Bab 27

1824 Kata
Kaniya mencoba bertahan. Mengusap air mata yang telah jatuh membasahi kedua pipi dengan kedua tangan yang sudah bergetar hebat karena menahan rasa amarah dan malu serta perasaan lainnya yang telah bercampur aduk dalam dadanya hanya dalam semalam saja. Andai waktu yang dimilikinya memiliki batas lebih panjang dari ini, Kaniya pasti akan lebih memilih untuk keluar dari kamar ini dan menunggu pria lain untuk membelinya. Tua bangka pun tidak masalah, dari pada dirinya harus menahan rasa sakit atas perlakuan Daniel yang sudah jelas membencinya ini. Lalu Kaniya akan terdiam akan pikirannya sendiri. Tidak. Mungkin Kaniya akan tetap berada di tempat ini, menghadapi Daniel dan membuang rasa malu serta harga dirinya demi Kalio. Kaniya tidak akan bisa menunggu lebih lama untuk menyelematkan Kalio. Saat ini Daniel adalah satu-satunya orang yang bisa membantu Kaniya. Berpikir bahwa Kaniya benar-benar jatuh dalam kebencian pada pria itu saat ini, tetap saja kenyataan telah menampar Kaniya kalau dirinya memang membutuhkan uang Daniel sekarang juga. Karena itu, sekali lagi Kaniya tidak bisa melakukan apa-apa selain menjadi anjing yang penurut dan membuang harga dirinya, memohon pada Daniel, demi keselamatan Kalio. Karena itu juga, saat ini Kaniya kembali menegakkan punggung dan kembali duduk memosisikan diri di antara kedua kaki Daniel seperti sebelumnya. Tanpa kata Kaniya mengulurkan tangan kembali hendak meraih benda kebanggaan Daniel yang masih menggantung di tempatnya dan mencoba untuk memuaskannya lagi. Namun sebelum tangan berjari lentik itu sampai mendarat di sana, Daniel dengan cepat menarik pergelangan tangan itu dan meremasnya dengan kuat. Begitu kuat hingga aliran darah dalam nadi Kaniya terhambat dan membuat gadis itu merintih kesakitan. “Apa yang akan kau lakukan itu, p*****r?!” tanya Daniel yang sudah tidak bisa menahan rasa geramnya lagi. Daniel tidak menyangka bahwa gadis itu masih akan melanjutkan kegiatan sialan ini setelah Daniel menamparnya dengan cukup keras tadi. Bahkan pria itu bisa melihat setitik darah telah muncul di sudut bibir Kaniya dengan satu pipinya yang sudah memerah terang, bekas tamparan. Namun seolah tidak kapok juga, Kaniya tetap ingin melanjutkan semua ini. “Akk!” rintih gadis itu ketika Daniel semakin menguatkan cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Kaniya. Saking kuatnya sampai Kaniya pikir otot dari pergelangan tangan itu mulai bergeser. Raut wajah Kaniya menunjukkan betapa sakitnya cengkeraman tangan Daniel pada pergelangan tangannya, akan tetapi pandangan mata Kaniya terlihat jelas betapa kosongnya perasaan gadis itu saat ini. Daniel bisa melihat bahwa gadis itu sudah tidak perduli dengan tubuhnya sendiri, sehingga dia tidak melakukan perlawanan apa pun atas perlakuan kasarnya sekarang. Membuat perasaan asing dalam diri Daniel terpaksa muncul. Mungkin rasa iba, atau mungkin perasaan cintanya terhadap gadis itu di masa lalu membuat Daniel mulai menunjukkan sedikit keraguan untuk menyakiti Kaniya lebih jauh. Daniel segera mengenyahkan semua pikiran itu yang pasti akan membuatnya kembali meragu dalam menghadapi Kaniya. Ini bukan waktunya untuk Daniel bersikap setengah-setengah hanya karena sisa perasaan yang masih membekas di kehidupan masa lalu mereka. Segera Daniel melempar tangan Kaniya ke samping untuk menjauhi area pribadinya. “Pergilah! Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi di sini!” titah Daniel setelahnya. Pria itu beralih merapatkan kembali bathrobe yang sempat tersingkap itu untuk menutup akses Kaniya mendekatinya lagi. Namun bukannya pergi, Kaniya justru mencegah Daniel untuk menutupnya kembali. Gadis itu bahkan juga mencoba untuk membuka kainnya lagi dan berhasil membuat Daniel terkejut akan aksi berani Kaniya. “Apa yang kau lakukan? Hentikan!” tolak Daniel sembari mendorong Kaniya untuk menjauh darinya. Namun sekali lagi gadis itu kembali mendekat dan berusaha meraih batang kebanggaan Daniel tanpa rasa malu, seolah gadis itu memang menginginkannya. Aksi berani Kaniya itu justru membuat Daniel merasa kesal. Kaniya terlihat sudah kehilangan akal. “Kaniya!” bentak Daniel memperingati gadis itu dengan tegas. Sekali lagi pria itu mendorong tubuh Kaniya ke belakang untuk menjauhi dirinya. Daniel ingin menghentikan ini semua. Daniel ingin menyelamatkan perasaannya terlebih dulu yang sempat tersesat dalam rasa cintanya yang lama. Namun hal tidak terduga selanjutnya terjadi dan berhasil membuat Daniya kembali membeku di tempat. Kaniya dengan mudah melepaskan celana dalamnya di depan Daniel. Hal yang tidak pernah Daniel duga akan pernah dilakukan gadis itu sebelumnya. Setelahnya gadis itu kembali mendekati Daniel dan tanpa ragu mendorong tubuh pria itu hingga terbaring di atas ranjang. Daniel yang masih terkejut akan aksi berani Kaniya tersebut akhirnya hanya diam menatap gadis itu. Menebak dengan ragu akan sejauh mana Kaniya berhasil mengejutkan dirinya. Kaniya menaiki tubuh jantan Daniel dengan raut wajah datar tanpa emosi. Gadis itu langsung meraih kembali batang lembut Daniel dan langsung mengarahkan pada lubang miliknya untuk menyatukan mereka berdua. Daniel melihat semua itu. Daniel bisa melihat Kaniya nampak kesusahan dalam menyatukan area pribadi mereka berdua, menunjukkan betapa amatirnya gadis itu dalam hal ini. Raut wajah Kaniya sesekali akan mengernyit kesakitan karena gadis itu memaksa untuk membuka jalan dengan cara yang salah. Daniel menghela napas lelah, merasa yakin bahwa gadis itu tidak akan bisa mendapatkan apa yang dia mau. Meski begitu, tetap saja Kaniya telah berhasil membuat jantung Daniel berdetak tidak keruan karena begitu terkejut dengan aksi beraninya. Setelah menguasai dirinya kembali Daniel mulai mengangkat setengah tubuhnya dan hendak meraih tubuh kecil Kaniya untuk menyingkirkan tubuh itu dari atas tubuhnya. “Hahh ... sudah cukup, hentikan. Kau tidak akan bisa—“ Baru juga Daniel berhasil meraih area pinggang Kaniya, detik kemudian Daniel kembali dikejutkan dengan aksi nekat Kaniya. Gadis itu bergerak mendorong tubuh bawahnya dengan satu hentakan kuat hingga berhasil membuat penyatuan secara paksa di antara keduanya. Seketika kedua mata Daniel membelalak begitu lebar karena rasa terkejut bercampur dengan nyeri yang cukup kuat pada batang kebanggaannya. “Agh ... f**k!” geram Daniel sembari menahan rasa sakit pada bagian pribadinya. Tanpa sadar pria itu mencengkeram dengan kuat pinggang Kaniya yang telah berada dalam genggaman tangannya. Daniel merasa gila. Dalam hati dirinya juga tidak henti mengumpati Kaniya dengan menyebutnya sebagai gadis gila. “Kau—hahh hahh ... apa yang kau lakukan?! Apa kau gila hah?! Dasar gadis bodoh!” umpat Daniel pada akhirnya yang sudah tidak bisa menahan pikirannya lagi karena kegilaan Kaniya. “Ini sakit sekali! Kau memaksa memasukkan hal itu tanpa pelumas apa pun di sana, apa kau ingin mati hah?!” bentak Daniel sembari menahan rasa nyeri pada bagian pribadinya. Ini gila! Daniel merasa kehilangan akal dalam sekejab karena aksi nekad Kaniya. Bagaimana bisa gadis itu memasukkan semuanya dalam sekali hentakan tanpa adanya pelicin di sana? Setidaknya buat dirimu basah terlebih dulu untuk memudahkan jalan. Jika begini Kaniya hanya akan membuat mereka berdua tersiksa saja. Daniel merasa yakin bahwa selain dirinya, Kaniya pasti akan lebih terluka di bawah sana. Tidak mungkin gadis itu akan baik-baik saja, karena ini adalah pertama kalinya Kaniya. Daniel berinisiatif segera memeriksa kondisi penyatuan mereka berdua. Pria itu meraih tubuh kaniya dan mengangkat gadis itu, hendak melepaskan penyatuan mereka berdua. Namun sekali lagi Kaniya mencegah aksi pria itu dengan meletakkan kedua tangan di kedua bahu Daniel untuk menahannya. Barulah Daniel mengangkat wajah untuk melihat raut wajah Kaniya, dan menyadari betapa pucatnya gadis itu saat ini dengan air mata yang sudah merembes keluar tiada henti. Bibir kecilnya mengigit dengan kuat bibir bawahnya untuk menahan diri dari suara isakannya. Gadis itu menangis kesakitan dalam diam, dan membuat Daniel terpaku di tempat. Bukan hanya itu, tubuh Kaniya juga tidak henti gemetar hebat dengan posisi tubuh yang condong ke arah Daniel seolah gadis itu sulit untuk menegakkan dirinya lagi. Daniel tahu bahwa Kaniya butuh penopang untuk menahan punggungnya agar tetap menegak. Sekali lagi, Daniel sudah menduga bahwa Kaniya pasti yang paling terluka dalam penyatuan mereka berdua. Karena itu, secara alami Kaniya mencari sandaran. Dari wajah pucat Kaniya, pandangan mata Daniel kembali beralih ke bawah untuk melihat kondisi di sana. Darah segar merembes keluar dari sela-sela-penyatuan mereka. Entah itu merupakan darah perawan Kaniya atau darah dari luka gesekan pada dinding dalam penyatuan mereka berdua. Daniel harus melakukan tindakan pertama untuk gadis itu. Dirinya perlu melepas penyatuan mereka terlebih dulu sehingga Kaniya bisa bernapas dengan lega. “Tidak! Saya mohon, jangan lakukan itu hiks,” seru Kaniya yang akhirnya tidak bisa menahan isak tangisnya lebih lama lagi. Gadis itu sekali lagi menahan Daniel yang akan melepaskan penyatuan mereka berdua. “Apa kau bodoh hah?! Kau justru menyakiti dirimu sendiri jika seperti ini! Kita harus mengobatinya!” balas Daniel dengan rasa frustasi menghadapi Kaniya yang masih saja keras kepala seperti ini. Ukuran miliknya berada di atas rata-rata, jelas Daniel tahu bahwa Kaniya sedang tidak baik-baik saja. Mereka tidak melakukan pemanasan sebelumnya, sementara Daniel tahu bahwa gadis itu masih seorang Gadis dan miliknya begitu sempit untuk Daniel masuki sekarang, hingga membuat Daniel sendiri terjepit dengan kuat. Kaniya belum siap untuk dimasuki dengan cara kasar seperti ini. Ini hanya akan menyiksa mereka berdua jika Daniel tidak melepaskan penyatuannya. Sayangnya Kaniya tetap bersikukuh dengan keputusannya, dengan menggelengkan kepalanya yang telah bersandar pada bahu kokoh Daniel. “Hiks, Saya—saya tidak perduli. Anda bisa melanjutkannya, Tuan. Anda bisa menghancurkan tubuh Saya sekarang juga. Lakukan sesuka Anda, Saya akan menerimanya. Ijinkan Saya memuaskan Anda malam ini,” ujar Kaniya dengan mengalungkan kedua tangan kurusnya di sekitar leher Daniel. Gadis itu sengaja mengeratkan tubuh mereka berdua agar Daniel tidak mendorongnya pergi. Daniel sendiri sudah tidak bisa berkata-kata lagi akan tindakan putus asa Kaniya. Pria itu menghela napas untuk ke sekian kali sembari mendongakkan wajah ke atas. Merasa lelah dan memikirkan apa saja yang telah terjadi di antara mereka sampai sejauh ini. Daniel sengaja mendiamkan tubuh mereka berdua untuk membuat Kaniya merasa lebih nyaman, karena gadis itu menolak untuk dilepaskan. Dalam keterdiamannya, Daniel bisa merasakan denyut hebat di antara penyatuan mereka berdua yang membuat Daniel mulai merasa kehilangan kendali diri, sementara dalam genggaman kedua tangannya, Daniel bisa merasakan tubuh Kaniya yang masih bergetar hebat memeluk dirinya dengan begitu erat, seolah gadis itu juga tengah melampiaskan rasa sakit pada tubuhnya dengan pelukan tersebut. Andai Daniel tidak tersesat dalam perasaannya sendiri, pasti pria itu tidak akan memedulikan Kaniya lagi dan mengambil kesempatan untuk menikmati tubuh indah Kaniya saat ini. Daniel merasa frustasi sementara batang yang kini mengeras di bawah sana kini seolah berteriak ingin dimanjakan lebih jauh dalam lubang kenikmatan milik Kaniya. Daniel bisa gila. “Hahh ... kau benar-benar menginginkan uangku sampai sejauh ini rupanya,” sarkas Daniel di antara keterdiaman mereka berdua. “Ya. Saya membutuhkan uang itu, Tuan. Karena itu, saya harus melakukan ini,” jawab Kaniya dengan penuh keyakinan. Isak tangis itu terlihat mulai menghilang walau Daniel masih bisa merasakan bahwa Kaniya masih menahan air mata serta sakit yang mendera tubuh bagian bawahnya. “Untuk apa kau membutuhkan uang sebanyak itu?” Terjadi jeda sejenak di antara mereka, sebelum akhirnya Kaniya menjawabnya. “Itu bukan urusan Anda.” Daniel tersenyum remeh mendengar jawaban Kaniya. Bahkan sampai sejauh ini pun gadis itu masih meninggikan harga dirinya. Kaniya menolak untuk mengatakan alasan pada Daniel seolah gadis itu secara terang-terangan ingin melarang Daniel untuk memasuki kehidupannya. Diam-diam darah Daniel kembali terasa mendidih. Kaniya tidak pernah tahu bahwa tanpa dia mengatakannya pada Daniel pun, pria itu sudah mengetahui alasan di balik semua ini. Karena Daniel-lah yang telah merencanakan semua ini. Diam-diam Daniel tersenyum licik mengasihani kebodohan Kaniya yang telah masuk dalam perangkapnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN