“Itu artinya kau peduli atau bisa jadi kau menyukainya atau bisa juga hanya kasihan.” Naura mematung sejenak dan menoleh pada sumber suara. Di sana seseorang tengah berdiri diambang pintu dan mulai melangkahkan kakinya menuju ke arahnya. Tatapan Naura tak sedetikpun lepas dari wanita yang kini duduk di sampingnya dan berhadapan dengan Aksa. Naura bertanya-tanya, dari mana datangnya orang yang kini memangku dagunya dengan tangan dan menatapnya intens? Merasa ditatap penuh selidik nyali Naura sedikit menciut, ia pun hanya mampu menunduk apalagi setelah orang itu mengulangi ucapannya beberapa menit lalu. “Jadi ... mana dari jawabanku yang benar?” Orang itu bertanya pada Naura dengan pandangan yang Naura sendiri tak dapat artikan apa arti pandangannya tersebut. “Kak Elina?” kata Aksa yang