Ternyata dia mengetahui niatku dan sekarang kondisinya kian rumit. Aku sedikit tidak percaya tetapi juga takut kalau kejadian ini akan menjadi masalah besar. Jadi, aku terpaksa mendebatnya, “Wanita ini memiliki sesuatu yang harus dilakukan di rumahnya dan dia membutuhkan KTP-nya. Bisakah aku mengambilnya?” Selama aku bicara, aku tiba-tiba merasa marah, apalagi saat kudengar Wira sedang keluar dan dia hanyalah seorang wanita, jadi aku tidak merasa ada yang perlu kukhawatirkan. “Apa kau pikir Wira sebodoh itu? Saat kau pergi, dia tak lupa membawa KTP Lasmi. Selama kau menurutiku, aku akan pura-pura tidak tahu soal kau datang ke sini untuk mencari KTP Lasmi.” Senyum dingin muncul di wajahnya dan saat itulah aku tahu bahwa dia sebenarnya sedang menekanku. Dia mempermalukanku dan menjebakku d