Rara terperangah, dan dia senang mendengar apa yang diungkapkan Dinar. “Wah, selamat, Dinar,” ucapnya. Tapi Dinar tampak tidak begitu semangat mendengar ucapan Rara. Melihat Dinar yang tidak ceria, Rara menghentikan pekerjaannya yang sedang membaca beberapa lembar laporan. Dia beranjak dari duduknya, dan mendekati Dinar yang duduk di sofa. Dia duduk di samping Dinar, menepuk-nepuk lembut bahu Dinar. Dinar lagi-lagi heran akan sikap Rara yang berubah lebih formal. Lalu matanya melirik ke arah meja kerja Rara, berpikir mungkin karena pekerjaan yang menumpuk membuat Rara berubah sikap. “Jadi kamu bekerja di kantor ini, Din?” tanya Rara. “Menurutmu, apa bagus untukku bekerja di sini?” Dinar balik bertanya. Rara menghela napas pendek sebelum menjawab pertanyaan Dinar, “Ya, bagus. Kamu bis