Dengerin ya saran dari Aisyah. Keragu-raguan yang muncul dari orang yang sering ragu pada hakikatnya berasal dari setan." "Keraguan itu tidak perlu dihiraukan Mas Re. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa setan senantiasa menggoda dalam diri manusia." "Aku.. aku hanya tidak percaya diri apakah aku mampu membahagiakannya atau tidak.." "Mas harus yakin. Serahkan semuanya pada Allah ya. Mas harus tahu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِيْ مِنَ اْلإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ "Sesungguhnya setan berjalan di dalam diri manusia di tempat mengalirnya darah." Rex tak mampu berkata lagi. Mendengar lantunan Ayat Suci Al Quran dari suara Aisyah di telinganya membuatnya tersenyum tipis. Seperti yang ia pikirkan tentang Aisyah. Sosok wanita muda yang baru saja lulus dari Universitas Indonesia itu memang membuat hatinya tenang sejak dulu. Sebuah perkenalan yang terjadi tiga tahun yang lalu ketika ia bertemu dengan Aisyah saat melaksanakan kegiatan magang di perusahaannya WK Group Indonesia. Sosoknya yang teduh. Baik. Sopan dan Solehah itu membuat komunikasi diantara mereka bejalan dengan baik hingga sekarang. Rex meninggalkan Indonesia seminggu sebelum Aisyah mengakhiri masa magang di perusahaannya. "Terima kasih." "Untuk apa Mas?" "Telah menjadi pendengar yang baik buatku selama ini." "Alhamdulillah sama-sama mas. Jadi.. kapan mas Re balik ke Indonesia?" "Insya Allah bulan depan." "Wah gitu ya. Yaudah Aisyah tunggu deh." Rex tertawa geli. "Aku penasaran bagaimana dirimu nanti. Apakah tambah tinggi. Tetap pendek atau tetap sama seperti dulu." "Ih Mas Re apa'an sih! Aku- Aaaaaaaaaaaaaa tidak! Ikan goreng ku gosong!" Klik. Sambungan terputus begitu saja. Rex mengerutkan dahinya dan menatap layar ponselnya. Untuk kesekian kali Rex tersenyum geli. Pikirannya sudah tenang. Rex akan menganggap semuanya akan baik-baik saja sampai akhirnya Aifa menyerah dengan sendirinya. Rex memejamkan kedua matanya sejenak. Bayangan wajah Aifa, cara tersenyum dan keceriaannya bahkan tatapan cintanya itu kembali hadir. Rex berusaha menepis bayangan Aifa. Rex berusaha melupakan Aifa. Rex berusaha menjauhkan Aifa. Rex berusaha mengabaikan Aifa. Tapi kenapa si wanita manja itu melekat dalam hati dan pikirannya selama 4 tahun ini? Apakah sesulit itu sampai-sampai dengan menjalin komunikasi dengan si wanita baik Solehah macam Aisyah saja tetap tidak menimbulkan efek apapun pada dirinya? "Aku tidak akan pernah menyerah melupakan Aifa. Untuk apa mempertahankan jika Daddynya saja begitu banyak aturan dan tidak bisa menerima kekuranganku?" "Jadi kapan Lo balik?" "Bulan depan. Kenapa? Sebegitunya ya Lo kangen sama gue nek?" Ayesha memutar kedua bola matanya dengan jengah. Saat ini wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu sedang melakukan panggilan video call dengan Luna. Perbedaan waktu memang tidak membuat keduanya mengalami masalah apalagi saat ini waktu hampir larut setelah Ayesha memerhatikan jam di dinding kamarnya. "Plishh jangan panggil gue nenek! Gue masih muda." Luna mendecak kesal. "Ingat umur woi! Cucu sudah segambreng. Jagoan semua. Bisa di pastikan kalau lebaran rumah Lo macam sekolah TK." "Ya baguslah. Biar rame. Biar masa tua gue gak semenyedihkan kayak Lo. Anak lo belum pada nikah. Itu Rex kapan lamar anak gue? Huh? Anak gue bukan jemuran macam bisa di gantungin gitu." Tiba-tiba raut wajah Luna muram. Mengetahui hal itu Ayesha merasa bersalah. "Em Lun." Ayesha berdeham."Gue.. gue cuma bercanda. Lo-" "Tidak apa-apa Ay. Lo benar." ucap Luna akhirnya. "Gue paham kok Rex belum lamar Aifa setelah laki Lo itu terlalu meragukan putra gue. Tapi ya, sebagai ibu gue juga sedih. Gue tau banget gimana rasanya jadi cewek yang di abaikan sama orang yang di cintai. Kita pernah mudah Ay. Jelas aja tahu bagaimana rasanya. Lo gak kepikiran buat bujuk Fandi lagi? Gue yakin seyakin-yakinnya kalau mereka itu saling mencintai." Ay menghela napas. "Fandi terlalu sayang sama Aifa. Sampai-sampai untuk calon suami Aifa aja Fandi benar-benar Overprotektif banget. Dia cuma takut Rex gak bisa bahagiain Aifa. Maafin Fandi ya. Gue harap Lo gak tersinggung." "Iya gue paham Ay. Setiap orang tua juga pasti pengen anaknya punya pasangan terbaik dalam hidupnya. Tapi gue gak tega Ay. Semenjak kejadian 4 tahun yang lalu Rex benar-benar berubah. Dia jadi kaku. Pendiam. Terlalu sibuk sama semua pekerjaan. Pokoknya dia benar-benar tertutup. Dia jadi jarang curhat sama gue. Ya gue sadar kalau sedikit banyaknya Ronald ada suruh dia untuk membimbing Ray di dunia bisnis di RD Corporation. Tapi ya Ay.. tetap aja gue takut banget sama kondisinya itu loh. Lama-lama gue juga kesal sama tu anak! Kesibukannya di jadikan alasan buat dia untuk nunda pernikahan." "Iya gue tau paham Lun. Ya doakan aja lah suatu saat mereka berjodoh. Jangan sampai sebagai orang tua kita ikut-ikutan bermasalah cuma karena ungkit kekurangan dan kelebihan anak kita masing-masing. Kita sahabatan sejak dulu. Saling berbesanan itu harapan kita iya kan Lun?" "Ay! Ay! Gawat! Aifa! Aifa! Dia.. Kenapa tiba-tiba gak ada kabar?! Ponselnya gak aktif sudah beberapa jam yang lalu." "Apa? Masa sih Fan? Kamu sudah yakin?" Luna yang mendengar samar-samar suara Fandi sedang panik pun kini mengerutkan dahinya. "Loh, loh, Ay. Itu laki Lo kenapa? Si Fandi kenapa?" "Luna. Sudah dulu ya. Aifa tiba-tiba gak ada kabar. Franklin menemukan ponsel Aifa jatuh di jalanan. Sesuatu terjadi sama Aifa sekarang." "APA?! Ya Allah Aifa! Yaudah pokoknya Lo harus tenang. Kabarin gue kalau ada apa-apa oke?" Panggilan video call berakhir. Tanpa Luna sadari. Rex terdiam. Ia membeku seketika mendengar semua ucapan mommynya bahwa Aifa menghilang tanpa kabar apalagi menjatuhkan ponselnya di jalan. Rex itu ya Sok kuat buat abaikan Aifa. Padahal yang sebenernya.. Eh tadi ada sosok Aisyah tuh. Tokoh baru disini. Apa yang kalian pikirkan tentang Aisyah? Makasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian ya. With Love LiaRezaVahlefi Instagram lia_rezaa_vahlefii
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN