Chapter 3

1042 Kata
Bianca merasa bingung karna dia sama sekali tidak mengenali suara orang tersebut, dan dia baru pertama kali mendengar suaranya. "Maaf, Anda siapa?" Tanya Bianca. "Saya, Nenek Mia, teman nenek kamu," Jawabnya. "Teman nenek Bianca?" Ujar Bianca bingung. "Iya, sayang." Jawabnya. "Tapi nenek Bianca tidak pernah bercerita tentang temannya," Ujar Bianca. "Benarkah? Mungkin karna kami sudah lama tidak bertemu, makanya nenekmu tidak pernah bercerita tentang saya," Ujar Nenek Mia. Bianca tidak percaya dengan orang yang mengaku teman neneknya itu. Dia ragu, dan takut jika orang itu adalah orang jahat. "Bi, tolong antarkan Nenek Mia untuk keluar. Bianca tidak ingin bicara dengan orang asing," Pinta Bianca. "Baiklah Bianca." Sahut Bibi tetangganya. Setelah itu tetangganya mempersilahkan Nenek Mia untuk keluar dari rumah Bianca. Lalu Bianca pun berpikir tentang Nenek Mia, karna neneknya tidak pernah bercerita tentang temannya jadi Bianca pun ragu. Keesokan harinya Nenek Mia datang lagi ke rumah Bianca, dia hanya ingin melihat keadaan Bianca yang tinggal sendiri. Namun, kali ini nenek Mia meminta tetangga Bianca untuk tidak mengatakan pada Bianca jika Beliau ada di situ juga. Semuanya berjalan seperti biasanya, dan Bianca tidak tahu jika dia sedang di perhatikan oleh Nenek Mia. Hingga sore hari Nenek Mia mencoba bicara dengan Bianca lagi untuk meyakinkan dia bahwa Beliau adalah teman neneknya. “Bianca,” panggil tetangganya. “Iya,” sahut Bianca. “ada Nenek Mia yang datang menjenguk kamu,” ujar tetangganya. “Nenek Mia?” gumam Bianca. “Sore, Bianca,” sapa Nenek Mia. “Sore, Nek. Ada apa Nek?” ujar Bianca. “Nenek hanya ingin tahu keadaan kamu saja,” ujar Nenek Mia. Bianca terdiam, dia tidak tahu harus mengatakan apa, dan suasana terasa canggung. “Apa Bianca ingin tahu kenapa Nenek berada di sini?” tanya Nenek Mia. “I-iya.” Jawab Bianca. “Beberapa hari yang lalu Nenek bermimpi tentang nenek kamu, dan dia meminta pada Nenek untuk datang menemuinya, namun ternyata ketika Nenek sampai di sini ternyata Nenek kamu sudah tidak ada,” jelas Nenek Mia. Wajah Bianca langsung terlihat sedih, dia menahan air matanya supaya tidak keluar lagi. Bianca ingin tegar, dan bisa sabar menghadapi cobaan yang dia hadapi. Tiba-tiba Nenek Mia memeluk Bianca, lalu dia mengelus punggung Bianca, dan berkata "menangislah jika ingin menangis, jangan di tahan." Seketika itu juga Bianca langsung mengeluarkan air matanya, dia akhirnya menangis di pelukan Nenek Mia. Sedangkan tetangga Bianca sudah pulang, dan meninggalkan Bianca dengan Nenek Mia. Nenek Mia masih memeluk, dan mengelus punggung Bianca hingga dia tenang. Beberapa saat kemudian Bianca akhirnya merasa lega, dia sudah berhenti menangis. "Bagaimana keadaan kamu sayang?" Tanya Nenek Mia. "Bianca sudah merasa lebih baik, Nek," Jawab Bianca. "Syukurlah." Ujar Nenek Mia. Untuk sejenak mereka diam. Lalu Nenek Mia bertanya pada Bianca. "Maaf Bianca, Nenek ingin tanya sesuatu," Ujar Nenek Mia. "Iya. Nenek Mia ingin bertanya apa?" Tanya Bianca. "Apa Bianca mau tinggal bersama dengan Nenek Mia?" Tanya Nenek Mia. Bianca diam, dan tidak menjawab pertanyaan Nenek Mia. "Bagaimana Bianca?" Tanya Nenek Mia. "Bianca tidak bisa." Jawab Bianca menggelengkan kepalanya. Walaupun Nenek Mia berniat baik pada Bianca, namun Bianca tidak ingin merepotkan orang. Apalagi Bianca belum mengenal pasti Nenek Mia itu siapa. "Baiklah. Jika Bianca tidak ingin tinggal bersama dengan Nenek, tapi Nenek akan datang ke sini setiap hari untuk menjenguk kamu, bagaimana?" Ujar Nenek Mia. "Terserah Nenek Mia saja," Ujar Bianca. Untuk beberapa saat Nenek Mia dan Bianca berbincang masalah kehidupan Bianca. Hingga hari mulai gelap, Nenek Mia akhirnya pamit pulang. Namun, Nenek Mia bilang pada Bianca jika besok pagi beliau akan datang kembali ke rumah Bianca untuk melihat kondisinya, dan Bianca pun mengiyakannya. "Baiklah. Kalau begitu Bianca harus istirahat ya," Ujar Bibi tetangganya. "Iya, Bi" Ujar Bianca mengangguk. Kemudian tetangga Bianca pun juga pulang ke rumahnya. --- Terdengar suara ketukan pintu, namun Bianca tidak membukanya karna dia takut. Bianca membiarkannya saja. Hingga akhirnya terdengar suara seseorang yang memanggilnya. "Bianca!" Panggil seseorang. Bianca mendengarkan suaranya, lalu dia teringat jika Nenek Mia datang pagi ini. "Iya, tunggu sebentar!" Sahut Bianca. Dia berjalan sembari meraba-raba untuk sampai di pintu. Walaupun beberapa kali Bianca tersandung, namun dia akhirnya sampai di pintu. CKLEK Bianca membuka kunci rumahnya, lalu orang itu pun masuk ke dalam rumah. "Apa kabar Bianca?" Tanyanya sembari memeluk Bianca. "Baik, Nek," Jawab Bianca membalas pelukannya. "Ayo duduk!" Ajak Nenek Mia. Bianca pun mengangguk, kemudian Nenek Mia menuntun Bianca untuk duduk di sofa. "Apa kamu tidak ada tongkat, Bi?" Tanya Nenek Mia. "Sebenarnya ada, tapi Bianca lupa meletakkannya," Jawab Bianca. "Memangnya terakhir kamu memakainya kapan?" Tanya Nenek Mia. "Hmmm .... " Bianca berdehum berfikir. Dia mengingat kembali kapan terakhir kali memakai tongkatnya, lalu dimana dia meletakkannya. "Bianca lupa Nek," Ujar Bianca. "Baiklah. Nanti Nenek akan membelikan yang baru," Ujar Nenek Mia. "Eh! Tidak perlu, Nek," Tolak Bianca. "Tidak apa, sayang," Ujar Nenek Mia. "Tapi Bianca tidak memerlukannya, Nek," Ujar Bianca. "Kamu perlu, sayang," Ujar Nenek Mia. "Tidak, Nek. Lagipula Bianca selalu di rumah, jadi Bianca tidak memerlukan tongkat," Ujar Bianca. "Baiklah. Jika kamu tidak ingin," Ujar Nenek Mia. Nenek Mia melihat Bianca, kemudian dia mengelus pipi Bianca. "Ada apa, Nek?" Tanya Bianca. "Kamu sangat mirip dengan Nenekmu," Ujar Nenek Mia. "Ah! Mirip Nenek? Tapi kata Nenek, Bianca mirip dengan Ibu," Ujar Bianca. Nenek Mia tersenyum kemudian dia mengatakan pada Bianca jika Ibunya memang mirip dengan Neneknya. "Apa kamu sudah makan?" Tanya Nenek Mia. Bianca menggelengkan kepalanya, dan berkata "belum, Nek." "Baiklah. Nenek akan masak untuk kamu ya," Ujar Nenek Mia. "Terima kasih, Nek," Ujar Bianca. Kemudian Nenek Mia beranjak untuk ke dapur. Dia akan masak untuk Bianca dan dirinya. Namun, ketika masuk ke dalam dapurnya ternyata hanya ada telur dan beras. Akhirnya Nenek Mia keluar lagi, lalu menemui Bianca. "Bi, kita keluar ya," Ajak Nenek Mia. "Kemana Nek?" Tanya Bianca. "Kita belanja bahan untuk makan," Jawab Nenek Mia. "Eh! Kenapa belanja Nek? Apa di dapur tidak ada bahan?" Tanya Bianca. "Hanya ada telur dan beras saja sayang," Ujar Nenek Mia. "Oh ... Biasanya Bianca makan telur dengan nasi saja, Nek," Ujar Bianca. "Astaga, sayang!" Gumam Nenek Mia tidak menyangka jika Bianca hanya makan telur dengan nasi saja. "Kita keluar untuk belanja ya!" Ajak Nenek Mia. "Tapi Bianca tidak bisa keluar, Nek," Ujar Bianca. "Ada apa sayang?" Tanya Nenek Mia. "Ehm .... " Bianca ragu mengatakan pada Nenek Mia jika dia tidak percaya diri keluar dari rumahnya. "Ada apa Bianca?" Tanya Nenek Mia sekali lagi. "Ehm ... Itu Nek .... " Ujar Bianca ragu. "Tidak apa, sayang. Katakan saja!" Ujar Nenek Mia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN