Di malam itu, Jana merenung di bawah langit yang bermandikan cahaya bulan. Hatinya gelisah, ia mulai merasa asing dengan dirinya sendiri. Pikirannya melayang antara wajah Aksa yang penuh dengan tawa dan Shaka yang selalu hangat dengan senyumannya. Tak terhitung sudah malam-malam ia habiskan dengan senyum-senyum Aksa yang membuat hatinya berdesir. Namun, ada juga Shaka, dengan matanya yang menatapnya begitu dalam, membuat Jana merasa seperti berada di dunia yang lain. Di antara kedua pria itu, Jana merasa seperti kehilangan kompas. Dia tak bisa tidur malam ini, karena hatinya terombang-ambing di lautan perasaan yang tak pernah ia pahami sepenuhnya. Maya mengetuk pelan pintu kamar Jana, memasuki ruangan dengan tatapan penuh kepedulian. "Kenapa kamu belum tidur, Nak?" tanyanya pelan sambil