Aku mengabaikan mereka dan mencari tempat duduk yang kosong untuk menyendiri. Awalnya, aku berpikir bisa istirahat sejenak, tapi tak lama kemudian, pintu didorong terbuka dan sebuah baskom berisi handuk dilemparkan ke dalam. Hampir saja baskom itu mengenaiku. Para terapis wanita yang ada di dalam juga terkejut dan ruangan menjadi hening seketika. “Ray, ada pelanggan. Cepatlah keluar!” Suara Ari terdengar dari luar. Begitu mendengarnya, aku makin merasa dipermalukan dan wajahku pun merah padam. Meski begitu, aku mengambil baskom dan handuk itu, lalu berjalan keluar. Kali ini, pelanggan yang ditugaskan padaku memiliki temperamen yang lebih buruk daripada sebelumnya. Ketika aku menggunakan tenagaku, pelanggan itu akan mengeluh kesakitan dan meminta uangnya kembali. Ketika aku mengurangi te