Amara tersentak ke dalam kamar hampir saja terjatuh ke lantai kalau Arkha tidak ada di hadapan sebagai penghalang. Meski pun kini ia harus terjatuh di pelukannya dengan wajah kaku nan bibir terdiam, mata mereka saling bertemu Amara di bawah sedangkan Arkha ada di atas. Amara mencengkeram bahu Arkha ingin bangun dari dekapannya akan tetapi tampaknya cowok itu sama sekali tidak ingin melepaskannya. Justru semakin menarik mendekat hingga tidak ada jarak di antara keduanya. Amara sontak memalingkan wajah ke sisi lainnya saat napas Arkha terasa menyapu ceruk lehernya. Memberi sentuhan lembut napas hangatnya menderu membuat darah Amara merasa memanas menciptakan ombak dalam dirinya yang kini tertahan dalam dadanya. “Lo udah berani nantang-nantang gue, ya?” desis Arkha masih setia menjelajahi