Kedua telapak tangan Daniel mengepal dengan kuat di tiap sisi tubuhnya tanpa Kaniya ketahui. Seiring gadis itu mulai mencoba memanjakan bagian tubuh Daniel tersebut, tanpa Kaniya sadari, Daniel sendiri juga tengah berusaha keras menahan gejolak dalam dirinya dari permainan amatir bibir serta lidah Kaniya.
Mata dingin Daniel menatap dengan begitu dalam postur tubuh Kaniya yang tengah berlutut di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. Dari pandangan mata Daniel yang berada di atas, pria itu bisa melihat dengan jelas bagaimana kulit punggung Kaniya yang mulus tanpa terlapisi kain, terlihat berkilat karena pantulan lampu kamar di atas mereka.
Kepala Kaniya yang menunduk ke bawah membuat Daniel bisa melihat bagaimana tengkuk jenjang Kaniya terlihat begitu menggoda dengan rambut hitamnya yang terikat tinggi di atas, menyisakan hiasan anakan rambut gadis itu yang menyebar di sekitar. Semakin memperhatikan lebih jauh, Daniel bisa melihat sisi wajah Kaniya yang terlihat memerah menahan malu serta kesusahan memasukkan benda tumpul berukuran besar itu ke dalam mulut kecilnya, yang justru membuat Kaniya terlihat semakin menggoda di mata Daniel.
Kaniya terlihat sangat seksi dan menggemaskan di waktu yang bersamaan, dan hal itu membuat Daniel semakin tidak henti mengumpat dalam hati kecilnya. Kenapa dia sangat seksi? Kenapa dia sangat cantik? Kenapa dia sangat menggoda?
Semua itu berhasil membuat Daniel kembali terpikat pada pesona Kaniya dan Daniel membenci itu. Harusnya di masa ini, Daniel menuntut balas pada Kaniya yang merupakan reinkarnasi dari Diamandis. Harusnya Daniel membuat Kaniya menderita sedalam-dalamnya. Bukan justru kembali masuk ke dalam lubang yang sama karena pesona gadis itu.
Daniel sangat membenci wajah cantik Kaniya. Andai gadis itu memiliki wajah yang normal, mungkin cerita akan menjadi berbeda. Mungkin saja Daniel lebih bisa mengatur perasaan hatinya. Walau jauh dalam lubuk hati Daniel sendiri menyadari, bahwa dirinya telah jatuh cinta pada gadis itu bukan karena wajah cantiknya. Melainkan karena dia adalah Kaniya. Sejak awal Daniel atau Damian yang merupakan dirinya di masa lalu, telah jatuh cinta begitu dalam dan tulus pada Diamandis dengan apa adanya.
Bahkan hingga Diamandis dikutuk menjadi seekor Monster berkepala ular pun diam-diam dirinya masih menyimpan cinta begitu dalam kepadanya. Tidak bisa terungkap dengan kata-kata bagaimana sedihnya Damian di masa lalu ketika pria itu tiba-tiba mendengar bahwa Gadis yang telah mengisi relung hatinya selama ini akhirnya mati di tangan pria lain dengan kepala monsternya terpenggal.
Sejak Damian jatuh dalam kebencian karena penolakan gadis itu, Damian tetap merasa buruk ketika dirinya mendengar bahwa Diamandis harus meninggal dengan begitu tragis karena kepentingan pria lain yang ingin memanfaatkan kekuatan dari kepala ularnya. Meski begitu, ego yang begitu besar tetap menahan Damian untuk memberikan simpati berlebih pada gadis yang telah melukai hatinya itu.
Pada akhirnya, antara cinta dan benci, Damian tidak bisa lepas dari kedua perasaan dalam itu dan membuatnya tidak bisa berhenti memikirkan Diamandis, gadis yang dicintainya. Tersesat dalam perasaannya sendiri membuat pria itu merasa marah dan kesal setiap waktu, sementara Damian sendiri sudah tidak bisa menemui Diamandis yang telah tiada di dunia untuk menyelesaikan masalah hati di antara mereka berdua.
Perasaan yang belum terselesaikan itu semakin membuat Damian merasa putus asa, hingga akhirnya membuat Damian memutuskan untuk mengubur dalam-dalam perasaan cintanya pada gadis itu. Damian memutuskan untuk membenci Diamandis dengan mengingat penolakan gadis yang telah berhasil membuat harga diri Damian jatuh tersebut. Dengan begitu Damian berpikir dirinya akan bisa melupakan cintanya pada Diamandis dan bisa melanjutkan hidup dengan damai seperti kehidupannya yang dulu sebelum dirinya bertemu dengan gadis itu.
Tanpa pria itu sadari, kebencian yang selama ini ditanamnya untuk melupakan perasaan cintanya terhadap Diamandis, justru semakin membuat Damian tidak bisa berhenti melupakan gadis itu, hingga di kehidupan yang sekarang. Daniel mengetapkan rahang dengan kuat ketika memikirkan masa lalu di antara mereka berdua. Bagaimana bisa hanya dirinya yang mengingat kehidupan masa lalu di antara mereka berdua, sementara Diamandis bisa hidup tenang sebagai Kaniya di kehidupan barunya ini tanpa mengingat apa pun tentang Damian?
Daniel merasa tidak terima menyadari bahwa hanya dirinya yang tetap dihantui oleh perasaannya di masa lalu, sementara gadis itu telah sepenuhnya melupakan dirinya. Memikirkan hal itu membuat Daniel sungguh ingin memenggal kepala Kaniya hanya untuk sekadar mengingatkan gadis itu tentang bagaimana tragisnya kematian dirinya di masa lalu.
Satu tangan Daniel mencengkeram dengan erat sprei di bawah telapak tangannya. Antara gairah dan benci, kedua perasaan itu tengah bercampur menjadi satu dalam darah Daniel yang mulai mendidih atas permainan amatir Kaniya terhadap benda tumpul kebanggaannya di bawah sana.
Kening Kaniya terlihat mengerut dengan ekspresi wajah tidak nyaman karena telah memasukkan benda asing ke dalam mulutnya untuk pertama kali, sementara bibir kecilnya masih berusaha keras memanjakan benda tumpul Daniel dengan bantuan kedua tangan yang masing-masing tidak bisa menggenggam sepenuhnya sisa batang panjang nan besar milik pria itu, yang tidak bisa ikut masuk ke dalam mulutnya.
Salifa Kaniya terlihat sesekali mengalir membasahi batang panjang Daniel dan membuatnya semakin terasa licin. Daniel sendiri bisa merasakan rasa hangat dari dalam mulut Kaniya yang berhasil memanjakan bagian tubuhnya tersebut. Sesekali dirinya juga merasakan pergerakan dari lidah lembut Kaniya yang terlihat begitu ragu untuk ikut memanjakan dirinya.
“f**k!” umpat Daniel dengan lirih ketika merasakan semua itu. Daniel tidak ingin mengakui bahwa keamatiran Kaniya dalam memanjakan dirinya justru membuat jiwa m***m dan gairah Daniel semakin meningkat dengan begitu pesat. Jika tetap begini, Daniel yakin bahwa tidak akan lama lagi batang panjangnya yang semula layu akan segera berdiri tegak dan menyemburkan lava putih tanpa bisa dicegah lagi.
Daniel tidak ingin menunjukkan pada gadis itu bahwa dirinya menikmati permainan amatirnya. Itu hanya akan menjatuhkan harga diri Daniel yang telah dengan pongahnya berkata bahwa dirinya membenci sentuhan gadis itu. Daniel tidak sudi menunjukkan sisa-sia perasaan melo-nya yang dulu di depan Kaniya.
Di kehidupan ini, Daniel berniat untuk membalas dendam pada gadis itu dengan membuatnya hancur sehancur-hancurnya demi memuaskan perasaan kesalnya di masa lalu. Karena itu, tanpa menunggu lama Daniel bergerak mengulurkan tangan, mencengkeram rambut belakang Kaniya dan menariknya dengan kasar untuk melepaskan benda tumpulnya dari mulut kecil gadis itu.
“Agh!” pekik Kaniya yang terkejut mendapat tarikan kasar pada rambutnya secara tiba-tiba. Kaniya bisa merasakan sakit pada kepalanya atas tarikan kencang itu. Namun hal selanjutnya yang terjadi semakin membuat Kaniya lebih terluka.
Plak! Daniel menampar pipinya dengan begitu kencang hingga membuat Kaniya jatuh ke samping. Entah apa kesalahan yang dilakukannya, Kaniya tidak bisa berpikir dengan jernih karena pipinya terasa begitu perih dan memanas, sedangkan telinganya berdenging kencang dalam indera pendengarannya. Kaniya merasa limbung dan pening seketika.
“Itu sakit. Apa kau tidak bisa melakukan hal yang benar?! Dasar gadis tidak berguna!” umpat Daniel tanpa rasa kasihan. Air mata mulai merebak jatuh membasahi kedua mata dan pipi Kaniya. Bahkan Kaniya sudah berusaha keras menahan rasa mual untuk memuaskan keinginan Daniel, dan ini yang akhirnya didapatkan Kaniya. Tamparan yang menyakitkan tanpa perasaan.
Dada Kaniya terasa begitu sakit atas perlakuan tidak manusiawi dari Daniel barusan. Ini keterlaluan sekali untuk Kaniya. Gadis itu tidak pernah diperlakukan sampai serendah ini, walau berkali-kali dirinya jatuh ke dalam perangkap pria m***m di luar sana. Daniel telah berhasil menginjak-injak harga diri Kaniya bagai keset. Dan yang paling menyedihkannya, Kaniya tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya diam menerima perlakuan jahat pria itu terhadapnya.
Jika Kalio mengetahui semua ini, Kaniya yakin anak itu pasti akan sangat murka dan mencoba untuk membunuh Daniel saat ini juga. Memikirkan Kalio membuat Kaniya merindukan adiknya tersayangnya itu. Kaniya ingin cepat-cepat bertemu dengannya dan berbagi cerita tentang keseharian mereka seperti biasa.
Demi untuk mewujudkan semua itu, tentu ada harga yang harus Kaniya bayar bukan. Salah satunya adalah menahan semua caci maki yang telah Daniel berikan saat ini. Kaniya tidak bisa membuat pria itu marah dan menarik uangnya kembali.