BAB 3

1509 Kata
"Coba kamu tes aplikasi ini. Gunakan selama beberapa hari," Andra sudah memperbaharui aplikasi yang dia buat. "Jangan sampai saat ketemu investor nanti ternyata banyak yang bermasalah," Andra mengingatkannya. "Siap bos!" Agni tersenyum lebar. Ia mengunduh aplikasi tersebut dan menggunakannya, "Andra, aplikasi ini super keren! Aku tak menyangka kamu sejenius ini." Andra hanya tergelak, "Aku memang jenius." "Oh iya, siapa calon investor itu?" Andra memastikan, "Kamu sudah pastikan keabsahannya?" "Sudah! Yang menelepon bahkan asistennya. Semacam sekretaris, namanya Enif. Setelah aku cari tahu, dia memang asisten pribadi dari seorang konglomerat. Dan, konglomerat ini juga ternyata seorang angel investor," Agni menjelaskan. "Ini datanya!" Agni menunjukkan data mengenai perusahaan calon investornya tersebut Andra membuka dan membacanya. ORION GROUP. Pendirinya adalah Altair Orion. Altair Orion menjadi orang terkaya nomor dua di Indonesia. Tercatat, Altair Orion mengantongi kekayaan sebesar USD 33,7 miliar atau sekitar 495 triliun rupiah. Menurut catatan Economy Today, kekayaan Orion mengalami perubahan yang agresif dari tahun 2020 hingga 2023 ini. Kunci kekayaan Altair Orion tak lain melalui kucuran dana dari emiten-emiten miliknya yang mayoritas bergerak di bidang industri teknologi informasi, media dan hiburan. Salah satunya adalah Orion Technology yang menjadi produsen Alphone atau Alpha Phone. Orion Technology tercatat memiliki kapitalisasi pasar senilai USD 1,2 triliun atau sekitar 17 kuadriliun rupiah per akhir tahun 2022. Berdasarkan kapitalisasi pasar ini, membuat Orion Technology menjadi perusahaan nomor tiga di seluruh dunia dalam bidang informasi teknologi. Kapitalisasi pasar Alphone juga melonjak 20% sepanjang tahun berjalan. Saat ini, Altair Orion juga dikenal sebagai angel investor yang seringkali memberikan modal pendanaan awal yang cukup besar pada pengembangan usaha start up. Altair memiliki julukan "Si Bintang Terang dari Orion" karena memiliki banyak portofolio investasi sukses. "Percaya?" Agni menantang Andra. "Aku percaya. Tidak mungkin ada yang berani membawa bawa nama Altair Orion untuk menipu," Andra mengangguk. "Lagipula, mau menipu apa? Kita punya apa untuk ditipu?" Agni terkekeh. Andra ikut tergelak. "Satu hal yang harus kamu tahu," Agni menatap Andra dengan serius. "Apa?' Andra mengerutkan keningnya. "Aku ingat nama lelaki yang ada di undangan itu. Yang akan menikahi Jayanti. Jangan marah aku membahasnya ok?" Agni menepuk bahu Andra. "Tidak. Aku tidak marah. Apa? Ceritakan saja," Andra menatapnya. "Nama lelaki itu, Bastian Aldebaran bukan?" Agni memastikan. Andra mengangguk. "Aku membaca kalau Altair Orion kehilangan cucu satu satunya dalam sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa anak kandung dan menantunya. Nah, sejak itu, Altair mulai mendelegasikan beberapa emiten miliknya dalam kekuasaan keponakannya yang bernama Astra Aldebaran," papar Agni. "Nah, anak satu satunya dari Astra Aldebaran adalah Bastian Aldebaran," Agni menghela nafas panjang. "Kamu tidak masalah bukan?" Agni memastikan. "Lagipula, kita berhubungan langsung dengan Altair Orion sebagai angel investor bukan Altair Orion sebagai CEO Orion Group," tambah Agni lagi. Andra menggigit bibirnya dan berpikir. Bagaimanapun ini bisnis, tidak ada hubungan dengan Bastian Aldebaran. Hmm.. "Kita lanjut saja," Andra mengiyakan. "Ok good! Kita profesional bukan?" Agni tersenyum lebar. Ia kembali menepuk nepuk bahu Andra, "Kamu bisa. Dan kamu tidak sendiri. Ada aku. Ok?" Andra tersenyum, "Ya, ya, ya.. Tanpa kamu, apalah artinya aku." "Oh ya, tadi kamu bilang, Altair Orion kehilangan cucu satu satunya dalam sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa anak kandung dan menantunya. Maksudnya, cucunya hilang?" Andra mengerutkan keningnya. "Tapi anak dan menantunya meninggal dunia. Begitu?" Agni mengangguk, "Yes. Jadi, saat itu anak dan menantunya pergi bersama cucunya. Saat kecelakaan, jasad anak dan menantunya diketemukan dalam kondisi meninggal dunia, tapi cucunya tidak ada." "Oh.." Andra mengangguk. "Sedih juga ya hidupnya. Aku jadi ingin ketemu Altair Orion. Seperti apa sosoknya? Dia lelaki kuat," Andra langsung merasa kagum. "Siapa nama cucunya?" Andra penasaran. "Yang aku tahu nama anaknya adalah Auriga Orion dan istrinya Andhara Sagitta. Nama cucunya, aku tidak tahu," Agni menggeleng. "Tragis sekali, memiliki kekayaan berlimpah tapi kehilangan orang yang dicintai. Miris ya.. Entah kenapa, rasanya aku ikut sedih," Andra menarik nafas panjang. "Itu sebabnya dia menjadi angel investor. Kata rumor rumor yang beredar, dia ingin membantu anak muda untuk berkembang. Setiap melihat anak muda, apalagi seumuran cucunya, selalu membuatnya tergerak karena membayangkan cucunya," ungkap Agni. "Kamu lengkap sekali informasinya," Andra tersenyum. "Inilah keuntungannya kamu bekerja dengan calon penulis," Agni tergelak. "Aku terbiasa dengan mencari data data untuk bahan bahan menulis. Jadi rasa ingin tahuku tinggi." "Nice! Aku tidak salah pilih," Andra mengacungkan jempolnya. "Tentu saja," Agni tertawa. *** Setelah selesai mengunjungi dan mengecek venue, Jayanti dan Cempaka pun mendatangi kantor tempat Bastian berada. Jayanti ada janji dengan perancang jas yang akan Bastian kenakan nanti. Calon suaminya itu sibuk jadi belum ada waktu untuk fitting. Mau tidak mau, perancang dan jasnya yang datang ke tempat Bastian. Akhirnya, mereka pun tiba di kantor pusat Orion Entertainment yang megah. Dari sekian banyak perusahaan dari Orion Group, Bastian memegang kendali dan menjadi CEO Orion Entertainment. Perusahaan film dan industri hiburan ternama di tanah air. Di perjalanan, Jayanti pun mengingat awal kedekatan mereka. Sebetulnya, mereka sudah saling mengenal bertahun tahun lalu, karena memang Cempaka dan Bastian dekat. Jadi ia pun mengenal Bastian. Ia akui kalau seringkali mencoba menggodanya tapi Bastian seperti tidak menunjukkan ketertarikan. Namun, satu hari, peluang itu datang. Bastian yang mabuk berat sepulang dari sebuah acara meminta bantuannya untuk mengantarkannya ke penthouse tempat tinggalnya. Aku datang di waktu yang tepat. Hari saat Bastian pergi tanpa pengemudi. Dan hari saat Bastian mabuk berat. Setibanya di penthouse. Semuanya tinggal sejarah. Bastian dengan berani menyentuh tubuh Jayanti. Satu persatu pakaian yang menutupi tubuhnya terlepas dan Bastian pun melakukan aksinya. Malam yang panas. Jayanti mengatupkan bibirnya mengingat betapa Bastian sangat bernafsu ketika melihat tubuh polosnya. Lelaki itu memacu tubuhnya hingga berulang kali. Bastian ternyata sangat ahli di tempat tidur. Hal yang membuatnya semakin tergila gila pada calon suaminya itu. "Kita sudah sampai buk," Cempaka menyadarkannya dari lamunan. "Oh ok," keduanya pun turun dan naik ke lantai tujuh belas tempat ruangan Bastian berada. Jayanti membuka pintu ruangannya dan menghampiri suaminya, "Luangkan waktu untuk fitting ok?" "Iya iya," Bastian menarik tubuhnya dan mengecup bibirnya. Jayanti membiarkannya. Toh hanya ada Cempaka di situ. "Mana Marco?" Bastian menanyakan keberadaan perancang jas yang mereka tunggu. "Lagi naik ke sini, sebentar lagi," Jayanti menjawabnya. Selang beberapa menit kemudian, Marco masuk ke ruangan Bastian dan mulai fitting jas yang sudah dibuat. Ternyata hasilnya sudah sesuai. Jayanti tersenyum lebar. Jas untuk Bastian artinya sudah aman. "Saya pamit dulu," Marco dan asistennya membereskan barang-barangnya. "Ok, Thank you," Jayanti tersenyum. "Aku antar ke lift." Mereka pun keluar dari ruangan Bastian. Cempaka menghampiri Bastian, "Kamu tampan dengan jas tadi." "Tapi aku tahu kalau kamu lebih prefer aku tanpa apapun," Bastian menarik tubuh Cempaka mendekat dan mencium bibirnya dengan ganas. "Uuhhh.. Kamu tidak takut calon istrimu melihatnya?" Cempaka meremas area menonjol yang terletak di antara s**********n Bastian. Bastian langsung terpancing. Ia meremas b****g Cempaka. Dan dengan gerakan cepat, ia membuka dua kancing teratas kemejanya. Bastian pun menghisap buahdada Cempaka hingga meninggalkan jejak merah. Kedua tangannya mengangkat rok cempaka hingga memperlihatkan thong warna hitam yang Cempaka kenakan. "Kita lakukan sekarang!" Bastian mendorong tubuh Cempaka ke arah tembok. "Apa kamu gila? Jayanti di luar sana," Cempaka dengan susah payah merapikan kemeja dan roknya. "Malam ini, aku tunggu! Kalau tidak, aku datang ke tempatmu," Bastian menyeringai dan duduk di kursi kerjanya. Cempaka mendekat dan menggigit telinga Bastian, "Kamu ke tempatku ok?" Bastian hanya tersenyum. Tak lama pintu terbuka. Jayanti pun masuk. Cempaka merangkulnya, "Urusan selesai bukan? Kita langsung pergi ok?" "Ok," Jayanti mengangguk. Ia mengecup Bastian dan melangkah keluar ruangan. Cempaka diam diam melirik ke arah belakang dan mengedipkan matanya pada Bastian. Bastian mencoba menenangkan dirinya dan berusaha membuat sesuatu di bawah sana kembali normal. *** Altair Orion kembali membaca sebuah proposal start up yang menggunakan artificial intelligence. Aplikasi yang nantinya mampu menjawab setiap pertanyaan sehari hari, mulai dari pendidikan sampai pengembangan bisnis. Ini adalah bisnis masa depan. Tapi, ada satu hal yang menarik perhatiannya dari proposal tersebut. Yaitu nama app programmer dan developer yang tercantum, yaitu Rigel Andromeda. Andromeda adalah nama cucunya. Cucu kesayangannya yang bahkan belum pernah ia sentuh. Cucu kesayangannya yang ia lihat hanya dalam bentuk foto dan video. Hari naas itu, seharusnya menjadi hari ia bertemu dengan cucunya. Menantunya, Andhara melahirkan lebih cepat dari jadwal yang seharusnya. Ia tak bisa hadir di samping anak dan menantunya karena sedang berada di belahan bumi lain. Saat ia mendarat di tanah air, rasa tak sabar ingin melihat langsung cucunya seperti terhempas begitu saja. Dalam perjalanan menjemputnya ke bandara, mobil yang membawa anak dan menantunya itu kecelakaan. Dan cucunya yang baru berusia seminggu, bahkan namanya belum diumumkan kepada dunia pun menghilang. Tapi, Altair tahu kalau nama cucunya adalah Andromeda Orion. Calon penerus Orion Group. Perasaannya mengatakan kalau cucunya ada di suatu tempat. Kalau ingin cucunya mati, selama tiga puluh tahun ini seharusnya ketemu jasadnya. Selain itu, tidak ada permintaan tebusan yang membuatnya meyakini cucunya diculik. Ia tak berani melakukan tindakan apapun secara terang terangan, karena tidak ingin melukai cucunya yang mungkin masih hidup. Selama ini, Altair hanya mencarinya dengan diam diam. Hanya Enif yang tahu. Saat melihat proposal ini, lalu membaca nama yang tercantum, hanya membuatnya penasaran. Itu sebabnya, Altair memutuskan untuk menemui langsung si pengirim proposal ini. Kalau Rigel Andromeda adalah cucunya, tidak mungkin ia tidak tahu. Altair tersenyum lebar. Apakah aku akan ketemu cucuku?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN