Sagara merasakan apa yang selama ini adiknya keluhkan, tak ada nyaman-nyamannya dikawal oleh orang-orang kakeknya. Dua orang yang cukup terlatih, sudah dipercaya kakeknya sejak lama, biasanya bertugas mengawasi Fayra. Ia menghela napas dalam-dalam, terpaksa harus mengalah, meninggalkan rumah sakit tanpa bisa bertemu Felora lebih dulu. Berkat bantuan salah satu pamannya, dia baru lega ketika mendapati foto dan video Felora, oh lengkap dengan tambahan foto Halim. Dia tersenyum kecil, membaca pesan pamannya. Sagara menyimpan ponsel, kemudian menatap ke jalan yang dilalui. “Felora,” gumamnya. Berharap kondisinya tidak separah sebelumnya, atau lebih. Mobil terus melaju hingga Sagara bertanya, “apa lagi perintah kakekku?” “Hanya menjemput dan memastikan Anda kembali ke rumah,” “Kalian