Bab 6. Ternyata Kekasih

1802 Kata
Melodi masih terus menatap heran pada Rexy yang dipanggil sayang oleh kakaknya, Fernita. Rexy juga ikut kaget dan tidak menyangka jika Melodi bisa datang ke vila keluarga Jodie. Ia kemudian sedikit membuang muka seperti telah kepergok tengah berbohong. “Ngapain kalian?” tanya Rexy dengan sikap ketus. “Dia yang nyerang duluan, Sayang. Bukan aku!” ujar Fernita membela diri sembari menunjuk Melodi yang masih berdiri diam. Rexy bergeming dan kemudian memandang Melodi kembali. “Ngapain sih kamu berantem. Dia kan masih anak kecil!” sahut Rexy dengan ekspresi kesal. Ia melirik pada Melodi yang sedikit cemberut karena dibeli label anak kecil oleh pria yang pernah memintanya menjadi kekasih. “Iya, tapi dia cari masalah. Jangan marah ya?” Fernita bergelayut manja dengan nada suara yang dibuat imut. Melodi sampai bergidik aneh melihat tingkah kakaknya itu. Rexy hanya memberikan ekspresi datar dan terlihat tidak suka tapi ia seperti tidak memiliki pilihan. “Ngapain aku marah!” jawab Rexy lalu membuang wajahnya lagi seakan tak peduli pada Melodi. “Rupanya mereka pacaran. Ternyata mereka memang cocok satu sama lain,” ujar Melodi dalam benaknya. Fernita yang merasa mendapatkan simpati Rexy kemudian menyengir sinis pada Melodi yang masih berdiri terpaku di tempatnya. Sedangkan Erni Jodie kemudian merapikan pakaiannya dan menghampiri Melodi dengan wajah dingin dan ketus. “Sekarang kamu keluar dari sini. Kamu benar-benar anak yang gak tau diuntung. Mau dibantu malah ngelawan!” ujar Erni mengomeli Melodi sambil melipat kedua lengan di dadanya. Sofia makin kehilangan hormat pada Ibunya. Jika membunuh tidak dipenjara, ia pasti sudah mencekik Ibunya itu sampai mati. “Jangan pikir Mama bisa lolos dari semua ini. Sekarang Melodi minta warisan milik Melodi dikembalikan. Kembalikan uang Papa!” teriak Melodi dengan marah. Erni membelalakkan matanya dan menoyor Melodi dengan kasar. “Berani benar kamu minta warisan? Kamu pikir kamu orang kaya. Kamu dan Papa kamu itu cuma benalu dan miskin. Pergi kamu dari sini! Jangan pernah kembali dan minta warisan lagi!” hardik Erni tak kalah kasarnya. Melodi bernafas cepat dan memandang Erni serta Nita yang tersenyum sinis bergantian. “Kalian sudah menipu Papa, kalian mengambil uang Papa dan pergi kabur dengan pria lain. Dasar penjahat!” teriak Melodi. Erni melotot dan makin kehilangan kewarasannya. Ia tidak perduli jika Rexy menyaksikan semuanya. Serta merta, Erni menjambak rambut Melodi dan menyeretnya keluar Villa. “Sini kamu! Dasar anak b******k gak tau diri!” umpat Erni sambil menyeret Melodi yang kesakitan karena rambutnya ditarik dengan kasar. “Lepasin ... lepasin aku!” teriak Melodi mencoba melepaskan diri dari jambakan Ibunya. Rexy kaget melihat Erni yang bisa berbuat sekasar itu, tapi ia tidak berbuat apapun. Rexy malah ditarik oleh Nita ke pintu depan mengikuti Erni yang tengah menyeret Melodi dengan kasar. Melodi kemudian dihempaskan hingga tersungkur ke lantai teras depan vila tersebut. Rexy sempat mengernyitkan kening tapi masih diam saja dan belum melakukan apa-apa. “Sekarang pergi dari sini. Dasar anak b******k!” umpat Erni menunjuk pada Melodi lagi. Melodi yang terengah lalu memandang Nita yang menggandeng Rexy dengan mesra. Sambil mengeraskan rahang, Melodi berdiri dan menatap Ibu serta Kakaknya dengan pandangan benci. “Melodi gak akan pernah sudi panggil kamu dengan sebutan Ibu. Dasar wanita iblis!” umpat Melodi tidak bisa lagi menahan amarahnya. Ia sudah tidak lagi menganggap Erni sebagai Ibunya. “Kamu pikir kamu anakku! Pergi dari sini!” Erni menolak lagi tubuh Melodi agar ia segera pergi. Melodi pun tak ingin terlalu lama berada di tempat itu. Ia tau saat ini ia sedang kalah. Matanya sempat melirik pada Rexy yang memang diam saja melihat dirinya diperlakukan seperti sampah oleh Ibunya sendiri. Melodi pun kemudian berbalik dan berjalan menuruni tangga beranda vila dengan makian yang masih terdengar dari mulut Erni Jodie, Ibunya. Sambil mengepalkan tangan, Melodi berjalan dengan wajah merah dan airmata yang menggenang. “Kenapa kalian harus sekasar itu?” tanya Rexy setelah Melodi pergi. “Kamu gak lihat dia marah-marah sama Mama? Udah untung cuma dijambak, orang kayak Melodi itu pantasnya masuk penjara. Dia gak ada bedanya sama begal, jahat!” sahut Fernita dengan nada kesal. Erni pun kemudian menghampiri Rexy untuk menetralisir keadaan. “Rexy, lebih baik kamu jaga aja Nita dari Melodi. Dia itu gadis yang berbahaya, jangan tertipu ama wajahnya. Tadi aja dia berani mukulin Kakaknya,” ujar Erni pada Rexy yang tidak mau menanggapi. Ia lebih memilih membuang pandangannya dan tidak mau memperpanjang masalah dengan Ibu dan anak itu. Rasanya sudah kesal sekali. Rexy sedang menyusun rencana sendiri. Ia tidak ingin hubungannya malah semakin jauh dengan Fernita dan malah akan berujung pada pernikahan. Bagi Rexy, ia harus bisa memanfaatkan Melodi dan kemelut di keluarga itu. Sementara itu Melodi terus berjalan dengan rasa marah dihatinya. Setelah jauh dari vila itu, Melodi lalu berhenti berjalan dan menghapus airmata dengan punggung tangannya. “Aku gak akan biarkan mereka menghina seperti itu. Lihat aja, aku pasti akan cari cara untuk balas kalian semua!” gumam Melodi dengan nada marah. Ia berjalan kembali pulang ke rumahnya. Di tengah perjalanan pulang, Melodi berhenti di sebuah jembatan kecil dengan aliran sungai kecil di bawahnya. Melodi kemudian terduduk di salah satu tembok pinggiran jembatan. Ia masih emosi dan belum tenang. Sesungguhnya Sofia sedang berfikir cara apa yang bisa ia gunakan untuk membalas Erni dan Fernita. Pikirannya lalu mengarah pada Rexy Basupati yang juga berada di vila tadi. Di sudut hatinya sebenarnya Melodi kecewa karena Rexy tidak membelanya. Tapi kemudian senyuman licik menghiasi bibir tipis Melodi yang cantik. “Aku tahu mereka pasti pacaran. Apa yang terjadi pada Nita kalo dia tau aku merebut pacarnya?” gumam Melodi pada dirinya sendiri. Senyuman licik itu makin tersungging di ujung bibirnya. “Hmm, Rexy Basupati, kamu bilang aku anak kecil. Liat aja apa yang anak kecil ini bisa lakuin sama kamu. Aku akan peras kamu sampai miskin dan Nita akan kehilangan kamu sebagai kekasihnya yang dia pemerin itu, huh!” ujar Melodi lagi lalu mendengus sinis. Ia kemudian tersenyum dengan segudang rencana jahat di kepalanya. Melodi lalu mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah. Ia merogok saku rok Abu-abunya dan membaca lagi kartu nama yang pernah diberikan Rexy padanya. Rexy memiliki sebuah hotel berbintang di kawasan yang sama dan firasat Melodi mengatakan jika ia datang untuk mengunjungi salah satu hotelnya tersebut. Dengan masih memakai seragam sekolah, Melodi berjalan kembali ke jalan raya. Ia menumpang angkot yang membawanya melewati sebuah hotel mewah di kawasan kota Bogor. Setelah turun dan membayar, Melodi berjalan masuk untuk melewati pos pemeriksaan. Takut dihalangi, Melodi menyusup bersama sebuah bus pariwisata yang membawa para pelancong untuk menginap. Setelah berhasil masuk, Melodi kini kebingungan mencari keberadaan Rexy. Ke mana ia bisa menemukan pria itu di dalam hotel sebesar ini? Mata Melodi sontak terbelalak melihat interior lobi utama hotel yang begitu megah dan mewah. Seumur hidup ia tidak akan pernah masuk ke tempat semewah ini. “Dia benar-benar orang kaya!” gumam Melodi masih sibuk memutar tubuhnya melihat sekeliling lobi. “Maaf, ada yang bisa dibantu? Adek ini cari siapa?” tegur salah satu doorman yang bertugas membukakan pintu. Sofia terkejut dan berbalik. Ia menyengir dan tersenyum dengan polosnya. “Saya kemari mau cari seseorang, ah ini kartu namanya,” jawab Melodi lalu memberikan kartu nama Rexy pada doorman tersebut. Pegawai yang bertugas sebagai doorman tersebut lalu menaikkan pandangan melihat Melodi dengan mata membesar. “Apa sudah buat janji dengan Pak Rexy?” Melodi menyengir lagi lalu menggeleng. “Tapi saya disuruh datang kemari. Ke alamat yang di kartu itu,” jawab Melodi dengan sopan. Pria itu pun mengangguk lalu tersenyum. “Silakan, di resepsionis saja ya, dek,” ujar Doorman itu dengan ramah lalu mengajak Melodi menuju meja resepsionis. Resepsionis yang ramah itu pun membantu Melodi untuk bertemu dengan bos besar mereka, Rexy Basupati. Akan tetapi, ia disuruh menunggu di lobi. Rexy akan segera menemui Melodi. Melodi tidak duduk dan memilih berdiri sambil melihat-lihat design interior hotel tersebut. Sebuah pajangan dari kayu yang menempel di salah satu dinding menarik perhatiannya. Melodi hampir menyentuh sebelum sebuah suara memanggilnya. “Melodi!” panggil Rexy lalu berhenti di belakang Melodi yang nyaris menyentuh ornamen kayu tersebut. Melodi sedikit tersentak lalu berbalik dan menghadap Rexy yang tak tersenyum. “Mas Rexy?” gumam Melodi lalu tersenyum. “Ada apa kamu cari aku?” tanya Rexy dengan sikap dingin. “Bisa kita bicara? Ini soal tawaran Mas Rexy seminggu lalu,” ujar Melodi. Rexy lalu mengangguk dan menoleh ke kanan dan kiri. “Ikut aku, kita bicara di kamarku aja.” Rexy kemudian berbalik dan berjalan ke arah lift pribadi dan Melodi mengikuti di belakangnya. Rexy membawa Melodi ke dalam kamar mewah presidential suite miliknya. Setelah mempersilahkan Melodi untuk duduk di sofa ruang di depan kamar, Rexy kemudian ikut duduk di sofa depannya lalu melipat kaki. “Sekarang kamu boleh bicara,” ujar Rexy sambil merapikan jasnya. “Melodi setuju untuk jadi pacar Mas Rexy. Tapi Melodi punya beberapa syarat.” Rexy menyeringai sekilas lalu mengangguk menunggu kalimat Melodi selanjutnya. “Pertama, Melodi minta Mas Rexy untuk menjamin seluruh pengobatan Papa karena Papa sedang sakit sekarang, dan biaya hidup serta sekolah tiap bulan. Lalu Melodi minta satu milyar saat ini juga,” ujar Melodi dengan berani dan percaya diri. Wajah Rexy yang semula biasa saja perlahan berubah tersenyum dan lama kelamaan ia malah tertawa. “Apanya yang lucu?” pikir Melodi sambil mengernyitkan kening. “Kamu benar-benar berani datang kemari meminta uang. Aku salut sama kamu, hahaha,” ujar Rexy masih tertawa. “Kalo Mas Rexy gak bersedia. Gak apa, Melodi pulang aja sekarang.” “Wow, tunggu dulu. Siapa yang bilang aku gak bersedia? Aku belum bilang apa-apa, kamu udah maen vonis aja,” sahut Rexy sambil tergelak. “Melodi, setiap hal ditawarkan ke orang lain harus memiliki nilai. Aku setuju membiayai seluruh pengobatan Papa kamu dan hidup kamu selama kamu jadi pacarku. Tapi jika kamu meminta uang satu milyar saat ini juga, memangnya apa yang kamu bisa tawarkan sama aku?” tanya Rexy sambil menaikkan alisnya. Melodi tertegun, ia tidak berpikir sejauh itu. Pertanyaan Rexy membuatnya tertunduk berpikir. Rexy yang licik menyunggingkan senyuman di sudut bibirnya, seekor kelinci lucu telah jatuh dalam perangkapnya. “Apa kamu masih perawan?” pandangan Melodi seketika naik dan memandang Rexy. Melodi masih belum mengerti yang dimaksudkan Rexy, jadi ia hanya mengangguk saja. “Aku akan berikan 2 milyar untuk kamu. Itu adalah harga untuk keperawanan kamu, bagaimana?” tawar Rexy tanpa malu-malu. Hati Melodi memberontak memintanya untuk mengurungkan niat. Tapi niat membalas dendam pada Erni dan Fernita terlalu besar mengalahkan hati nuraninya sendiri. “Rexy?” tanya Arsenio lagi. “Oke. Mas Rexy mau apa?” ujung bibir Rexy terangkat bersama dengan dagunya. Kini ia berada di atas angin. “Aku ingin kamu melakukan yang aku mau,” jawab Rexy tanpa beban. “Di mana?” tanya Melodi dan disambut cengiran kemenangan Rexy. “Di kamar ini.” Rexy lalu menarik dasinya sebelum kemudian berdiri dan menghampiri Melodi yang masih terperangah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN