Bab 25

1054 Kata
Kedua mata biru itu memicing tajam menatap Kaniya yang membeku di depannya. Senyum miring Daniel masih tercetak jelas di wajah tampannya seolah pria itu sengaja menunjukkan bahwa dia tengah sengaja mempermainkan Kaniya. Betapa puasnya Daniel ketika melihat bahwa Kaniya baru saja hampir jatuh dalam pesonanya. Lihat bagaimana malunya gadis itu sekarang membuat Daniel mendengus kecil. Sementara Kaniya sendiri mulai menguasai tubuh dan pikirannya kembali. Gadis itu cukup menyesali diri karena dirinya hampir kehilangan kendali akan daya pikat Daniel. Setelah Kaniya melihat bagaimana ekspresi wajah Daniel yang terlihat puas setelah merendahkannya itu, akhirnya Kaniya bisa meyakinkan diri kembali. Jangan pernah terpancing oleh pria itu lagi. Jangan pernah, Kaniya. Karena bagaimana pun juga kau hanyalah sebuah gadis rendah di mata Daniel. Kalimat itu kini melekat dalam pikiran Kaniya. Satu-satunya hal yang perlu diingatnya adalah Kalio. Dirinya datang ke tempat ini hanya karena ingin menyelamatkan Kalio. Tidak perduli betapa rendahnya dirimu di mata Daniel, pedulikan saja keselamatan Kalio! Tekad Kaniya semakin kuat setelah gadis itu membekukan hatinya yang sempat membara karena ulah Daniel. Kini tidak ada lagi kedua pipi yang merona merah karena terbakar gairah. Kaniya telah memantapkan hati untuk bersikap profesional di depan Daniel, dan meyakinkan diri bahwa semua ini hanyalah sebuah bisnis. Melihat bagaimana dinginnya perubahan raut wajah pada Kaniya saat ini membuat senyum sinis Daniel perlahan meluntur. “Pergilah. Katakan pada Madam untuk mencarikanku gadis yang lain,” titah Daniel kemudian dengan raut wajah dinginnya. Pria itu membalikkan diri seolah tidak mempedulikan Kaniya lagi. Memang benar. Daniel sudah tidak membutuhkan gadis itu lagi. Namun Kaniya tidak bergerak selangkah pun dari tempatnya berdiri. Gadis itu masih menolak untuk mundur karena Ini adalah satu-satunya kesempatan yang kaniya miliki. “Tidak. Saya tidak bisa pergi, Tuan Daniel. Saya yang akan melayani Anda malam ini.” “Hah, apa kau tuli?” Daniel merasa lelah dengan sifat keras kepala Kaniya hingga membuatnya menghela napas panjang. “Aku tidak suka kau menyentuhku. Harus berapa kali aku bilang?” “Maafkan saya jika saya memang memiliki kesalahan pada Anda Tuan Daniel. Tapi tolong hanya sekali ini, ijinkan saya yang menemani anda. Saya akan melakukan apa pun yang anda katakan, Tuan!” Benar. Apa pun yang akan pria itu pikirkan tentangnya tidak akan berubah bahwa Daniel selalu memandang rendah padanya. Karena itu, Kaniya tidak perduli lagi akan pendapat Daniel terhadapnya. Lagi pula setelah ini Kaniya yakin bahwa dirinya tidak akan bertemu dengan pria itu lagi. Kaniya menatap punggung Daniel yang masih terlihat tidak berniat membalikkan diri. Pria itu berdiri di sana dan menyisir rambut pendeknya ke belakang. Setelahnya Daniel mendongak ke atas. “Hahhh!” Terdengar helaan napas panjang sekali lagi dari pria itu menunjukkan betapa frustasinya Daniel dalam menghadapi Kaniya yang keras kepala ini. “Gadis batu!” geram Daniel sembari mendecakkan lidah dengan kesal. “Baiklah. Kita lihat bagaimana kemampuanmu,” ucap Daniel kemudian dengan menoleh ke arah Kaniya menggunakan sisi wajah. Mendengar Daniel terlihat mengubah pikirannya, seketika membuat Kaniya diam-diam menghela napas lega. Kaniya melihat Daniel beralih mendudukkan diri di tepi ranjang dan menatap Kaniya dengan pandangan tajam. “Kemari kau,” titah Daniel tanpa bantahan. Kaniya dengan patuh mendekat dan berdiri di depan Daniel. Akhirnya, hari di mana dirinya akan melepas keperawanan akan tiba juga. Kaniya merasa gugup sekaligus takut, akan tetapi gadis itu mencoba untuk tetap terlihat kuat di depan Daniel. “Puaskan Ini.” Satu perintah yang lebih mirip seperti sebuah tantangan itu, seketika membuat Kaniya membeku di tempat ketika Daniel dengan santainya menepuk pelan apa yang tersembunyi di antara kedua kakinya untuk Kaniya. Sepolos-polosnya Kaniya, Gadis yang sudah menginjak usia dewasa itu jelas tahu apa yang Daniel inginkan. Kedua tangan Kaniya mulai berkeringat dingin dengan sesekali akan mengepal kuat karena perasaan gugupnya. Kaniya jelas tidak pernah melakukan itu sebelumnya, tapi dirinya tidak bisa menolak. Dengan perlahan, serta diliputi kegelisahan, Kaniya mulai menekuk kedua lututnya di depan kaki Daniel yang terbuka lebar, seolah pria itu sengaja memberikan ruang untuk Kaniya masuk di sela kedua kakinya untuk memudahkan gadis itu memulai aksinya. Gundukan yang terlihat menonjol di balik bathrobe putih itu membuat Kaniya merasa takut sekaligus ragu. Kaniya melirik ke atas di mana mata Daniel terlihat memerhatikan tiap aksi kecil darinya. “Jangan sampai kau menyakitinya , atau aku tidak akan segan menamparmu!” ancam Daniel tidak main-main. Kaniya meneguk air ludahnya dengan susah payah. Setelah itu pandangan matanya kembali fokus pada gundukan di balik kain putih itu. Dengan kedua tangan yang gemetar, Kaniya mulai menarik secara perlahan tali ikat yang menahan bathrobe tersebut. Lalu gadis itu langsung terpaku setelah melihat apa yang ada di balik isinya. Kaniya takjub dengan ukuran pria itu. Kedua pipinya seketika merona merah, Kaniya merasa wajahnya sudah memanas. Dirinya ingin menyerah saat ini juga. Kaniya merasa tidak sanggup untuk melakukannya. “Kenapa? Kau takut?” tanya Daniel ketika melihat Kaniya hanya terdiam menatap bagian tubuh kebanggaannya. Daniel sekali lagi mendengus kecil menertawakan Kaniya yang sudah terlihat ingin menangis di antara kedua kakinya. Hanya sekedar melihat saja gadis itu sudah gemetar hebat, bagaimana jika dirinya menghantamkan kebanggaannya itu pada dinding kenikmatan Kaniya nanti. Gadis itu bisa kehilangan akal pastinya. Pertanyaan Daniel yang terlihat menyindirnya itu ternyata berhasil menyadarkan Kaniya kembali. Kaniya kembali menatap Daniel yang tengah menunduk, menatapnya dengan pandangan remeh. Benar. Kaniya tidak bisa mundur. Demi Kalio! Demi Kalio! Berkali-kali Kaniya mengingatkan diri bahwa semua ini demi Kalio. Setelah meneguk air ludah sekali lagi, akhirnya Kaniya mulai mengulurkan tangan untuk menyentuh kebanggaan Daniel, dengan hati-hati. Tidak bisa dibayangkan betapa cepat nan kerasnya jantung Kaniya berdetak saat ini. Gadis itu mulai memajukan bibirnya pada ujung bagian yang tumpul itu, dan Daniel bisa melihat dengan jelas tiap pergerakan kecil dari Kaniya lewat pandangan matanya dari atas. Bibir kecil gadis itu terlihat mengerut menunjukkan bahwa Kaniya baru saja menggigit bibir dalamnya sendiri untuk melampiaskan kegelisahannya, sebelum gadis itu secara perlahan mulai membuka bibir itu dengan lebar, hendak memasukkan benda kebanggaan Daniel tersebut dalam mulutnya. “Cih, sial!” geram Daniel dengan begitu lirih ketika melihat dari pandangan atas, bagaimana proses seksi dengan penuh keamatiran itu berjalan dan berhasil membuat dirinya merasa tidak sabar. Alam pikiran Daniel menyuruhnya untuk menarik rambut belakang Kaniya dan menariknya maju ke depan dengan kasar sehingga membuat bagian tubuh kebanggaannya itu bisa masuk begitu dalam hingga menabrak dinding leher gadis itu. Membuat Kaniya kehilangan napas demi untuk memuaskan dirinya. Astaga, Daniel menyadari bahwa pikiran gilanya mulai mengambil alih alam pikirannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN