BAB 2

1120 Kata
Jayanti Ayudisha sedang berada di bridal boutique ternama yang hanya menjual baju pengantin karya para perancang ternama. Ia sedang fitting baju pengantin sebelum akhirnya menikahi pengusaha ternama Bastian Aldebaran. Tinggal dua minggu saja menjelang pernikahannya. Ia menatap dirinya yang mengenakan balutan gaun pengantin panjang dengan model pas di tubuh. Bagian atasnya terbuka tanpa lengan dengan kerah berbentuk bulat yang sedikit rendah. Gaun yang memperlihatkan sebagian dari belahan dadanya. Bastian pasti suka. Dia akan tergila gila padaku di malam pengantin nanti! Ah, kenapa juga tidak dari dulu aku mendekati Bastian? Untuk apa juga aku bersama si Andra selama ini? Andra memang tampan dan cerdas, tapi dia tidak memiliki apapun! Aku bodoh sekali bisa bersamanya hingga satu tahun. Aku yakin, dia pasti shock saat melihat harga baju pengantin yang aku kenakan ini. Andra tidak akan mampu membelikannya untukku. Dasar lelaki miskin! Kenapa juga aku merendahkan diriku untuk bersamanya? Aku, Jayanti Ayudisha, seorang model, tubuhku sempurna, dengan wajah yang seringkali membuat lelaki tergila gila. Tidak sepantasnya aku bersama seseorang seperti Andra. Bastian yang terbaik. Lelaki yang memberikan segalanya untuknya. Jayanti menatap cincin di jari manisnya. Setidaknya harga cincin ini mungkin dua ratus juta. Gaun ini sekitar seratus juta. Aku akan hidup bahagia dan berlimpah harta dengan menjadi Nyonya Aldebaran. Ia kembali mematut dirinya di depan cermin dan memastikan kalau gaun itu memang sudah pas di tubuhnya. Ok, gaun sudah aman. Sekarang waktunya mengecek venue. Ngomong ngomong, kemana Cempaka? Jayanti menatap ponselnya. Sudah berulang kali ia menghubungi sahabatnya itu tapi tidak juga mengangkat. Sahabatnya itu janji menemuinya di bridal boutique untuk sama sama pergi ke venue yang berada di sebuah hotel bintang ternama dan terbesar di ibukota. Tapi, Ce tak kunjung datang. Mungkin dia berubah pikiran dan langsung menuju lokasi. Nanti aku hubungi lagi saja saat tiba di venue. Jayanti pun pergi ke alamat tempat resepsi pernikahannya nanti. *** Bastian memacu tubuhnya di atas Cempaka. Keduanya basah oleh keringat. Dua ronde terlewati tapi nafsu itu seakan tak terkendali. "Ah, damn Bas, terus!" Cempaka mendesah. "Ah ya, di situ. Lagi, lagi, lagi.. AHH." "Sekarang! Aku tak tahan lagi," Bastian meremas kedua buahdada Cempaka yang terus bergoyang di hadapannya. "Iya," Cempaka tiba tiba saja berteriak. "Ohhh.. Bas.. Ahh.." Keduanya melakukan pelepasannya. Bastian pun melemah. Ia menarik nafas panjang dan membiarkan tubuhnya menimpa Cempaka. d**a mereka saling beradu. Nafas mereka saling berhembus. "Ah, kamu memang luar biasa," Bastian menarik miliknya dan berbaring di sebelah Cempaka. "Kamu juga," Cempaka mengecup d**a lelaki yang menjadi partner rutinnya di tempat tidur. "Aku sedikit sedih karena kamu mau menikahi sahabatku. Apa ini terakhir kali kita melakukannya? Apa ini semacam bachelor party?" Cempaka menggodanya. Bastian menarik tubuh Cempaka hingga mendekat, "Salah sendiri, kamu selalu menolak lamaranku." "Aku hanya menginginkan tubuhmu," Cempaka dengan berani kembali naik ke atas tubuh Bastian. "Tubuhku, milikmu," Bastian meremas kedua buahdada ranum yang berukuran cukup besar milik Cempaka. "Meski kamu sudah menikah nanti?" Cempaka membusungkan dadanya dan membiarkan Bastian terus menyentuhnya. "Anytime, untukmu," Bastian mengerang. Ia kembali bernafsu melihat Cempaka yang kembali meliukkan tubuhnya. "Kalau begitu, kita sudahi dulu," Cempaka mengecup bibir Bastian. "Apa? Damn! Kenapa?" Bastian merasakan gairahnya kembali datang dan tak ingin mengendalikan semua hasrat yang ada. "Aku lupa. Seharusnya siang ini aku dan Anti melihat venue pernikahanmu nanti," Cempaka bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan menuju kamar mandi. Bastian dengan cepat bangun dari tidurnya dan berlari ke arah Cempaka lalu memanggul tubuhnya, "Jangan melarikan diri. Kita lakukan sekali lagi di kamar mandi." Cempaka hanya cekikikan. Ia berhasil menggoda Bastian, dan itu yang ia mau. *** "Hai, sori aku telat," Cempaka mendekat ke arah Jayanti. "Setidaknya angkat teleponmu," Jayanti menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa. Aku sedang rapat penting," Cempaka berbohong dengan cueknya. "Bagaimana menurutmu soal layout?" Jayanti memperlihatkan layout area yang sudah dibuat pihak hotel. Dengan acuh tak acuh, Cempaka memperhatikannya, "Ok. Aman." "Aku pikir juga begitu," Jayanti mengangguk. Ia pun bicara dengan pihak hotel dan mengkonfirmasi semuanya. Cempaka hanya menatap sekeliling venue tersebut. Dalam hati ia berucap, Kamu mungkin akan menikahi Bastian, tapi tubuhnya dan hatinya tetap menjadi milikku. Diam diam ia tersenyum dengan licik. Bastian Aldebaran sudah sejak lama tergila gila padanya. Tapi, entah kenapa, terikat dalam sebuah pernikahan tidak membuatnya tertarik. Meski Bastian berulang kali melamarnya, jawabannya selalu TIDAK. Aku menyukai kebebasanku Bas! Once a NO, always a NO. Sampai suatu hari, Jayanti bercerita kalau Bastian Aldebaran telah menarik hatinya dan berniat mendekatinya. Cempaka hanya tersenyum dan hanya menjadi pendengar yang baik untuk Jayanti. Bagaimanapun, ia tahu kalau Bas tidak mungkin beralih ke lain hati. Hingga suatu malam, Bastian marah dan mengancamnya akan menikahi perempuan lain. Cempaka tetap bersikukuh dan berkata TIDAK. Penolakannya yang terus menerus membuat Bas suatu hari mengancamnya. Dia bilang : Aku akan menikahi sahabatmu kalau kamu terus menolakku! Dia menyukaiku dan terang terangan mendekatiku! Cempaka ingat jawabannya saat itu : Lakukan saja! Ia tahu Bastian menyesali semuanya. Tapi egonya yang tinggi tidak mungkin membuatnya mundur. Cempaka cukup tahu kalau Bastian hanya ingin menunjukkan kalau bisa move on darinya. Hanya saja, Bastian salah perhitungan. Keberadaan Jayanti tidak akan membuatnya melupakan seorang Cempaka. Kejadian tadi, di tempat tidur, sudah cukup menjadi bukti kalau Bastian Aldebaran akan menjadi milikku sampai kapanpun. *** Andra dengan fokus menatap layar komputer yang menampilkan aneka bahasa program. Bahasa yang tidak akan dimengerti oleh orang awam. Ia mencoba mencari kesalahan yang ada dalam programnya dan memperbaikinya. Aplikasi yang sedang ia kembangkan adalah sebuah AI Chat yang membuat pengunduhnya bisa berkonsultasi tentang banyak hal dan dijawab oleh robot AI. Nantinya AI Chat ini menyediakan berbagai macam solusi untuk banyak hal, mulai dari bisnis hingga urusan pribadi. Saat sedang berkonsentrasi penuh, tiba tiba pintu apartemennya terbuka. Ia menoleh dan melihat Agni masuk dengan muka sumringah, “Andra semangat! Ada kabar baik!” “Apa?” Andra mengangkat kepalanya dan berdiri dari kursinya. “Akhirnya, ada investor yang tertarik pada aplikasi yang kamu buat! Seminggu lagi, kita rapat dengannya!” Agni berteriak dengan senang. “Se-serius?” Andra tak percaya. “Serius!” Agni mengangguk. “Oh!” Andra mengatupkan bibirnya. Ia senang, hingga tak sanggup berkata kata. Agni mendekat ke arahnya. "Kamu bisa! Ok? Kita pasti bisa!" "Kamu sepertinya pembawa keberuntungan," Andra tertawa. "Tentu saja! Zeta Agnia is your lucky star," Agni mengiyakan dengan percaya diri. "Ya! Aku semangat! Aku pasti bisa! Kamu juga pasti bisa!" Andra menyemangati dirinya sendiri. Agni hanya tertawa, "Jangan kaku seperti itu! Ah dasar programmer." "Pokoknya semangat!" Agni kembali bicara. "Ingat janjimu untuk membuktikan kalau kamu bisa! Jangan biarkan mantan kekasihmu berpikiran kalau kamu tidak bisa apa apa! Kamu harus sukses demi dirimu sendiri dan membuktikan diri pada orang lain, khususnya mantan kekasihmu itu!" "Ingat kalau kamu keren Andra," Agni tersenyum lebar. Andra ikut tersenyum. Agni benar, aku harus membuktikan diri. Tak lama lagi, kesuksesan akan berada di tanganku! Jayanti, kamu akan menyesal telah meninggalkanku!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN