Dia ... cantik.Satu kata penggambaranku buat Alin. Bagaimana aku bisa tahu? Jelas saja, karena saat membuntuti Mas Bima keluar dari kamar hotel, perempuan itu sudah menunggu di depan pintu. Dari posisiku, aku menyaksikan semuanya. Mereka saling pegangan tangan, kemudian Mas Bima menarik Alin dalam pelukan. Mengusap rambut dan bahunya bergantian, menenangkan, dengan sayang. Dia tidak menatapku, tapi aku menatapnya. Aku menangkap matanya yang membengkak, bahkan pipinya masih basah karena air mata. Kalau ditanya bagaimana sudut pandangku sebagai sesama perempuan? Maka jujur kukatakan, aku turut merasakan sakit hatinya. Dia yang pertama, kini diduakan. Dia yang menjalani hubungan jelas dari awal, kini disembunyikan. Dia yang mendapat janji akan dinikahi, kini meratap bersama pasangannya yang