Bab 18. Sakit Hati

971 Kata
Sebentar lagi ujian kelulusan SMK, tapi Melodi tidak bisa belajar dengan tenang. Kehamilannya memang menjadi rahasia jika tidak ia pasti akan dikeluarkan dari sekolah. Besok adalah hari pernikahan Rexy dan Fernita tapi Melodi semakin resah dan sedih. Ia tak bisa menyerap pelajaran sama sekali. Ia masih tidak mau menerima jika Rexy akhirnya akan menjadi milik kakaknya, Fernita “Apa aku mulai jatuh cinta sama Mas Rexy?” tanya Melodi dalam benaknya beberapa hari ini. ia jadi sering merindukan Rexy dan sering mencuri waktu untuk bisa bertemu. Rexy pun melakukan hal yang sama. Hubungan diam-diam dan menjadi kekasih simpanan, Melodi lebih banyak menghabiskan waktu berdua bersama Rexy. Mereka pacaran selayaknya sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Dan satu hari menjelang pernikahan itu, Melodi memilih untuk berdiam diri di kamar. Ia sedang menimbang permintaan Rexy untuk tetap menjalin hubungan diam-diam sambil menunggu proses perceraian. Lalu bagaimana jika Fernita hamil? Bukankah lebih sulit bagi Rexy untuk lepas dari perceraiannya. Sementara itu Ariel kini mulai mendekati Melodi seperti seorang pria yang menyukai seorang gadis. Ariel memang tidak serius, ia hanya ingin agar Melodi menjadi pionnya untuk menghancurkan Rexy. Ia berperan sebagai teman baik. Dengan begitu, Melodi akan semakin dekat dengannya. Melodi tersentak saat suara ketukan di pintu terdengar. Ia berdiri dan membuka pintu. Senyuman Ariel adalah yang pertama ia lihat. “Mas Ariel?” “Aku bawa ini.” Ariel menaikkan bungkusan plastik dari salah satu restoran terkenal di depan Melodi. Melodi ikut tersenyum lalu mempersilakan Ariel masuk. Ariel masuk ke dalam rumah sederhana itu dengan sikap yang baik. Ia tidak terlihat merasa segan atau aneh. “Kamu belum makan kan?” Ariel duduk di kursi sederhana di ruang tamu lalu meletakkan bungkusan itu di atas meja. Melodi menggeleng pelan dan ikut duduk di sebelah Ariel. Ariel mengeluarkan isi bungkusan dengan dua kotak makan beserta sumpitnya. Melodi menoleh pada Ariel dan sedikit tertegun. “Ayo makan. Setelah itu baru kita bicara.” Melodi mengambil kotak makan itu dan membukanya. Ia tertegun melihat isinya yang merupakan menu makanan Jepang. Jangankan memakan makanan mahal seperti itu. Dulu Melodi bahkan tidak bisa membeli beras untuk kebutuhan hidup sehari-hari. “Kok diem? Ayo makan.” Ariel mengajak lagi dan ikut makan dari kotak makan di tangannya. “Dulu Mel bahkan sempat kelaparan, Mas. Sekarang, Mel bisa makan enak seperti ini.” Melodi bergumam pelan seraya memandang makanan di tangannya. Ariel berhenti mengunyah lalu menoleh pada Melodi serta menatapnya lekat. “Bukankah itu baik? Dulu kamu gak bisa makan dan sekarang, kamu bisa makan enak?” Ariel menanggapi tanpa tersenyum. tanpa bermaksud menyinggung, Melodi menoleh dan menatap Ariel lekat. Jantung Ariel sedikit berdegup kencang tapi ia tetap menatap Melodi. “Apa salah jika Mel melakukan apa pun untuk bisa makan. Apa menurut Mas Ariel itu baik?” sahut Melodi seperti tengah menyindir. Seketika Ariel merasa tak enak. Ia menghela napas panjang dan sedikit mendekatkan dirinya. “Kadang manusia tidak memiliki banyak pilihan dalam hidupnya. Jika kamu melakukan itu, maka aku yakin Tuhan pasti mengerti.” Ariel merasa gamang setelah berbicara seperti itu. ia bahkan tidak memaafkan dirinya sendiri saat insiden yang membuat hubungannya dan Rexy hancur. “Mel mau mengaku sesuatu sama Mas.” Ariel diam menatap Melodi yang mulai dekat dan menganggapnya sebagai sahabat dekat. Beberapa saat kemudian, Melodi memberitahukan rahasianya dan Rexy. “Sebenarnya Mas Rexy dan Melodi memiliki sebuah perjanjian, Mas.” Melodi mengaku beberapa saat kemudian. “Perjanjian apa?” “Mas Rexy akan membayar semua hal yang Mel lakukan buat dia. termasuk ... kencan.” Mata Ariel membesar dan kedua alisnya naik bersamaan. Ia tidak pernah menyangka akan sejauh itu. wajah Ariel masih datar lalu tangannya meletakkan kotak makan itu di atas meja. “Mel sudah menjual tubuh Mel sama dia, Mas.” Melodi mengaku lagi dengan hal yang sangat mengejutkan. Hal itu membuat Ariel syok. Sesungguhnya hatinya mulai nyaman dengan Melodi. Ia rela menjadi bantalan curhat Melodi saat ia sedang sedih. Meskipun Ariel memiliki rencana untuk memanfaatkan Melodi untuk membalas Rexy tetapi rasa nyaman pada gadis itu terus tumbuh tanpa ia sadari. “Kenapa kamu mau melakukan hal itu?” Ariel menyahut seperti sedang menghakimi. Melodi tampak menyesal lalu menundukkan kepalanya. “Mel gak punya pilihan lain, Mas. Mel gak punya uang bahkan untuk makan.” Melodi melirih pelan mengungkapkan kenyataan pahit hidup yang tak berpihak padanya. Ariel menoleh pada Melodi dengan kernyit dan pandangan yang sekarang lebih berbeda. ada rasa kasihan tapi Ariel juga merasa kesal serta marah. “Kamu kan bisa melakukan hal lain ....” “Hal lain apa? Bahkan Mel dipecat dari pabrik tempatku bekerja dulu. Bagaimana caranya akMelu bisa makan? Bagaimana caranya Mel bisa membawa Papa ke rumah sakit? Mel putus asa, Mas,” sahut Melodi meneteskan air matanya. Ariel jadi makin serba salah. Ia ingin marah tapi tak tega. Ia merasa jijik pada perbuatan Melodi tapi ia tidak memiliki alasan yang benar melakukannya. “Kamu ....” “Kalau Mas Ariel merasa jijik sama Melodi, itu wajar. Mel paham.” Melodi makin memelankan suaranya. Ariel jadi membuang muka. Selera makannya menguap sudah. Padahal ia ingin menghabiskan waktu dengan Melodi dan mendengar ceritanya. Kali ini Ariel seperti kesal dan marah. “Kamu terlalu oportunis, Mel. Kamu hanya memikirkan uang bukan harga diri,” ujar Ariel seperti sedang menghakimi Melodi. Melodi menoleh pada Ariel. Ia tampak seperti kesal dan marah. “Mas Ariel gak akan mengerti.” Melodi membalas dengan suara rendah. Ariel mengeraskan rahangnya lalu mengangguk. ia langsung berdiri dan keluar dari rumah Melodi tanpa bicara. Melodi hanya melihat dengan mata berkaca-kaca lalu menundukkan lagi wajahnya. Ia menangis tak lama kemudian. Ariel yang sudah keluar dan baru sampai di dekat mobilnya lantas berhenti. Ia berkacak pinggang menelan ludah dengan sulit. Setelah menarik napas beberapa kali, Ariel sempat menoleh ke arah rumah itu lagi. “Kalian sama saja,” gumamnya marah. Ariel lalu berbalik masuk ke dalam mobil dan pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN