Ada yang menghentikan langkahnya. Sekian lama Fay tidak pernah melihat seseorang berada di ruang latihan suaminya malam-malam, hari ini ia melihat Sagara berada di sana. Sudah bermandi keringat tetapi tidak juga berhenti untuk memukul samsak hitam yang menggantung. Seolah tengah melampiaskan sesuatu dari hatinya. Fay sebagai Ibu tahu penyebabnya. Akan tetapi tidak menyangka, Sagara sampai segitunya. Dia pikir sang putra cukup bisa mengendalikan dirinya. Selalu tenang seperti biasanya. Ia sudah siap melangkah, saat sebuah tangan meraih lengannya. “Jangan, biarkan dia di sana. Sagara butuh melampiaskan sesuatu yang ada dalam hati, keresahannya.” Cegah Alyan. “Kamu tahu?” “Sudah dari malam lalu, setelah Felora di rumah sakit dan Halim mengumumkan tanggal transplantasi.” Beritahunya