"Pak, gawat! Rio enggak hadir!" seru Raka, setengah berlari memasuki ruangan Aksa. Ruangan itu sudah diisi oleh kehadiran Jana yang sedang berlatih bersama Aksa. Berita itu menghantam ketenangan seperti batu yang dilempar ke dalam danau yang tenang. Jana tertegun, kebingungan segera menyelimuti pikirannya. Bagaimana bisa latihan ini berjalan tanpa Rio? Siapa yang akan menjadi lawan mainnya nanti? Pikiran itu berputar-putar dalam benaknya, menciptakan kekacauan kecil yang mengusik ketenangannya. Namun, berbeda dengan Jana yang dilanda kebingungan, Aksa tetap tenang. Tatapannya lembut dan penuh kepastian saat ia memandang Jana. Seolah-olah masalah yang baru saja diutarakan oleh Raka bukanlah hal yang berarti. Dalam keheningan yang mengikuti pengumuman mendadak itu, Aksa tersenyum tipis, se