BAB 6 : Pertarungan Gladiator — Bagian 1

1914 Kata
Satu minggu kemudian, luka-luka di tubuh Rullin sudah hampir pulih setelah dia terus dipaksa minum berbagai macam obat herbal dan menggunakan salep penghilang luka. Kondisinya tentu membuat Rhaella bisa mendaftarkan dia sebagai gladiator dengan senang hati. Ketika Rhaella memasuki koloseum raksasa yang terletak di pusat kota. Tangan kanannya menarik tali rantai yang terhubung ke simpai b***k di leher Rullin, membuat dia terlihat sedang menarik seekor anjing. Dan anjing yang ia tarik sayangnya bukanlah jenis anjing patuh, melainkan seekor anjing besar galak yang akan selalu menatap setiap orang dengan pandangan marah. Tubuh bagian atasnya dibiarkan terbuka, sehingga otot-ototnya yang padat dapat terlihat dengan jelas di bawah terik matahari, dan membuat permukaan kulit Rullin menjadi kecokelatan. Meski penampilannya sangat sederhana dan mencerminkan b***k rendahan. Para wanita tetap saja berbondong – bondong untuk berbaris paling depan supaya bisa melihat otot di tubuh Rullin. Kadang tatapan mereka tampak seperti singa betina lapar yang sedang memasuki masa kawin, ingin makan sekaligus minta untuk digagahi. “Yang Mulia, berapa banyak emas yang ingin Anda pertaruhkan hari ini?” seorang penjaga bertanya kepada Rhaella, dia melirik Rullin dengan antusias dan kembali berkata, “b***k yang Anda bawa terlihat cukup kuat, sepertinya Anda perlu mempertaruhkan lima karung emas untuknya.” Rhaella seketika tertawa, dia menarik rantai di tangannya sehingga Rullin berdiri di sampingnya. “Lima? Aku akan bertaruh sepuluh karung emas!” Dasha yang berada di samping Rhaella langsung membelalakan matanya, dia diam – diam berbisik di telinga Rhaella, “Yang Mulia, jika Anda mempertaruhkan sepuluh karung emas dan kalah, maka anggaran bulan ini akan habis dan kita mungkin harus memakan gandum dan garam sampai bulan depan.” “Dasha, memangnya aku membawa Rullin ke sini untuk kalah? Dia tentu saja harus menang!” Rhaella menoleh ke arah Rullin. “Kamu tidak boleh kalah, karena gladiator yang kalah akan mati. Obat-obatan yang kuberikan akan terbuang percuma bila kamu mati.” Rhaella Rhoxolany ini tampaknya sangat perhitungan. Rullin bahkan berpikir di dalam hati, “Dia mungkin menghitung setiap butir gandum yang pernah dimakan olehku di Istana Barat.” Setelah menuliskan nominal taruhan dan mendaftarkan nama Rullin Vedenin, Rhaella dipandu oleh seorang petugas untuk duduk di kursi khusus bangsawan yang terletak lebih tinggi dari kursi penonton lainnya. Kursi untuk bangsawan hanya ada sepuluh, dan Rhaella melihat sudah ada lima bangsawan lain yang duduk di kursi. Setidaknya ada beberapa wajah yang sering Rhaella temui di Istana, seperti Earl Harry Farrand serta Duchess Susan Noban yang merupakan istri dari Duke Avery Noban. Mereka sempat tersenyum kepada Rhaella dan memberikan hormat bersama bangsawan lain. “Yang Mulia, sepertinya Anda sering mengirimkan gladiator akhir-akhir ini,” kata Duchess Susan Noban. Rhaella duduk di kursinya, kemudian meraih sebuah teropong kecil untuk melihat situasi di arena koloseum. “Aku bosan akhir-akhir ini, makanya sering datang. Anda datang sendiri hari ini?” tanya Rhaella. Duchess Noban mencondongkan tubuhnya ke arah Rhaella, “Hari ini suami saya memiliki beberapa urusan, jadi saya memutuskan untuk datang sendiri. Omong – omong, sepertinya b***k yang Anda bawa sekarang cukup kuat.” Rhaella terkekeh pelan, “Dia sangat kuat, aku pasti menang hari ini.” Semua bangsawan yang hadir jelas tahu siapa b***k yang dikirim Rhaella hari ini, mereka juga datang sebenarnya karena ingin menyaksikan pertunjukkan dari Rullin Vedenin. Mereka juga mau melihat, apakah sang mantan kaisar masih mampu mengangkat pedangnya atau tidak setelah mendapatkan banyak siksaan di istana. Earl Farrand tiba – tiba bertanya, “Apa Yang Mulia yakin bila b***k itu bisa mengangkat senjata? Bagaimana jika dia sengaja kalah untuk membuat Anda rugi?” Rhaella tidak menampakkan ekspresi khawatir sedikitpun, seolah – olah dia yakin bila Rullin pasti akan menang, “Maka dia bisa mati jika menolak untuk angkat senjata.” Karena pertarungan gladiator baru akan berhenti ketika salah satu dari b***k yang bertarung mati. Sebagai seorang kaisar yang memikirkan rakyatnya, Rullin pasti belum mau mati hari ini. • • • Usai menunggu selama tiga puluh menit, kursi-kursi di tribun penonton telah terisi penuh. Kebanyakan dari mereka yang datang tentu saja berasal dari kalangan atas yang ingin menghambur-hamburkan uang untuk berjudi. Seorang pria kemudian datang ke tengah arena, dia memutar kepalanya untuk melihat seluruh tamu yang hadir. “Para hadirin sekalian! Hari ini kita akan menyaksikan sebuah pertandingan yang sangat menegangkan! Karena kalian semua mampu melihat mantan Kaisar Alcander bertarung di arena! Apa kalian ingin menyaksikannya?!” Suara teriakan penuh semangat terdengar dari tribun penonton. Mereka bertepuk tangan dan berteriak keras, “Cepat suruh Kaisar itu bertarung!” “Iya, cepat buat dia babak belur!” “Hahaha! Aku ingin melihat dia ketakutan saat menghadapi juara bertahan!” Pembawa acara itu tersenyum saat mendengarnya. “Ya! Hari ini Rullin Vedenin akan melawan juara bertahan kita! Buka pintu arena dan sambutlah Scorpion!” Pintu besi yang berada di sisi kanan terbuka, suaranya menggelegar di dalam arena dan membuat semua orang merasa agak ngeri. Sosok Scorpion yang berbadan besar perlahan melangkah masuk ke dalam arena. Sekujur tubuhnya ditutupi oleh otot-otot yang besar, membuatnya tampak seperti sekumpulan otot yang dipadatkan. Wajah Scorpion selalu ditutupi oleh sebuah topeng kayu, sehingga tidak ada seorang pun yang pernah melihat wajah aslinya. Tapi, dia mempunyai satu ciri khas yang terkenal, yaitu sebuah tato yang gambarnya tidak jelas, bahkan terlihat seperti coret-coretan anak kecil. Rhaella terdiam saat melihat b***k itu secara langsung. Sebelum akhirnya dia kembali tenang seperti biasa. “Earl Farrand, Scorpion adalah b***k milikmu, kan?” tanya Rhaella seraya melirik ke arah Earl Farrand yang duduk di sebelahnya. Earl Farrand tersenyum, terlihat begitu bangga sekaligus yakin jika dia akan menang. “Iya, dia adalah b***k saya. Yang Mulia, b***k ini sangat kuat dan tidak terkalahkan, jika seandainya b***k Anda kalah dalam pertarungan ini, saya harap Yang Mulia tidak menyimpan dendam.” Rhaella tertawa. “Tentu saja tidak, acara ini adalah sebuah pertandingan. Jika b***k saya kalah, maka memang dia saja yang lemah.” Ini adalah kali pertama Rhaella membawa budaknya untuk melawan b***k dari Earl Farrand. Dia selalu mendengar rumor bila Scorpion tidak pernah kalah, dan kekuatannya setara dengan sepuluh kuda perang. Sang gladiator itu juga tidak pernah takut mati, tidak perduli berapa kali lawannya menusuk tubuh Scorpion, dia tetap saja akan selalu berlari dan menerjang tanpa merasakan sakit. Budak itu terlalu kuat, sampai Rhaella sangat penasaran untuk melihatnya. Setelah suara ricuh penonton mulai padam, pembawa acara itu kembali berteriak di tengah arena. “Lalu ini lah sang gladiator baru yang kalian tunggu-tunggu, Rullin Vedenin!” Pintu besi di sebelah kiri terbuka, menampakkan sosok Rullin yang menatap arena dengan tatapan marah. Bagian dadanya kini ditutup oleh armor besi yang terikat di pundak Rullin. Tangan kanannya membawa sebuah pedang besar, sedangkan tangan kirinya memegang perisai perunggu. Alih-alih tampak seperti b***k, Rullin malah menyerupai dewa perang. “Yang Mulia, b***k Anda memang mempunyai penampilan yang menarik,” bisik Duchess Noban. Rhaella mengibaskan tangannya, kemudian menanggapi dengan acuh. “Penampilan tidaklah penting, kekuatan adalah hal yang paling penting di arena.” Sebelum pertarungan dimulai, beberapa pelayan datang ke ruangan VIP dan menyajikkan berbagai macam makanan ringan untuk para bangsawan. Ketika Rhaella mengangkat kepalanya, dia melihat ada seorang pelayan laki-laki yang masih sangat belia. Tangannya yang kurus meletakkan sepiring potongan buah apel ke atas meja di hadapan Rhaella. Anak laki-laki itu tersenyum dan menundukan kepalanya saat dia berkata, “Semoga Anda bisa menikmati perjamuan ini, Yang Mulia.” Rhaella turut tersenyum. “Terima kasih.” Ketika anak laki-laki itu meninggalkan ruangan, pandangan mata Rhaella turut bergerak mengikutinya. Dia masih begitu belia untuk menjadi pelayan, tetapi mungkin keluarganya tidak memiliki pilihan selain memperkerjakan anak mereka yang masih di bawah umur. Dong! Suara gong berdentang memenuhi area koloseum. Pembawa acara yang berada di tengah arena lantas berteriak dengan suara lantang, “Dengan ini pertandingan akan dimulai!” Rullin bahkan masih berusaha mengangkat pedangnya yang berat, tetapi Scorpion sudah berlari ke arahnya, bagaikan badai yang ingin menghancurkan setiap tulang Rullin. Pria itu sontak menghindar, dia berlari seraya menyeret pedangnya yang sulit terangkat. Tampaknya penyelenggara acara ini sengaja memberikan Rullin sebuah senjata yang membebani seperti ini, supaya dia dapat dikalahkan dengan mudah. Sejenak Rullin sempat melirik ke podium bagian atas, memperhatikan Rhaella yang tengah mengipasi wajahnya dengan santai. Wanita itu bahkan tidak perlu terkena matahari, sementara Rullin harus berlarian di bawah teriknya matahari siang. Rullin berdecak, “Mengapa kau sangat impulsif? Tidak bisakah kita bertarung dengan tenang?” Scorpion membalas pertanyaan Rullin dengan raungan yang memekakan telinga, seolah-olah dia adalah seekor binatang buas yang tak dapat berbicara. Rullin menghela napas, dan berpikir sepertinya memang pertarungan antar gladiator tidak bisa berlangsung dengan tenang seperti pertarungan antar prajurit. Karena pertarungan ini terasa seperti pertarungan antar hewan buas yang akan menerjang sampai musuhnya mati. Scorpion kembali menerjang Rullin, kedua tangannya yang berotot besar mengayunkan kapak raksasa tepat ke atas kepala Rullin. Dengan cepat, Rullin mengangkat perisainya sehingga menimbulkan suara dentang logam yang keras. Telapak kaki Rullin yang tak memakai alas ditekan dengan kuat ke dalam tanah, sehingga kulitnya terasa terbakar oleh panasnya matahari. Rullin mengangkat kepalanya, kemudian menatap Scorpion dengan pandangan tajam. Ini adalah pertama kalinya seorang Kaisar ditekan sampai hampir mati oleh b***k! Selain itu, dia juga ditonton oleh banyak orang seakan dirinya adalah seekor babi liar yang tengah melawan babi lainnya. Rullin tidak bisa menerimanya. Harga diri yang selalu ia agungkan tampaknya telah hancur, dan membuat Rullin ingin mati saja. Sekarang dia tidak bisa mengeluarkan kekuatan spiritualnya, sehingga Rullin hanya mampu mengandalkan kekuatan fisiknya. Urat-urat di lengannya menonjol saat dia mengangkat pedang di tangannya. Dalam satu kali ayunan, dia berhasil menusuk lengan Scorpion, membuat kerumunan penonton langsung berteriak histeris. “Dia berhasil melukai Scorpion!” “Itu hanyalah sebuah luka tusukan di lengan! Scorpion pasti mampu bertahan!” “Ayo kalahkan Rullin Vedenin! Remukkan tengkoraknya.” “b******n,” batin Rullin. Selama dia menjabat sebagai seorang kaisar, rasanya dia tidak pernah sekalipun mengganggu masyarakat Milana. Tapi mengapa orang-orang ini sangat bersemangat untuk melihatnya mati. Tampaknya perasaan nasionalis mereka yang kuat telah membuat masyarakat Milana ini ingin melihat kaisar dari negara lain hancur lebur hingga tak mampu berdiri lagi. “Arghhhhhh!” Scorpion berteriak keras, dia menahan bilah pedang yang tertancap di lengannya menggunakan tangan kosong, kemudian mengeluarkan bilah pedang tersebut dan melemparnya ke sisi lain arena. Rullin sedikit tercengang, bagaimana mungkin manusia biasa yang tak memiliki inti spiritual mampu menahan rasa sakit dari tusukan pedang besar. Apalagi Scorpion mampu memegangnya dengan tangan kosong, seakan kulitnya itu terbuat dari batuan keras. Gladiator ini terlalu aneh. Rullin jelas tidak mampu merasakan adanya energi spiritual di dalam tubuhnya, tetapi mengapa dia bisa begitu kuat sampai ke taraf tidak wajar? Sebelum Rullin berpikir lebih lanjut, Scorpion sudah menendang tubuh Rullin dengan sangat keras, sampai pria itu terseret di tanah kering sejauh 10 meter. Rhaella sempat berhenti mengunyah buah di dalam mulutnya saat melihat Rullin ditendang, kemudian dipukuli oleh Scorpion. Beruntung perisai tidak pernah terlepas dari tangan Rullin, sehingga dia mampu bersembunyi dibalik perisai sambil menahan pukulan Scorpion. Rullin menarik napas, lalu berguling ke dekat kaki Scorpion. —BANG! Rullin memukulkan perisainya ke kaki Scorpion yang menggunakan sepatu besi. Pukulannya itu begitu kuat sampai sepatu besi tersebut penyok, aliran darah lantas mengalir keluar dari celah yang retak, pertanda bila Rullin mampu melukai kaki Scorpion. Tampaknya memukul kaki adalah pilihan yang tepat, karena Scorpion langsung terhuyung dan tak mampu menyeimbangkan tubuhnya yang besar. Saat melihat Rullin tidak mati, Rhaella kembali melemparkan buah ke dalam mulutnya dengan santai. Wanita itu lantas berbisik kepada Dasha, “Hampir saja kita tidak bisa makan daging selama satu bulan.” Dasha tidak menjawab, tapi dia berteriak di dalam hatinya. “Anda sendiri yang membuat kita hampir kelaparan, Yang Mulia!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN