Chapter 2

1068 Kata
Ketika Bianca sampai, dia langsung memanggil neneknya hingga berulang kali. Namun, tidak ada sahutan dari neneknya. Bianca merasa jika orang yang di tanyainya itu mungkin saja berbohong. "Nek! Nenek!" Panggil Bianca. "Dimana nenekku?" Tanya Bianca sekali lagi. Orang yang di tanyai menjawab jika neneknya tengah terbaring di jalan. Bianca terkejut, dan tidak percaya dengan perkataan orang itu. "Tidak mungkin! Tidak mungkin itu nenekku!" Ujar Bianca tidak percaya. Namun, orang yang mengantar Bianca meyakinkan Bianca jika Neneknya tengah terbaring karna mengalami kecelakaan. Bianca langsung berjongkok lalu dia mencoba mencari tubuh neneknya sembari memanggilnya. "Nek! Nenek!" Panggil Bianca seraya meraba. Ketika Bianca memegang tubuh seseorang, dia langsung merabanya. Dan ada satu tanda jika itu adalah neneknya. Seketika itu juga Bianca menangis, berteriak meminta tolong sembari memanggil neneknya. "Nek bangun! Apa yang terjadi pada nenek?" Ujar Bianca menangis. Orang yang berkerumun hanya melihat, dan berbisik. Sedangkan Bianca terus memanggil neneknya seraya menangis. "Tolong panggil ambulans!" Pinta Bianca. Salah seorang yang melihat akhirnya memanggil ambulans, lalu beberapa saat ambulans pun datang, dan membawa tubuh nenek Bianca ke rumah sakit. Bianca yang tak bisa melihat akhirnya di bantu oleh salah seorang untuk masuk ke dalam ambulans. Setelah itu ambulans pun berangkat menuju ke rumah sakit. "Nek. Nenek." Panggil Bianca. Seorang petugas ambulans mengatakan pada Bianca untuk tenang. Namun, Bianca yang khawatir pada keadaan neneknya tidak bisa tenang. Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit, setelah ranjang pasien di turunkan dari mobil ambulans, ranjang itu di dorong masuk ke dalam ruang UGD. Sedangkan Bianca di bantu oleh perawat untuk ke ruang UGD. Bianca duduk di depan ruang UGD menunggu dokter keluar, dan memberinya kabar. Beberapa menit kemudian terdengar suara seseorang memanggil. Bianca langsung menyahutinya. "Ya, saya." Sahut Bianca sembari berdiri. Dokter menghampiri Bianca, lalu mengatakan jika neneknya tidak terselamatkan. Bianca langsung menangis, dan tidak percaya, dia meraba mencoba masuk ke dalam ruang UGD. Dokter pun langsung membantunya. "Nek! Nenek!" Panggil Bianca sembari meraba tubuh neneknya. Bianca menangis sembari memeluk tubuh neneknya yang sudah tidak bernyawa. "Nek, bangun. Bianca dengan siapa jika nenek tidak ada," Ujar Bianca menangis. Tidak ada seorang pun yang ada di ruangan itu, tinggal Bianca dengan jenazah neneknya yang sudah ditutup kain. "Nek!" Panggil Bianca menangis. Beberapa saat Bianca menangis di sebelah ranjang. Dia merasa sangat kehilangan Neneknya. --- Setelah Bianca lebih tenang, dia menghubungi seseorang untuk membantunya mengurus jenazah neneknya. "Maaf, karna Bianca hanya bisa merepotkan Anda," Ujar Bianca. "Tidak apa-apa Bianca. Nenekmu sangat baik, dan kamu juga cucu yang baik," Ujar orang itu mengelus rambut Bianca. Bianca tersenyum sedih, dia tidak menyangka jika semua ini akan terjadi padanya. Setelah selesai mengurus semuanya hingga selesai, tinggallah Bianca sendiri di rumah. Karna semua yang ada di depan matanya hanyalah gelap, jadi Bianca tidak tahu harus berbuat apa. Seharian Bianca hanya menangis di dalam rumah, dan tidak keluar dari kamarnya. Bahkan tetangganya mengetuk pintu rumahnya, tapi Bianca tidak membukakannya. "Nek. Kenapa nenek meninggalkan Bianca sendirian?" Gumam Bianca menangis. Karna terlalu lama menangis hingga Bianca akhirnya pingsan. "Bianca! Bianca!" Panggil tetangganya. Namun, dari dalam tidak ada sahutan, akhirnya tetangganya pun meminta bantuan pada orang yang bisa membuka pintu rumah Bianca. "Astaga! Bianca!" Ujar tetangga Bianca yang terkejut melihat Bianca tengah terbaring di lantai. Tetangganya meminta bantuan untuk mengangkat Bianca ke atas kasurnya. Lalu dia merawat Bianca. Dua jam kemudian. Bianca mulai menunjukkan pergerakkan, dan tetangganya pun bertanya pada Bianca. "Apa kamu baik-baik saja, Bianca?" Tanyanya. Ketika membuka mata, Bianca langsung merubah posisinya menjadi duduk, dan di bantu oleh tetangganya. "Iya. Bianca tidak apa-apa, Bi," Jawab Bianca. "Kamu belum makan kan? Ini Bibi membuat makanan untuk Bianca," Ujarnya. "Bianca tidak nafsu makan, Bi," Ujar Bianca. "Kamu harus makan, sayang supaya ada tenaga, dan supaya kamu tidak sakit," Ujarnya. "Tapi Bianca sedang tidak nafsu makan," Ujar Bianca. "Makan sedikit saja ya," Bujuk tetangganya sembari menyuapi Bianca. Bianca menggelengkan kepalanya, dia menolak untuk makan karna dia masih merasa sedih. "Bianca harus makan walaupun sedikit supaya tidak sakit. Nanti jika Bianca sakit maka nenek Bianca akan sedih di sana," Ujar tetangganya. Bianca langsung meneteskan air matanya lagi mendengar perkataan tetangganya itu, sedangkan tetangganya langsung meletakkan piring yang dia pegang, dan langsung memeluk Bianca. "Sudah ya sayang. Bianca harus bisa tegar, jangan sedih terus," Ujarnya. Setelah beberapa saat akhirnya Bianca berhenti menangis, kemudian dia di suapi tetangganya untuk makan. Namun, baru tiga kali suapan Bianca mengatakan tidak ingin makan lagi. "Sudah, Bi," Ujar Bianca. "Baiklah. Kalau begitu sekarang minumlah," Ujar tetangganya seraya memberikan gelas pada Bianca. Setelah minum, Bianca memberikan gelasnya kepada tetangganya itu. "Terima kasih, Bi," Ujar Bianca. "Tidak masalah, sayang," Sahut tetangganya. Hari mulai gelap, tetangganya akhirnya pulang, dan tinggallah Bianca sendirian di rumah. Dia hanya berada di dalam kamarnya, dan tidak beranjak. Bianca merasa kesepian, dia hanya mendengar suara hewan yang berbunyi. Akhirnya Bianca mencoba untuk istirahat, dia memejamkan matanya. Waktu berlalu. Bianca tiba-tiba terbangun, dan memanggil neneknya. "Nek! Nenek!" Panggil Bianca. Bianca seakan-akan terlupa jika neneknya sudah tidak ada, dan dia tinggal sendirian. "Nek!" Panggil Bianca sembari beranjak. Bianca keluar dari kamarnya dan meraba-raba dinding. "Nenek dimana?" Tanya Bianca. Walaupun tidak ada jawaban, Bianca tetap saja memanggil, dan bertanya tentang keberadaan neneknya. Hingga akhirnya Bianca tersadar jika neneknya telah pergi meninggalkannya, dia akhirnya terduduk menangis di lantai. "Nenek," Ujar Bianca sembari menangis lagi. Bianca menangis hingga terisak karna kepergian neneknya. Karna hanya neneknya lah yang dia punya setelah kedua orang tuanya meninggal karna kecelakaan. --- Beberapa hari berlalu. Kehidupan Bianca berjalan seperti biasanya, dan dia di rawat oleh tetangganya. Karna Bianca tidak bisa melihat jadi tidak banyak kegiatan yang dilakukannya. "Bianca, Bibi habis membuat makanan ini. Cobalah," Ujar tetangganya. "Terima kasih, Bi." Ujar Bianca. Bianca meraba-raba untuk menemukan piring yang di letakkan oleh tetangganya. Dia berusaha untuk tidak merepotkan orang, walaupun sekarang dia tengah kesusahan. "Bianca harus bisa sendiri," Ujar dalam hati Bianca. Beberapa kali Bianca mengingat perkataan neneknya ketika masih hidup. Neneknya pernah berkata jika Bianca harus mandiri, walaupun neneknya sudah tidak ada, dan sekarang waktunya. Ketika Bianca tengah menikmati makanan yang di beri tetangganya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya. Namun, Bianca tidak berani membuka pintunya karna takut jika orang jahat yang mengetuk pintunya. Ketukan pintunya hingga tiga kali, lalu setelah itu tidak terdengar lagi suara ketukan pintu. Lalu tidak lama terdengar ada seseorang yang membuka pintunya, dan Bianca tahu jika itu adalah Bibi tetangga sebelahnya. "Bianca, ada yang sedang mencarimu," Ujar Bibi tetangga sebelah. "Siapa Bi?" Tanya Bianca. "Bianca," Panggil seseorang yang Bianca tidak kenal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN