Sesak rasanya d**a Asa ketika Ruma seketika langsung menjabat dan mencium punggung tangannya. Langsung terbayang dalam pikiran Asa tentang semua kebohongannya. Juga rentetan rasa bersalahnya. Ruma memiliki banyak hal yang ingin ia lakukan bersama Asa. Ia juga ingin bicara banyak dengan Asa. Hanya saja saat ini bukan waktu yang tepat. Karena sudah mepet jam masuk kampus. "Potong rambut tambah ganteng kamu Sa." Abah memuji rambut baru Asa dengan tulus. Meski ada cerita miris di balik potong rambutnya, nyatanya pujian Abah tetap membuat pemuda itu tersenyum. "Makasih bah." Asa jadi salah tingkah. "Iya lho, makin rapi, makin ganteng." Umi malah menambahkan. "Ru, kamu juga waktunya potong rambut. Udah gondrong gitu. Kayak Mas Asa aja. Ganteng." Haru pun cemberut.