“Mas Ariel, makasih banget Mas Ariel sudah bantuin Mel. Mel jadi gak enak sama Mas,” ujar Melodi sambil tersenyum. Ariel juga membalas dengan senyuman yang sama. Ia mendekatkan diri pada Feri dan mengabaikan jika Rexy ada di sana sedang mendelik padanya.
“Gak apa, Mas senang bisa bantu kamu. Ini bukan hal yang merepotkan kok,” sahut Ariel sambil tersenyum. Rexy yang terperangah dengan kening mengernyit langsung mendengus sinis. Ia tahu persis siapa Ariel dan seperti apa culasnya pria itu. Rexy tidak pernah menyangka jika Ariel bisa menikungnya seperti itu. Kini ia seperti orang bodoh sendiri di ruang perawatan Melodi.
“Bagaimanapun Om harus berterima kasih sama Nak Ariel. Soalnya kalau gak ada kamu, Om pasti masih ditahan di kantor polisi,” ujar Feri dengan wajah ramah berterima kasih pada Ariel. ariel mengangguk mengerti dan tidak berhenti bersikap merendah.
“Saya hanya melakukan hal yang bisa saya perbuat untuk Melodi, Om. Soalnya Melodi adalah orang yang sangat saya sayangi. Jadi saya pasti bantu,” jawab Ariel sambil memamerkan senyuman dengan deretan gigi yang indah. Rexy yang sudah mendengus kesal berkali-kali lalu sedikit mendekat. Ia langsung menarik lengan Ariel. Melodi yang melihat jadi ikut membesarkan matanya. Rexy tampak kesal dan marah.
“Sini lo!” geram Rexy membisik. Ariel tidak memasang wajah takut. Ia mengikuti Rexy yang menariknya menjauh dari Melodi dan Ayahnya. Feri yang dari tadi ingin bertanya pada Melodi siapa pria yang baru saja masuk, mengernyitkan kening melihat Rexy.
“Siapa dia, Mel?” tanya Feri. Melodi sedikit meringis dan bingung harus menjawab apa.
“Melodi!” tegur Feri lagi.
“Dia ... dia pacarnya Mel, Pa.” Feri menoleh cepat pada Melodi dengan kening mengernyit dan sikap tidak suka. Melodi sampai tidak berani menjawab.
“Jadi dia pria yang menghamili kamu?” sahut Feri sedikit melotot. Melodi mendekat berusaha memegang Ayahnya agar ia tenang dan tidak membuat keributan yang tidak mengenakkan.
“Iya, Pa. Tapi Papa jangan marahin Mas Rexy ya. Dia bilang dia mau tanggung jawab kok!” Feri mendelik pada Melodi tidak percaya putrinya bisa bicara seperti itu.
“Ngapain lo di sini? Lo mau deketin Melodi!” hardik Rexy tertahan pada Ariel. Ariel malah menanggapi dengan cengiran sinis yang membuat Rexy makin kesal.
“Kenapa? Gue bebas berteman dengan siapa aja!” Ariel menjawab dengan santai seolah tak terjadi apapun. Rexy memicingkan mata dan menantap Ariel dengan geram.
“Denger ya, Riel. Lo jangan pernah deketin cewek gue lagi. Jangan lo pikir gue gak tau tujuan lo deketin, Melodi. Jauhin dia sekarang!” ujar Rexy mengancam. Bukannya takut, Ariel malah tergelak tapi masih terlihat terus memasang senyuman provokatif yang sama.
“Rexy, Rexy. Gue mungkin bisa kalah dari lo dulu. Tapi kali ini, gue akan rebut semua yang lo punya.” Ariel kemudian makin mendekat dan sedikit berbisik.
“Termasuk mainan baru lo. Lo masih sama aja kayak dulu, kabur sehabis bikin cewek hamil, so typical!” ejek Ariel masih dengan senyuman jahatnya. Ia berbalik setelah berhasil membuat Rexy hampir kehilangan kendali pada emosinya lagi.
Ariel tidak peduli dengan kemarahan Rexy yang bisa memukulinya. Dengan santai, Ariel berjalan ke arah Melodi dan Ayahnya. Ia tersenyum ramah pada Feri dan berniat pamit pulang. Cukup untuk membuat kesan hari ini pada Melodi dan ayahnya.
“Mas Ariel pamit pulang dulu Mel. Nanti kalo ada apa-apa, telepon Mas aja. Cepat sembuh ya.” Lalu Ariel juga pamit pada Feri bahkan sampai mencium punggung tangannya.
“Permisi, Om.” Feri mengangguk seraya tersenyum. Ia memiliki kesan yang baik pada Ariel yang sudah menolongnya di kantor polisi.
Sedangkan Rexy mendelik tak percaya. Ia benar-benar terkejut dengan langkah berani Ariel yang bisa melakukan apa saja demi meraih tujuannya. Sekarang jika Ariel sudah terlibat, maka jalan Rexy untuk bermain-main akan menghadapi tantangan berat.
Feri masih melihat ke arah pintu tempat Ariel pergi. Ia yang begitu terkesan dengan pribadi Ariel. Namun setelah Ariel pergi dengan senyum kemenangan, wajah Feri langsung berubah datar pada Rexy yang menghampiri Melodi. Ia tidak disambut seramah seperti Ariel.
“Selamat sore, Om. Perkenalkan nama saya Rexy Basupati ....”
“Apa kamu yang menyebabkan Melodi seperti ini?” sahut Feri dengan nada ketus. Melodi segera menarik kecil tangan ayahnya. Feri hanya melirik sekilas tetapi pandangannya kembali pada Rexy. Ia tidak ingin bersikap baik pada pria itu.
“Saya akan bertanggung jawab pada Melodi. Om gak usah khawatir.” Feri menatap tajam tak suka pada Rexy. Rexy menyadari jika Feri pasti marah padanya.
“Sungguh, Om. Saya gak tahu kalau Melodi hamil.” Rexy menambahkan lagi.
“Sejak kapan kalian pacaran? Bagaimana ceritanya kamu bisa berbuat seperti ini? apa kamu tahu aku bisa laporkan kamu ke polisi?” Feri menyahut dengan rasa marah yang tergambar jelas.
“Pa,” rengek Melodi menahan ayahnya lagi. Rexy mengangguk pasrah. Ia tidak mungkin melawan.
“Saya tahu saya salah, Om. Kami sudah berbuat terlalu jauh.”
“Aku tidak akan membiarkan kamu lolos setelah ini. Ingat itu!” Feri sampai menunjuk pada Rexy yang hanya melirik sekilas pada Melodi. Melodi tampak sedih dan hanya bisa diam saja. Ayahnya tidak salah membelanya, tetapi Feri tidak mengetahui jika sesungguhnya Melodi dan Rexy memiliki perjanjian sehingga kehamilan itu bisa terjadi.
“Iya, saya mengerti, Om. Besok saya akan ke sini lagi dan kita akan membicarakan seperti yang Om inginkan. Malam ini biar Melodi beristirahat di sini. Besok saya akan menjemput ....”
“Gak usah. Nanti kalau Melodi sudah pulang, kamu datang ke rumah. Kita harus bicara!” Feri menekankan lagi. Rexy mengangguk setuju. Ia berbalik pergi setelah sekilas tersenyum pada Melodi. Meski tidak mengucapkan apa-apa tetapi Melodi tetap membalas senyuman Rexy.
Melodi bisa merasakan kemarahan ayahnya. Untung saja ayahnya tidak mengetahui jika Rexy adalah pacar Fernita. Jika ia mengetahuinya, Feri bisa membunuh Rexy.
Usai kepergian Rexy, suasana jadi lebih baik. Feri akan tidur di kamar perawatan Melodi malam ini menjaga anaknya itu. mereka akhirnya berbicara tentang yang terjadi. Feri mengaku jika ia datang ke rumah Alex Jodie mencari mantan istrinya.
“Kenapa Papa ke rumah itu?” tanya Melodi dengan nada rendah. Feri tersenyum getir lalu meraba tangan Melodi dan menggenggamnya.
“Papa tau dan yakin itu adalah perbuatan Mama kamu. Jadi Papa kesana dan berharap jika yang Papa pikirkan itu salah. Ternyata semuanya benar, memang Mama kamu yang merencanakan semua ini,” ujar Feri memberi penjelasan. Melodi tampak menunduk dan bersedih. Ia pun baru mengetahui jika dalang dari semua itu adalah ibunya, Erni. Mengapa Ibunya sangat membencinya bahkan membuat dirinya keguguran?
“Sebenarnya ini bukan pertama kalinya terjadi. Papa malu sama kamu, Mel.” Feri menghela napas panjang dan berat menceritakan semuanya.
“Pernah sewaktu kamu masih berumur tiga tahun, Erni menyiram bensin ke seluruh rumah dan berusaha membakar kita bersama di rumah yang kita tinggali dulu, sebelum kita pindah ke kampung,” sambung Feri lagi melirih sedih. Melodi terkejut mendengar pengakuan Ayahnya.
“Apa? Kenapa Mama melakukan itu?” Feri menggenggam jemari Melodi dan tersenyum dalam kesedihan.
“Karena Papa menolak menceraikan dia. Dia ... sudah tinggal dengan pria lain. Alex Jodie adalah selingkuhan Erni dulunya. Papa hanya gak pernah menyangka jika mereka sudah lama bersama bahkan sebelum Papa menikah sama dia dulu.”
“Lalu kenapa Mama mau nikah sama Papa?”
“Karena dia pikir Papa punya banyak uang. Papa dulu punya perusahaan dan Erni adalah mantan sekretaris Papa. Papa khilaf ....” Feri terdiam dan bingung jika ia harus bercerita tentang status Erni yang sebenarnya pada Melodi. Feri memandang Melodi seolah mencari rasa maaf.
“Maafin Papa, Nak. Ini semua terjadi karena Papa. Karena kebodohan Papa,” ujar Feri dengan suara lirih. Melodi ikut menangis lalu memeluk Ayahnya meski ia masih di ranjang rumah sakit. Feri tak sanggup menceritakan seluruh kejadian yang sesungguhnya. Bahwa Melodi memiliki ibu kandung dan wanita itu bukan Erni adalah kenyataan yang disimpan Feri.
“Oh, anakku. Harusnya kamu bisa mendapatkan kasih sayang Ibu kandungmu,” ujar batin Feri menangis.