Keenan tertawa menggeleng, tidak percaya gadis polos itu menghabiskan malam minggunya di klub malam. Pergaulan Dinar terbatas, dan dia gadis polos. “Iya, Mas Keenan. Dinar pergi ke sana,” ulang Dinar meyakinkan. “Kamu itu belum cukup umur.” “Ih, belum cukup umur gimana?” “Maksud Mas kamu nggak pantes ke sana.” Dinar cemberut mendengar kata-kata Keenan, yang selalu menganggapnya gadis polos. “Dinar nggak lama di sana, cuma sebentar, terus pulang.” “Kamu sama siapa ke sana?” Dinar menghela napas panjang, “Sendiri,” jawabnya berat. “Nggak usah ke sana lain kali.” “Iya, Mas. Hm … jangan bilang ke Mas Beno.” “Iya, Mas nggak akan bilang ke Mas Beno.” “Dinar … cuma mau tahu keadaan di sana.” “Kamu suka?” Dinar menggeleng. “Kamu nggak suka karena nggak ada teman, kalo ada teman, ya