Senja beranjak perlahan, menyelimuti ruang latihan dengan nuansa keemasan yang hangat, namun suasana di dalam ruang itu terasa dingin. Serena menatap tajam pada Jana, wajahnya memancarkan kemarahan yang terpendam. Rio, yang tadinya tengah berlatih dengan Jana, memilih untuk menyingkir, membiarkan kedua perempuan itu menyelesaikan urusan mereka sendiri. "Apa yang telah kamu berikan pada Shaka! Kenapa dia sampai mau sama kamu?" suara Serena bergetar, penuh dengan emosi yang sulit disembunyikan. Jana, yang berdiri tegak dengan ketenangan yang anggun, menatap balik Serena tanpa gentar. Wajahnya lembut, namun ada kekuatan dalam tatapannya. "Apa maksud kamu?" jawab Jana dengan suara yang tenang, seolah-olah pertanyaan Serena hanyalah angin lalu. Serena melangkah maju, matanya menyala-nyala d