Bab 4. Hinaan

1062 Kata
Melodi masih terpaku di parkiran saat melihat mobil Rexy pergi berlalu. Ia menelan ludahnya dan masih gugup saat kembali membaca kartu nama yang sedang ia pegang. Tak lama, Melodi akhirnya berjalan masuk dari parkiran ke bangunan rumah sakit. Setelah mencari dan bertanya beberapa saat, Melodi menemukan kamar tempat Ayahnya dirawat di ujung lorong bangsal VIP. Melodi jadi agak ragu untuk masuk. Ia tidak menyangka jika Rexy menempatkan Ayahnya di ruang inap yang mahal. Keraguan itu hilang setelah, namun suara yang ia kenal malah terdengar di dalam kamar. “Sebaiknya Papa gak usah ganggu kami lagi. Mama dan aku gak mau liat Papa berkeliaran di dekat vilanya Daddy!” hardik Fernita pada Feri, ayahnya. Melodi yang mendengar suara teriakan Kakaknya kemudian membuka perlahan pintu kamar dan mengintip dari pintu. “Alex itu bukan pria baik. Kenapa kamu dan Mama kamu malah tinggal sama dia,” balas Feri tak kalah sengit. “Mama udah nikah sama Om Alex dan sekarang dia adalah Papaku, Daddy-ku.” Feri menghela napas berat dan menggeleng. Putri tertuanya sama seperti Ibunya, hanya menyukai pria kaya raya tidak peduli bagaimanapun sifatnya. Padahal, Feri tidak pernah membedakan Nita dan Melodi. Tapi anak itu meninggalkannya dan Melodi yang jatuh bangkrut serta miskin. “Kalau Papa gak mau menjauhi kami, yang akan Papa terima akan lebih dari ini!” “Apa maksud kamu? Apa perampokan itu perbuatan Mama kamu?” tanya Feri meninggikan suaranya dan mulai menegakkan tubuhnya. Nita tidak menjawab dan malah memberi delikan sembari melipat kedua lengan di d**a dengan angkuh. “Ini ... titipan dari Mama. Ini terakhir Mama ngasih uang ke Papa jadi Papa jangan ganggu kami lagi!” Nita separuh melempar sebuah amplop ke atas tempat tidur Feri. Melodi yang sudah cukup mendengar akhirnya tak tahan untuk kemudian menerobos. Ia sudah tidak bisa mentolelir lagi perbuatan kakaknya. Melodi mendorong keras pintu lalu dan masuk dengan wajah memerah marah. Ia berjalan ke arah Nita dan tanpa peringatan langsung menamparnya. Melodi juga mengambil dan melemparkan uang yang tergeletak di atas tempat tidur Feri ke wajah Nita. Nita melotot kaget dan langsung membentak Melodi dengan kasar. “Jangan kurang ajar kamu!” “Kamu yang kurang ajar. Dia itu Papa kamu seharusnya kamu hormat sama dia!” bentak Melodi ikut berteriak marah. Ia benar-benar kehilangan hormat pada Kakaknya itu. Mata Nita menyalak marah dan hendak balas menampar tapi tangan Melodi lebih cepat. Ia menangkapnya lalu melotot bengis pada Nita. “Jangan pikir kamu bisa menghina kami. Bilang sama Ny. Erni Jodie, kalau sampai dia menyentuh Papaku lagi, akan kubakar rumahnya!” Melodi mengentakkan pegangannya pada Nita hingga dia hampir terjatuh. Nita yang marah bersiap akan menyerang Melodi dan Melodi sigap membela diri. Ia menjambak rambut Nita dan mulai mencekik. Feri yang melihat perkelahian fisik anak-anaknya kini mulai berteriak berusaha melerai. “Melodi, jangan!” teriak Feri berusaha berdiri untuk melerai. Namun pertengkaran itu tak bisa di elak. Untungnya, beberapa perawat rumah sakit datang dan melerai kedua gadis itu. Nita dibawa paksa oleh tiga perawat itu agar tak makin membuat keributan sedangkan Melodi dipegangi oleh satu perawat. Melodi langsung berhenti dan tidak langi memberontak. Sementara Nita memaki-maki adiknya sebelum ia keluar dari kamar tersebut. “Lo memang b******k, Melodi! Liat saja entar lo ya, gue akan balas lo!” Nita benar-benar kehilangan kendalinya kala menghadapi Melodi yang berani melawannya. Tetapi, Melodi tidak peduli. Perawat tersebut melepaskannya dan Melodi meminta maaf atas keributan yang terjadi. “Sebaiknya hal ini jangan terjadi lagi. Semua ini bisa jadi tanggung jawab kami pada Tuan Rexy nanti.” Perawat itu memperingatkan dan Melodi pun mengangguk paham. Melodi masih mengatur napasnya saat kembali mendekat ke tempat tidur Feri. Feri tampak sangat sedih. Melodi pun hanya bisa memeluk Feri ikut menangis. “Kenapa Mama tega seperti ini sama kita, Pa!” Melodi melirih sedih. Feri tidak menjawab dan hanya membelai kepala Melodi. Ia mengecup kepala Melodi dan terus menenangkannya. Feri tidak bisa berbuat apa pun untuk mencegah hal buruk terjadi pada Melodi. Hal yang terjadi padanya adalah karma buruk atas perbuatannya di masa lalu. Melodi tidak mengetahui jika Erni sesungguhnya adalah wanita selingkuhan yang menghancurkan rumah tangganya. Feri menikahi Erni setelah meninggalkan istrinya yang merupakan ibu kandung Melodi. “Liat Papa, Nak. Papa minta maaf semua ini terjadi sama kamu. Maafin Papa. Papa cuma buat hidup kamu menderita.” Feri ikut meneteskan air mata dan tak berdaya mengubah nasib buruk yang menimpanya bersama si bungsu Melodi. Ia takut Melodi akan membencinya jika ia mengetahui cerita yang sesungguhnya. “Papa gak salah. Ini semua salah Mama. Mama yang ninggalin kita,” ujar Melodi sambil terisak. Melodi pun memeluk Ayahnya lagi. Feri hanya diam saja mengusap punggung Melodi pelan. “Pa, kita harus lapor polisi. Ini adalah kriminal. Udah berapa kali Mama coba buat mencelakakan Papa.” Feri terlihat berpikir sebelum akhirnya mengangguk. “Besok Melodi akan ke kantor polisi. Kita akan buktikan kalau Mama adalah dalang dari pengeroyokan Papa,” imbuhnya lagi. Feri hanya tersenyum kecil dan mengangguk setuju. Keesokan harinya saat Melodi hendak membawa Ayahnya keluar dari rumah sakit dan akan ke kantor polisi, mereka dihadang oleh sebuah mobil mewah di parkiran. Erni Jodie keluar dengan penampilan mewah dan kacamata hitam. Ia berjalan menghampiri mantan suami dan putri keduanya. “Oh jadi kamu sudah keluar dari rumah sakit sekarang, huh, mau balik ke gubuk itu lagi ya?” tanya Erni dengan nada ketus dan sombong. “Aku mau ke kantor polisi dan melaporkan kamu,” jawab Feri tenang dengan pandangan tajam. Ia sedang dipapah Melodi yang akan naik angkot ke kantor polisi. Erni malah tertawa mendengar jawaban penuh percaya diri dari Feri. “Kamu pikir akan berhasil, ya? Dengar ya, Fer, kalau kamu pikir kamu bisa menjatuhkan aku dengan laporan tanpa bukti itu, kamu salah besar. Justru aku akan buat hidup kamu ga akan tenang di mana pun kalau kamu mau coba-coba melibatkan polisi,” ancam Erni pada Feri. Feri memandang Erni dengan kernyit di wajahnya. Ia tidak menyangka jika wanita yang akhirnya daripada istri sahnya dulu ternyata bisa sejahat itu? “Aku gak takut sama kamu!” Feri mencoba melawan. “Oh ya, aku pikir kamu harus memikirkan Melodi daripada diri kamu sendiri, bukan?” ujar Erni melirik sejenak pada Melodi. Melodi hanya bisa diam saja karena ia tidak diizinkan Feri untuk menjawab. “Pikirkan baik-baik. Atau aku akan hancurkan kamu dan Melodi akan ikut di dalamnya,” tegas Erni lagi lalu berbalik dan masuk ke dalam mobilnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN