“Iya, Ma.” “Apa kabar Mas Keenan?” “Ya, dia baik … sehat.” Ratri menghentikan kunyahannya, menatap wajah putri bungsunya dengan seksama. Dia mencurigai ada sesuatu yang disembunyikan Dinar di balik wajah cantiknya, dan dia mengetahuinya. “Lebih baik kamu nggak usah mengharapkan dia lagi,” ujar Ratri pelan sambil melanjutkan makannya. Pandangannya berubah menjadi kurang semangat. “Aku mencintainya, Ma.” “Apa dia mencintaimu? Dia orang yang sulit diambil hati.” “Tapi dia menyayangiku, Ma.” Dinar tidak menyetujui pendapat mamanya mengenai Keenan. Dia barusan mendapatkan pelukan hangat dan kasih sayang dari Keenan. Meskipun dia mengalami kekecewaan, tapi dia sangat tenang dan nyaman saat berada di dalam pelukan Keenan. Dinar yakin dia masih bisa berharap Keenan yang akan luluh, karena