Chapter 6

1085 Kata
Rex menghempaskan dirinya di sofa. Lalu memijit pelipisnya yang pening. Harapannya di negara ini agar bisa merehatkan otak dan sedikit refreshing setelah berbagai macam bergelut dengan pekerjaan kini sirnalah sudah. Rex memejamkan kedua matanya. Bayangan Aifa dan masalalu kembali terlintas di benaknya. Aifa tidak pernah berubah sejak dulu. Aifa memang menjaga cintanya sejak dulu. Dan Aifa adalah wanita setia yang menunggu cinta darinya setelah sekian lama. Tapi Rex kembali meragu bila ia akan gagal dalam membimbing Aifa dalam sebuah pernikahan sehingga membuatnya memilih mengalah terhadap perasaannya. Berpura-pura tidak perduli. Itu yang ia pikirkan saat ini. Rex mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Davi untuk datang kepadanya hingga selang beberapa menit kemudian pria paruh baya yang sudah mengabdi padanya sejak usia 10 tahun itu hadir. "Ada yang bisa saya bantu Mr.Davidson?" "Aku ingin mengakhiri liburan ini. Semuanya benar-benar gagal." Davi menatap Tuannya yang terlihat kusut sejak beberapa hari terakhir. Tapi ia paham bahwa hal itu disebabkan oleh urusan pribadi. "Ini jam tanganku. Laurent memasang pelacak disini. Mereka pikir aku tidak tahu. Buang saja atau hancurkan." Davi mengangguk. Ia menerima jam tangan Rex yang terbilang sangat mahal itu. Dan Rex tidak peduli bila jam tangannya itu hancur. Asalkan Aifa tidak mengikutinya lagi. "Baik Tuan. Saya akan-" "Asalamualaikum. Rex?" Rex menoleh kearah pintu. Tanpa diduga sang mommy pun hadir begitu saja tanpa memberi kabar sebelumnya. "Mommy?" Rex segera berdiri. Memeluk Luna sangat erat yang sudah ia rindukan sejak lama akibat kesibukan dan hubungan jarak jauh diantara mereka. "Kenapa tidak memberitahuku bahwa mom menyusul kesini?" "Kejutan!" Rex hanya tersenyum. Bayangan tentang berakhirnya liburan sepertinya ia tunda sejenak. "Mom benar-benar merindukanmu sehingga membuat mom tidak bisa mengundur waktu lagi buat menyusulmu ke Jakarta bulan depan." "Assalamualaikum." Suara salam dari arah pintu membuat keduanya menoleh. Ada adik tiri kembarnya bernama Rayna dan Rayni. Lalu ayah tirinya bernama Ronald. Rayna dan Rayni menatap kearah Luna dan Rex. Hanya tersenyum sebagai tanda kesopanan lalu menuju kamar mereka. Kedua adik kembar tiri Rex itu memang tidak akrab dengannya. Apalagi hanya untuk sekedar berbasa-basi. Rex menatap datar keduanya apalagi melihat Ronald. Ia melepaskan pelukannya pada Luna lalu menuju kamar. "Aku ingin beristirahat sebentar mom. Maaf." "Kamu lelah?" "Iya. Aku lelah." "Yasudah. Kamu istirahat saja dulu." Luna menatap Rex. Ia tahu bahwa putranya itu masih belum bisa menerima kenyataan masalalu yang pahit karena Ronald pernah membunuh suami sekaligus ayah kandung Rex. Luna menatap kepergian Rex dalam diam hingga sebuah rengkuhan pinggul membuatnya tersadar. "Aku sudah bilang kalau Rex tidak akan pernah menyukai kehadiranku Luna. Begitupun dengan membawa Rayna dan Rayni kesini." Luna menggeleng. "Tidak Ron. Rex hanya lelah. Dia ingin tidur. Bagaimana aku bisa pergi tanpa adanya kamu?" "Kamu yakin Rex bukan sedang menghindarku?" "Iya. Aku yakin. Ayo kita istirahat sejenak. Aku lelah." "Tapi Angel! Aifa yakin kalau Rex itu masih mencintaiku. Sepupumu itu sekarang berubah." "Sabar Aifa sabar. Mungkin dia hanya perlu waktu setelah Daddymu menyudahi hubungan kalian 4 tahun yang lalu. Dan sudah aku bilang kalau aku sekarang mengganti nama Aulia. Bukan Angel." "Ah aku lupa." Aifa menghela napas. Ia bersandar empuk di sofanya. Saat ini Aifa dan Aulia sedang melakukan panggilan video Call. Sementara salah satu asisten pribadinya selama di villa sedang melakukan meni pedi pada kuku kakinya. "Jadi Aifa harus gimana Li? Aifa sedih kalau Rex cuek, Aifa sedih kalau Rex dingin dan Aifa juga sedih kalau Rex tidak jantan lagi." "Ma-maksudmu? Tidak Jantan bagaimana?" "Jantan karena gak romantis kaya dulu Auliaaaa. Kamu kira apa?" Aulia berdeham. "Em ya.. aku kira-" "Mama Mama! Ayo tidur! Kata Papa Mama harus tidur. Kalau tidak Papa akan mengikat mama di atas tempat tidur." Tiba-tiba putra pertama Aulia dan Fay pum hadir begitu saja diantara mereka. Aifa berbinar. "Haaaaai Farizzzzzzzz.. apa kabar sayang?" "Tante Aifa? Mama! Mama! Kemarikan ponselnya! Fariz mau lihat Tante Aifa!" "Mama! Adek juga mau lihat Tante Aifa. Tante Aifa cantik secantik Putri Korea!" ucap Fadli lagi yang berusia 2 tahun. Fariz tak mau kalah. Putra kecil berusia 3 tahun itu kini ikutan ricuh seperti adiknya. "Mama! Aku juga mama! Aku juga mau lihat!" "Hei hei! Kalian. Ya ampun... Ponsel mama cuma satu." "Mama bobo aja sama Papa. Katanya papa kangen sama mama!" sela Fariz. Aifa terkekeh geli. Ia juga merindukan anak-anak sahabatnya yang berusia 3 tahun dan 2 tahun itu. Ah.. Aulia sudah menikah 5 tahun yang lalu. Anak sudah dua sementara dirinya? Apalah daya bila sepupunya Aulia itu belum meminang dirinya hingga sekarang. Aifa merasa ia benar-benar mengenaskan. Ia sudah di balap nikah oleh Frankie bahkan adiknya itu sudah memiliki empat jagoan. Lalu Aulia tiga jagoan. Ah sudahlah. Memikirkan hal itu semakin membuatnya bermuram durja saja. Aifa mengerutkan dahinya karena Aulia tidak terlihat di layar ponselnya. "Hai anak-anak Mama kamu mana?" "Mama sudah di bawa Papa ke kamar Aunty!" "Benarkah? Wah sayang sekali. Kalau gitu ini sudah malam. Kalian harus tidur. Kalau tidak Mamamu tidak akan bisa membuat adik buat kalian." "Adik?" "Iya Adik. Yang lucu kayak Tante Aifa." "Aaaaaaaaaaaaaa aku mau adiiikkkk. Kalau gitu aku mau bobo dulu ya aunty! Ayo dek kita bobo! Dadaaaaaaaaaa Aunty!" "Dadaaaa Fariz. Dadaaaa Fadlii." Dan panggilan video berakhir setelah Aifa melambaikan salah satu tangannya pada layar ponselnya. Tapi setelah itu raut wajahnya kembali muram. "Malangnya nasib Aifa.." "Tapi Aifa gak boleh sedih. Aifa punya Allah kok. Allah itu sayang sama Aifa yang memiliki hati penyabar." Bertepatan setelah itu semua kukunya sudah selesai di meni pedi. Para pelayan pribadinya melenggang pergi sambil menunduk hormat. Tanpa Aifa sadari, Franklin menatap kakaknya dari kejauhan. Ia menghela napas sambil memegang kunci mobil ditangannya. Karena ia paling tidak bisa melihat kakaknya bersedih dan berniat mengajaknya jalan-jalan hari ini. "Banyak yang bilang kakak itu kekanakan. Kakak memang pengejar cinta. Bukan Dikejar cinta. Tapi karena kesabarannya itulah yang membuatku kagum karena kakak bisa memahami situasinya sendiri sehingga aku menganggapnya sebagai kakak yang dewasa. Bukan kekanakan." ucap Franklin dalam hati. ____ "Jika ia mendekat pada Ku sejengkal, Aku mendekat padanya sehasta, Jika ia mendekat pada Ku sehasta, Aku mendekat padanya sedepa. Dan jika ia datang kepada Ku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan cepat". (HR Bukhari). Jangan lupa libatkan Allah dalam setiap urusan termasuk urusan yang berhubungan dengan memperjuangkan cinta. Tetap mendekat dan memperbanyak amal kebaikan kepada Allah serta memohon petunjuk yang terbaik darinya. Jika kalian ilfil sama Aifa, silahkan ;) itu sudah menjadi kekuarangan Aifa saat ini. Selagi janur kuning belum melengkung, Aifa akan tetap berusaha Kalau sudah cinta emang susah ya Makasih sudah baca. Sekali lagi, kalau ilfil sama Aifa boleh out kok sama cerita ini Sehat selalu. Semoga terhubur dengan anak kesayangan author si Aifa itu With Love LiaRezaVahlefi Instagram lia_rezaa_vahlefii.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN