Chapter 6 | Kehidupan Murahan Zeina

1195 Kata
Chapter 6 | Kehidupan Murahan Zeina POV Ethan Kal Vardhan “Kau harus kembali, Jia”. Arti dari perkataannya terasa begitu beragam. Dapat berupa gurauan, ancaman, atau bahkan sebuah isyarat tertentu. Kami sepakat untuk tidak memberitahu mengenai kesepakatan pernikahan kepada siapapun. Lantas mungkinkah dia membeberkan pada kekasih gelapnya? BUKK Zeina mendorong d**a Reynand hingga pria itu terdorong mundur beberapa langkah. Ini diluar perkiraan, cukup menarik melihat amarahnya yang meluap. “Kalian keterlaluan” gumam Zeina, hendak kembali mengabaikan mereka. Namun, belum Zeina berbalik, wanita yang bernama Elsa mengeluarkan sebuah flashdisk dengan gantungan dari ukiran kayu berbentuk permen. “Kira-kira apa yang terjadi jika kelakuanmu dulu sampai bocor? Sepertinya bahkan suamimu sendiri tidak mengetahui apapun?” Zeina melangkah maju hendak mengambil benda di tangan Elsa yang mengusiknya. Namun sayangnya Reynand menahan pergerakan Zeina. Menyentuh pinggang dengan erat setengah memeluk agar Zeina tidak bisa mendekati Elsa. Sentuhan itu, sepertinya bukan sentuhan yang asing. Zeina tidak memperdulikan dan terus mencoba menggapai Elsa. “Aku memiliki beberapa koleksi di dalam sini” Elsa melirikku dan menggoyangkan benda di tangannya dengan dengan riang. “Kau tidak penasaran pada istrimu? Bagaimana bisa kau bersikap seolah kau tidak terganggu sama sekali. Ah mungkin kau tidak akan menduga mengenai apa saja hal yang sudah istrimu lakukan. Aku jamin kau tidak akan menduganya” Aku melirik Zeina. Memang, aku akui bahwa tidak banyak yang aku ketahui tentangnya, namun aku tahu bahwa dia hanyalah gadis membosankan yang menyukai kegiatan monoton. Aku tidak tahu hal yang mungkin bisa dilakukannya. Setidaknya itu yang aku pikirkan sebelum mengetahui hubungan gelapnya. Gadis yang bahkan bisa berselingkuh dengan nyaman dan tanpa beban, mungkin bisa melakukan hal lain diluar nalar. Aku jelas menyadarinya, bahwa aku benar-benar tidak mengenalnya. Apapun yang ada di dalam sana, sepertinya dia tidak mau hal tersebut tersebar. Jika hal itu merugikannya, maka aku juga akan merugi. Saat ini kami berada di perahu yang sama. “Pemerasan, kekerasan, plagiarism, tidur sembarangan, ah apa video-video itu juga ada di sini?” Elsa menatap Reynand seolah hanya mereka yang mengetahui maksud satu sama lain. Reynand kemudian mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Elsa. “Tarian panas domba betina, pertunjukan tanpa busana, ciuman pertama di klub dan pengakuan cinta pertama” Elsa melemparkan benda di tangannya pada Zeina hingga benda itu terjatuh ke lantai. “Kau boleh menyimpannya, aku masih punya satu lagi” jawab Elsa sambil kembali duduk di kursinya. “Duduk” perintahnya yang tidak Zeina turuti. Elsa pada akhirnya memutar kursi dan menghadap Zeina. “Keluarkan kontraknya, dia sudah mau menandatanganinya” Perintah Elsa, membuat Daffa mengeluarkan sebuah kertas dan meletakkannya di atas meja. Zeina melepaskan cengkraman Reynand dan mendatangi Elsa “Aku ingin menamparmu” ujarnya sambil terus memandang Elsa dari dekat. “Aku juga ingin melakukannya. Haruskah kita saling menampar?” Elsa bertanya dengan nada jenaka. Zeina melirik kertas di meja dan menandatangani kertas itu tanpa membacanya. “Selesaikan dalam waktu kurang dari satu bulan” ujarnya sebelum mengambil flashdisk itu dan pergi. Aku melirik Elsa yang tersenyum puas melihat Zeina yang menandatangani keikutsertaanya dalam dokumenter mereka. Elsa melirik diriku dan memandangku selama beberapa saat. Tatapan itu, penuh kebencian. Entah mengapa aku merasa tatapan kebenciannya lebih dalam kepadaku ketimbang pada Zeina. Aku berbalik dan berjalan pergi tanpa mengatakan apapun. Meninggalkan mereka sendirian di ruangan yang telah berantakan dengan jutaan lembar dollar. Wanita itu tidak mengalami kesulitan finansial, bahkan meski dua di antara mereka mengalami skandal. Hal itu tidak akan membuat mereka berakhir dengan melakukan hal sejauh ini. Mereka bertiga, seolah memiliki tujuan lain. Jika yang dikatakan mereka benar, maka mungkin ini adalah balas dendam. Zeina mungkin telah melakukan perbuatan yang membuat mereka terjerat masalah di masa lalu. Mengingat sikap culas dan arogannya yang sangat alami, aku bisa mengerti. Namun apa yang kudengar tidak bisa kuduga. Zeina terlihat panik, maka semua tuduhan yang terarah padanya mungkin benar adanya. Aku memasuki kamar, melihat Zeina tengah memasukan benda itu ke dalam brankas dan buru-buru menutupnya saat menyadari kehadiranku. Seperti biasa, dia tidak akan repot-repot menjelaskan apapun padaku. Lagipula, apa yang harus dijelaskan jika semua tuduhan itu benar adanya. “Lucu sekali, saat melihat seseorang yang berlagak suci tertangkap basah” Zeina menoleh menatapku. Tatapan mata tanpa rasa bersalah itu terasa mengusikku. Dia benar-benar mahir bersikap arogan dengan alami. “Kira-kira apa yang tadi aku dengar?” Aku maju selangkah demi selangkah ke arahnya. Terkadang aku begitu ingin memojokkannya. “Pemerasan, kekerasan, plagiarism, tidur sembarangan, tarian panas domba betina, pertunjukan tanpa busana, ciuman pertama di klub dan pengakuan cinta pertama” Aku tertawa kecil begitu melihat ekspresinya. Jarak kami begitu dekat, aku bisa merasakan hembusan nafas memburunya yang menahan kekesalan. Terkadang… Aku membayangkan wajahnya dengan ekspresi seperti ini, jika dilihat langsung ternyata lumayan menyenangkan. Zeina mendongak kecil, memperlihatkan permata kuning amber tajam di matanya. Dia merasa marah tanpa ada sedikitpun rasa bersalah. Atas tindakan tercelanya, atas segala masa lalunya yang bisa membawa dampak kerugian padaku, atas segala tatapan jijiknya yang sebelumnya selalu terarah padaku. Begitu angkuh, padahal dia jauh lebih buruk dariku. “Aku tidak tahu, seseorang yang suka berlagak polos memiliki kehidupan pribadi yang begitu menjijikan, murahan dan rendah” matanya terlihat bergetar, mungkin sedikit terkejut mendengar ucapanku. “Kau harus menyimpan baik-baik di dalam brankas. Jika tersebar orang-orang mungkin akan mulai melihatmu dengan cara yang berbeda. Aku akui, dengan wajah dan tubuh seperti itu kau bisa menguasai siapapun. Jika sudah melihatnya, mereka mungkin akan membayangkan pertunjukan tanpa busana mu saat bertatapan denganmu” Aku mendekat dan melihat wajahnya lekat-lekat. “Tapi sepertinya kau sudah terbiasa. Bahkan saat bersama para klien pun, kau terlihat tidak keberatan dengan tatapan genit mereka. Ah pasti karena sudah ahli, aku benar kan? Tunggu, kau tidak tidur sembarangan bersama klien kita kan?” Zeina masih terus menatap mataku. Terkadang aku terusik dengan tatapan itu, seolah dirinya benar-benar terluka dengan ucapanku. Padahal dia sama sekali tidak peduli… “Kau seperti wanita rendahan jika kau juga melayani semua klien kita. Jika kabar ini tersebar bayangkan seberapa malunya aku dan ayahmu. Aku tidak peduli dengan kehidupan pribadimu, tapi pastikan untuk tidak membuat kabar ini tersebar dan menghancurkan reputasi baik semua orang” Zeina tidak memberi tanggapan apapun. Matanya masih menatapku namun langkah kakinya mulai mundur menjauhiku. “Satu hal lagi” aku menahan lengannya. Gadis itu menepis dan aku semakin menahan pergerakannya. “Masih ada yang ingin kukatakan” aku mencengkram kedua bahunya. “Aku berhak untuk tidak mendengar perkataan menusukmu” Aku tersenyum tipis. Namun dia semakin berontak berusaha melepaskan diri, kekuatannya tidak sebanding dan aku yang terlalu malas memperkeruh suasana, hingga akhirnya melepaskannya. Sayangnya dia yang kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Aku bisa saja meraih tangannya yang terulur padaku saat dia hendak terjatuh, seolah berharap dan memintaku membantunya. Namun karpet lantai yang tebal jelas tidak akan membahayakannya. Terjatuh kecil seperti ini, tidak akan memberi dampak apapun. Dia diam mematung saat terjatuh. Wajahnya memucat, dia mungkin menahan amarah saat ini. Keringat dinginnya menetes dan tatapannya semakin terasa mengusik saat dia mengangkat kepalanya. Padahal dia terjatuh di atas karpet empuk, namun dia semurka itu hanya karena aku tidak meraih tangannya saat terjatuh. Dengan menahan beban pada kaki tempat tidur, Zeina bangkit dan berjalan dengan perlahan keluar dari kamar. “Dia berlagak kesakitan” “Konyol sekali”.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN