Seorang pria berpenampilan maskulin dan berwajah imut keluar dari Ferrari 488 Spider putih setelah parkir di lobi sebuah hotel berbintang di kawasan kota Bogor. Setelah memberikan kunci mobil pada parkir valet, ia berdiri lalu membuka kacamata hitam dan memasukkan ke dalam jas yang dipakainya.
Dia bukanlah sahabat ataupun teman, ia adalah pesaing bisnis terberat Baron Group. Baron Group adalah perusahaan multi internasional milik Baron Basupati, Ayah Rexy Basupati. Pria tampan itu kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam hotel berbintang itu. Sesungguhnya ia tidak datang dalam damai, ia datang hendak berkonfrontasi dengan Rexy.
Pria itu bernama Ariel Danish. Sekarang ia menjadi Presiden Direktur dari perusahaan warisan keluarganya, Mercure Corporation. Ia bergerak di bidang yang sama dengan Baron Group yaitu perhotelan, resort, taman bermain, pusat rekreasi hingga hypermart dan mall. Kedua perusahaan itu merupakan saingan utama dari semenjak Ayah Ariel masih hidup.
Ariel menunggu di lobi dengan duduk di salah satu sofa, ia sedang menunggu kesempatan untuk bisa naik ke kantor Presdir karena jika ia melalui jalur normal pengawal Rexy akan langsung mengusirnya.
Seorang gadis berseragam SMA tiba-tiba lewat di depannya dan terus berputar melihat design di lobi hotel itu sambil terkagum-kagum. Ariel mau tidak mau memperhatikan gadis norak seperti itu.
“Dasar orang kampung!” gumam Ariel membuang pandangannya. Ariel masih mengantisipasi suasana di sekitar dan gadis berseragam SMA itu pun kembali berdiri lagi setelah dari resepsionis. Ariel lalu mengambil sebuah koran untuk menyamarkan dirinya yang sedang duduk.
Gadis norak yang sangat tak suka ia lihat itu akhirnya menarik perhatiannya saat ia ternyata dihampiri oleh yang paling dicari Ariel yaitu Rexy Basupati.
“Tunggu dulu, ngapain dia ajak anak SMA naik ke lantai atas,” gumam Ariel mengintip dari balik korannya terus memperhatikan Rexy dan gadis SMA itu masuk ke dalam lift.
“Cewek SMA, hotel berbintang dan lift pribadi. Gue rasa dia sedang berselingkuh ya.” Ariel tergelak dan bicara pada dirinya sendiri. Ia masih tersenyum lalu bangun dari kursinya dan keluar dari lobi. Rencananya berubah kini.
Sementara di kamar presidential suite, Rexy memandang Melodi yang masih tertegun dengan senyuman licik sambil membuka jas dan melemparnya ke sofa tempatnya duduk semula. Ia membuka kancing di pergelangan tangan dan lalu membuka satu persatu kancing kemeja nya. Rexy yang buta akan pengalaman seperti itu hanya duduk diam dan tertegun tanpa tahu harus berbuat apa.
“Kamu tunggu apa lagi? Bukannya kamu udah setuju,” ujar Rexy masih terus membuka kemejanya.
“T-trus, gimana kalau ... Mas Rexy malah melanggar janji? Kalau Melodi setuju tapi Mas Rexy malah kabur gimana?” Rexy tergelak dan berdiri sambil menopang kedua tangan di pinggang nya.
“Kamu pikir aku lelaki hidung belang seperti di jalanan?” Melodi jadi mengernyitkan kening mendengar Rexy.
“Aku seorang businessman. Aku melakukan sesuatu berdasarkan untung dan rugi. Kalau aku lari aku akan sangat rugi karena kamu bisa merusak nama dan reputasiku,” ujar Rexy dengan senyuman liciknya. Melodi yang polos akhirnya terdiam.
“Sekarang buka pakaian kamu. Ini bukan hubungan yang romantis, tugas kamu adalah melayani aku kapanpun aku mau.”
“Tapi Melodi mau bukti kalau Mas Rexy gak bohong,” sahut Melodi bersikeras. Rexy menghela nafas dan mengambil jasnya kembali. Ia merogoh salah satu saku lalu membuka dompetnya. Arsen mengambil sebuah kartu lalu meletakkannya di atas meja dekat ranjang.
“Itu kartu kredit dengan limit sampai 5 milyar. Kamu boleh ambil 2 milyar dan sisanya untuk biaya hidup kamu selama beberapa bulan,gimana?” tawar Rexy menyelesaikan membuka kancing kemejanya. Tak hanya tawaran uang dari Rexy yang sudah meletakkan kartu kreditnya sebagai jaminan tapi pemandangan di depan Melodi juga menggiurkan.
Rexy adalah seorang pria yang tampan dengan bentuk tubuh atletis impian. Melodi hanya pernah melihat bentu tubuh seseksi itu di majalah yang dilihat oleh teman-temannya di sekolah. Tapi ia masih ragu dan itu membuat Rexy tak sabar. Ia mendorong Melodi ke ranjang lalu menindihnya.
Masih terperangah, Melodi dicium oleh Rexy perlahan. Pria yang baru dikenalnya beberapa minggu lalu itu akhirnya mengambil ciuman pertamanya. Tak hanya itu tak lama kemudian Rexy juga melucuti seragam yang dikenakan oleh Melodi satu persatu.
“Aku belum pernah tidur dengan perawan sebelumnya. Jadi maaf kalo aku agak sedikit agresif,” gumam Melodi mulai larut dengan ciumannya. Melodi yang awalnya tidak merasa nyaman karena baru pertama kali melakukan hubungan intim, mencoba untuk menutup matanya erat-erat. Ia mengalihkan pikirannya ke hal lain agar rasa aneh yang menjalari tubuhnya cepat berlalu.
Sebelum hubungan itu benar-benar terjadi, Rexy menolehkan wajahnya menatap Melodi yang menutup matanya sekaligus menahan desahannya. Entah mengapa ada rasa aneh menjalar di hati Rexy. Ia sempat tertegun melihat wajah polos Melodi yang seketika membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
“Ada apa denganku?” pikir Rexy. Ia menepis rasa aneh itu dan mulai memposisikan dirinya. Rexy tidak mau berfikir lebih tentang Melodi. Baginya hubungan ini hanyalah dasar kepentingan satu sama lain semata.
Ia bahkan tidak perduli saat Melodi sedikit berteriak kesakitan dalam hubungan pertamanya. Melodi mengeratkan hati dan pikirannya selama hubungan itu berlangsung. Ia terus mengingatkan dirinya bahwa semua ini ia lakukan demi Ayahnya dan balas dendam pada Erni.
Airmatanya menetes sudut matanya tapi Melodi tidak memperdulikannya. Setelah Rexy puas, ia berguling ke samping Melodi sambil terengah dan menatap langit-langit kamar. Melodi kemudian menarik duvet lembut untuk menutupi sebagian tubuhnya. Ia sudah tidak lagi perawan di usianya yang masih 17 tahun.
“Kamu gak jelek, tapi kamu terlalu pasif. Aku maklum karena kamu masih 17 tahun. Mulai sekarang, kamu harus belajar gimana caranya menyenangkan aku di ranjang. Mengerti!” ujar Rexy tanpa rasa kasihan pada Melodi. Melodi lalu menoleh pada Rexy di sebelahnya dan terpaksa mengangguk.
Rexy hanya beristirahat sejenak sebelum kemudian bangun dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah ia berpakaian, ia menghampiri Melodi yang masih duduk di ranjang dan memberikan kartu kredit itu. Rexy kemudian mengambil balpoin dari salah satu laci dan menuliskan sesuatu di sebuah notes kecil.
“Ini nomor PIN nya. Hafalkan. Kamu boleh gunakan kartu itu sesuka kamu. laporannya akan masuk ke aku tiap kali kamu transaksi. Nanti tiap tiga bulan sekali aku akan kasih sejumlah uang yang sama,” ujar Arsenio menjelaskan. Melodi mengambil kartu dan kertas kecil bertuliskan nomor PIN.
“Aku gak bisa antar kamu ke bawah. Ingat, hubungan kita gak boleh diketahui siapapun,” sambung Rexy mengingatkan.
“Jadi, Mel sekarang simpanannya Mas Rexy?” Melodi malah melontarkan kalimat yang membuat Rexy tersenyum.
“Kita gak lagi menyebutnya sebagai simpanan, Sayang. Aku lebih suka memanggil kamu Sugar Baby.” Rexy tersenyum lalu memakai jasnya kembali. Melodi masih tertegun dan diam saja.
“Kamu boleh keluar kapan pun kamu mau. Aku akan berikan kamu akses untuk masuk ke hotel ini saat aku panggil,” ujar Rexy sebelum keluar kamar utama. Melodi yang ditinggalkan sendiri mencoba berdiri namun ia mulai kesulitan karena ada rasa sakit yang mengganggu. Butuh waktu sampai 30 menit sampai Melodi siap berpakaian dan keluar dari kamar mewah tersebut.
Melodi keluar dari lobi hotel dan berhenti karena hujan deras yang terjadi di luar. Ia harus segera pulang dan membawa uang yang bisa ia ambil dari mesin ATM. Terdapat gerai ATM di dekat lobi hotel dan Melodi menerobos hujan untuk segera masuk ke dalamnya. Ia memasukkan kartu dan mencoba mengambil satu juta rupiah.
Sejumlah uang merah seratus ribuan dihitung dan keluar dari mesin. Melodi terperangah dan baru percaya jika Rexy ternyata tidak berbohong.
“Oh, berhasil. Uangnya keluar!” gumam Melodi begitu melihat uang itu keluar dari mesin ATM. Sambil tersenyum Melodi menggenggam uang itu lalu memasukkannya ke dalam saku rok abu-abunya. Ia keluar dari gerai ATM dan kembali menerobos hujan dengan hati bahagia. Sekarang ia memiliki uang untuk bisa bertahan hidup. Ia ingin segera pulang untuk menemui Ayahnya.
Namun hujan terlalu deras dan membuat Melodi tidak bisa melihat dengan jelas. Ketika menyeberang, Melodi terserempet motor dan ia jatuh pingsan di jalanan. Pengendara motor yang menyerempetnya malah melarikan diri karena ketakutan.
Mobil Ferrari 488 Spider putih yang dikendarai Ariel keluar dari parkiran utama hotel ketika ia melihat Melodi dan berlari di tengah hujan ke gerbang utama. Ia keluar dan terus berlari. Sedangkan Ariel yang hendak mengikuti Melodi jadi kehilangan jejak pada awalnya.
“Mana dia?” gumam Ariel sambil mencoba melihat dalam hujan lebat. Ia terkejut ketika tiba-tiba gadis yang ia coba ikuti ternyata berlari diserempet oleh motor. Ariel memarkirkan mobilnya di pinggir jalan lalu keluar menghampiri Melodi yang pingsan.
Dalam keadaan hujan lebat, Ariel menolong dengan menggendong Melodi masuk ke dalam mobilnya. ia membawa Melodi ke rumah sakit terdekat dalam keadaan basah kuyup.