Ariel Danish sebenarnya ikut mendengar suara ribut-ribut yang terjadi di dalam ruang tengah. Tetapi, ia memilih tidak mau ikut terlibat. Tak lama, Ariel melihat mobil Rexy tiba. Mungkin Fernita sudah memanggilnya. Ariel pun bersembunyi untuk melihat situasi. Ia harus bisa memanfaatkan semuanya untuk bergerak lebih cepat dari Rexy. Sedangkan Rexy tidak menyadari jika Ariel sedang memata-matainya.
Setelah Rexy masuk, Ariel sempat mengendap berjalan ke arah pintu untuk mengintip. Suara pertengkaran tersebut terdengar jelas di telinganya. Tidak hanya itu, Ariel melihat jika Rexy menolong Melodi dan bahkan menampar Fernita yang sudah memukul adiknya itu.
Ariel mengangguk dan berjalan cepat kembali ke mobilnya. Ia masih dalam rencana awalnya, yaitu ingin memanfaatkan Melodi untuk membalas Rexy. Dan langkah itu akan segara dijalankan oleh Ariel secepatnya. Kali ini, Ariel akan menikung Rexy dengan membebaskan Feri Halim yang sedang ditahan di kantor polisi.
Sementara usai dipukuli, Melodi kemudian dibawa oleh Rexy ke luar menggunakan kursi roda. Rexy pun berjongkok memastikan keadaan Melodi yang masih terengah menangis sekaligus menahan rasa sakitnya.
“Kamu gak papa? Kamu kenapa kemari?” tanya Rexy dengan nada cemas dan ekspresi yang sama. Bukannya menjawab, Melodi malah menangis dan terisak di kursi itu sambil menutup wajah menggunakan kedua tangannya. Rexy yang makin cemas lalu menoleh ke arah mobilnya.
“Kita pergi dari sini, ayo.” Rexy kemudian menggendong Melodi untuk memasukkannya ke dalam mobil. Sementara dari jendela kamar, Fernita bisa melihat calon suaminya malah menggendong adik yang ia benci dengan mesra. Nita terlihat sangat kesal dan marah. Rexy tak peduli. Fernita yang marah kembali keluar kamar untuk melabrak Melodi.
“Rexy!” Fernita berteriak. Sedangkan Rexy malah tidak menggubris teriakan itu sama sekali.
“Rexy tunggu!”
Fernita berlari ke arah luar tapi Rexy malah masuk mobil meninggalkan lobi utama rumah tersebut. Ia tak ingin memikirkan Fernita sama sekali. Rexy begitu marah melihat perilaku Fernita yang membuatnya malu. Rexy langsung menyetir mobilnya keluar dari pekarangan rumah tersebut. Sedangkan Fernita berteriak kesal serta marah. Rexy segera membawa Melodi ke salah satu rumah peristirahatannya agar kekasih simpanannya itu bisa beristirahat.
Setelah tiba di rumah peristirahatan yang mewah itu, Rexy membawa lagi Melodi dengan menggendongnya. Ia meminta penjaga rumah untuk menurunkan kursi roda ke dalam. Rexy membawa Melodi masuk ke ruang tengah agar ia bisa duduk dengan nyaman.
“Sekarang kamu cerita sama aku apa yang sudah terjadi. Kenapa kamu datang ke sana dan mereka mukulin kamu?” tanya Rexy dengan nada rendah dan lembut. Ia sempat membelai kepala Melodi.
“Mel datang ke sana ingin negosiasi sama Mama soal Papa. Papa di penjara gara-gara Mama menuntut karena Papa bikin kerusakan,” ujar Melodi dengan raut lesu dan sedih. Rexy masih memperhatikan dengan kening mengernyit.
“Gak taunya, Mel mendengar sesuatu yang sangat menyakitkan.” Melodi masih meneteskan air matanya. ia menekan rasa sakit di hatinya memberitahukan semuanya pada Rexy.
“Apa?” Rexy menyebut dengan suara lebih rendah. Ia menunggu Melodi bicara. Melodi menundukkan kepalanya dan masih menangis. Ia masih belum bicara.
“Mel?” Rexy masih memanggil.
“Mel hamil, Kak. Tapi sekarang Mel keguguran. Itu semua karena perbuatan Mama dan Nenek,” ujar Melodi lalu menangis lagi. Rexy yang mendengar hal itu membuka mulutnya karena terkejut. Ia melepaskan nafas berat dan terdiam untuk beberapa saat.
“Apa? kamu hamil?” Rexy terkesiap tak percaya. Melodi menundukkan kepalanya lagi.
“Kenapa kamu gak kasih tau aku kalau kamu hamil?” tanya Rexy dengan suara lembut.
“Mel belum sempat melakukannya. Mel takut Mas Rexy gak mau tanggung jawab.” Rexy mendengus keras dan menggeleng.
“Kamu belum bilang apa pun sudah berasumsi. Aku bukan orang seperti itu, Mel,” sanggah Rexy namun masih dengan nada yang tidak tinggi. Melodi hanya bisa menunduk dan menangis.
“Lalu bagaimana ini semua bisa terjadi? Kamu sakit gara-gara Mama kamu?” tanya Rexy lagi.
“Mama membayar Nenek untuk memberikan Mel jamu penggugur kandungan. Mel gak tahu bagaimana caranya Nenek bisa tahu kalau Mel hamil. semuanya begitu cepat. Mel masuk rumah sakit dan belum boleh keluar,” jawab Melodi lagi masih sedikit terisak. Rexy akhirnya memeluk Melodi yang terus menangis. Ia mencium ujung kepala Melodi beberapa kali dan membelainya dengan lembut.
“Kamu pasti kesakitan ya?” Melodi mengangguk dalam pelukan Rexy.
“Maafin aku ya. Aku akan tanggung jawab atas semua ini. Kamu boleh minta apa aja sama aku, aku pasti akan berikan. Hhhmmm, udah jangan nangis lagi.” Rexy terus memeluk dan mencium kepala Melodi. Tapi Melodi tidak begitu perduli dengan Rexy yang ingin menanggung semua kerugian. Hati Melodi begitu sakit dengan perbuatan Ibunya Erni yang telah berkali-kali hendak mencelakakannya.
Dalam hatinya, Melodi mulai menumpuk dendam dan semakin ingin membalaskan sakit hatinya. Sementara Rexy mulai tertarik pada Melodi. Sekalipun ia ingin memanfaatkan gadis itu tetapi dalam hatinya timbul rasa sayang dan menyesal setelah menghamilinya. Rexy pernah mengalami tetapi ia belum pernah merasakan penyesalan seperti ini.
“Gimana kalo kamu istirahat di sini aja?” ujar Rexy memberi saran sambil tersenyum. Melodi menggeleng dan mengatakan jika ia harus ke kantor polisi untuk membebaskan Ayahnya.
“Melodi harus ke kantor polisi sekarang. Setidaknya Mel mau buat jaminan biar Papa bisa bebas,” jawab Melodi dengan nada rendah.
“Soal itu, biar aku yang urus. Atau kamu aku antar kembali ke rumah sakit untuk beristirahat. Besok, aku akan jemput, bagaimana?” Melodi berpikir sejenak lalu mengangguk. Rexy lalu membawa Melodi kembali ke rumah sakit sebelumnya agar ia bisa menjalani perawatan sebelum benar-benar pulih. Sedangkan ia akhirnya ke kantor polisi untuk menjamin Feri Halim.
Tiba di kantor polisi, Rexy segera mengurus kasus Feri Halim. Namun ternyata, seseorang mendahuluinya. Feri Halim sudah keluar dari penjara sebelumnya.
“Dia sudah ada yang menjamin, Pak. Pengacaranya sudah datang.” Polisi yang bertugas memberikan informasi pada Rexy.
“Siapa?”
“Katanya kerabat Pak Feri Halim.”
Rexy berpikir dengan kening mengernyit. Ia pun hanya menerima dan akhirnya kembali ke rumah sakit ingin memberitahukan pada Melodi yang terjadi. Ternyata Feri sudah ada di sana bersama Ariel Danish yang menjaminnya keluar dari penjara kantor polisi.
Rexy cukup kaget kala ia masuk ke dalam kamar Melodi. Melodi sedang memeluk ayahnya Feri yang sudah pulang.
“Papa, kok Papa bisa keluar?” tanya Melodi masih dalam pelukan Ayahnya. Rexy hanya memandang saja sampai matanya menangkap sosok yang sangat ia kenal berada di samping Feri. Ariel melirik padanya memberikannya cengir sinis.
“Oh, Ariel yang menjamin Papa. Katanya Ariel, dia teman baik kamu. Dia yang bawa pengacara untuk Papa.” Melodi terkejut melihat Ariel yang tersenyum dengan manis berdiri di dekat Feri. Feri sepertinya terlihat langsung menyukai Ariel karena kemudian merangkulnya dengan sikap ramah.