“Kau tahu, tidakkah ini merupakan kerugian besar untukku? Apa kau pikir kau pantas mendapat harga sebanyak itu?” tanya Daniel dengan tenang. Daniel bisa merasakan tubuh Kaniya yang menegang dalam pelukan tubuh mereka, menyadari bahwa Kaniya merasa takut akan penolakannya kembali. Daniel semakin memanfaatkan keadaan itu untuk mengikat Kaniya.
“Lihat aku. Kau sadar kau telah memaksaku? Tindakanmu ini sama dengan tindakan Pemerkosaan. Kau, telah, memerkosa, aku, Nona Kaniya.” Daniel sengaja menekan tiap katanya untuk memperjelas ucapannya. “Apa kau pikir aku akan mau membayarmu jika kau melakukan ini padaku?”
“Saya—saya akan melakukan apa saja untukmu, Tuan Daniel,” jawab Kaniya dengan gugup.
“Apa saja yang bisa kau lakukan untukku?” tantang Daniel menanyakan kepantasan Kaniya dengan sengaja. Kaniya berpikir lebih dalam atas pertanyaan itu. Setelahnya gadis itu secara perlahan merenggangkan rangkulan tangannya di sekitar leher Daniel hanya untuk melihat wajah pria itu. Tentu saja Daniel langsung memasang wajah datar, bersikap tidak tertarik dengan penawaran yang telah Kaniya berikan saat ini.
Tanpa gadis itu sadari bahwa Daniel tengah setengah mati menahan hasrat liarnya untuk membanting tubuh Kaniya ke ranjang untuk melanjutkan permainan mereka, dan menahan dengan kuat desahan kecil yang hendak keluar dari mulutnya karena gesekan ringan berefek besar bagi Daniel di bawah sana hanya karena pergerakan kecil dari Kaniya itu. Kini kedua mata mereka saling bertemu.
Daniel bisa melihat pandangan gelisah dan meragu dari Kaniya yang berada jelas tepat di depan wajahnya, sembari mengagumi kecantikan gadis itu. Wajah Kaniya terlihat merona merah menahan malu serta sakit yang mendera tubuh bawahnya. Di bagian satu pipi chubbynya, Daniel bisa melihat rona merah yang lebih terang dibanding bagian lain karena tamparan yang telah dilakukannya tadi.
Melihat bagaimana merahnya bekas tamparan itu membuat Daniel tertegun. Ada rasa iba dalam diri Daniel melihat gadis itu menderita, akan tetapi di sisi lain Daniel merasa bahwa tamparan itu pantas didapatkan Kaniya.
“Apa pun. Saya akan melakukan apa saja untuk mendapatkan uang itu sekarang, Tuan Daniel,” jawab Kaniya dengan mantap. Seolah gadis itu telah benar-benar memutuskan untuk memberikan seluruh hidupnya untuk Daniel demi mendapatkan uang itu. Membuat Daniel tersenyum tipis mendengarnya. Jelas Kaniya akan mau melakukan apa pun demi mendapatkan uang itu karena dia tidak memiliki pilihan lagi saat ini. Hari sudah semakin pagi, dan waktu Kaniya terbatas untuk menyelamatkan Kalio. Tentu saja tidak ada waktu untuk Kaniya merasa ragu.
“Baiklah. Aku akan pikirkan nanti sebagai ganti sisa uangku. Pegang kata-katamu. Jangan pernah mencoba hal yang lucu karena kau pasti tahu apa yang akan aku lakukan padamu jika kau menipuku!” tegas Daniel sembari menatap Kaniya dengan tajam. Gadis itu menganggukkan kepala dengan mantap menjawab Daniel, membuat pria itu merasa puas.
“Kalau begitu, mulai bergeraklah,” titah Daniel kemudian dengan lebih santai.
“Huh?” Kaniya seketika bingung dengan maksud dari apa yang diucapkan pria itu.
“Tunggu apa lagi? Kau sudah terlanjur memerkosaku. Sekarang kau harus bertanggung jawab sampai akhir. Puaskan aku!” Kaniya langsung gugup mendengarnya. Dirinya baru menyadari aksi gilanya tersebut ternyata sangat memalukan. Kaniya merasa bingung harus melakukan apa, sementara Daniel terlihat sudah tidak sabar menunggu pergerakannya.
Akhirnya Kaniya dengan pasrah mulai bergerak sedikit mengangkat pantatnya lalu menurunkannya kembali dan merasakan gesekan di antara mereka. Seketika Kaniya melenguh kecil merasakan efek yang ditimbulkannya. Kaniya merasa sangat penuh di bawah sana hingga membuatnya merasa sesak. Terlebih lagi ada perasaan asing dalam dirinya yang membuat Kaniya merasa semakin gelisah.
Kaniya merasa sulit untuk bergerak serta lemas tanpa tenaga, sementara Daniel tetap memerhatikan dirinya dengan lekat. Membuat Kaniya merasa sangat malu di hadapannya. Meski begitu Kaniya tetap melanjutkan aksinya untuk memuaskan Daniel agar pria itu tidak kembali kecewa dan menarik diri darinya. Sisa malam itu, akhirnya menjadi malam yang cukup panas untuk keduanya hingga beberapa jam kemudian.
Kaniya mengernyitkan wajah ketika gadis itu merasakan rasa perih serta linu pada area intimnya. Sesekali gadis itu akan menyentuh bagian perut yang terasa tegang karena pergerakan yang tengah dilakukannya. Akan tetapi gadis itu tetap melanjutkan langkah kakinya. Tubuhnya terasa remuk setelah melewati malam panas dengan Daniel beberapa jam yang lalu, tapi Kaniya tetap memaksakan diri untuk datang ke rumah sakit segera untuk melanjutkan administrasi Kalio.
Dengan uang yang telah didapatkannya, Kaniya berharap Dokter bisa segera melakukan pengobatan untuk menyelamatkan hidup Kalio sekarang juga. Sementara Daniel, pria itu sudah meninggalkan Kaniya tepat setelah acara panas itu berakhir. Walau Daniel selalu mengeluh tentang betapa tidak puasnya pria itu terhadap service Kaniya, akan tetapi Daniel tetap melanjutkan kegiatan mereka bahkan hingga beberapa kali mencapai kepuasan.
Kaniya harus menahan rasa sakit dan sikap brutal serta ucapan kasar Daniel terhadapnya sepanjang aktivitas itu. Membiarkan pria itu berlaku sesuka hati atas tubuhnya hingga aktivitas berakhir dengan melelahkan untuk Kaniya. Tanpa kata lagi Daniel langsung meninggalkan Kaniya setelahnya dan masuk ke dalam Kamar mandi untuk membersihkan diri. Membiarkan gadis itu terbaring lemas dengan napas tersengal di atas ranjang. Tidak lama kemudian pria itu keluar dengan penampilan rapi.
“Aku sudah kirimkan uangnya. Tunggu saja kabar dariku untuk selanjutnya, Nona Kaniya,” ucap Daniel dengan singkat sebelum pria itu pergi meninggalkan kamar tersebut. Tidak mau repot menunggu jawaban dari gadis itu. Mendengar hal itu, Kaniya juga langsung mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk meraih ponsel. Kaniya ingin memeriksa sendiri kebenaran dari ucapan pria itu.
Melihat bagaimana isi rekeningnya benar-benar menunjukkan nominal yang dibutuhkan, seketika membuat Kaniya bernapas dengan lega. Rasa lelah yang sedari tadi dirasakannya seolah mendadak sirna sepenuhnya. Gadis itu buru-buru pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri secara kilat, tidak memerdulikan betapa remuk tubuhnya terasa saat ini. Setelah bersiap, Kaniya langsung pergi menuju rumah sakit. Kini gadis itu berada, tengah mengurus proses pengobatan Kalio.
“Prosesnya telah selesai dilakukan. Dokter akan segera melakukan operasinya,” ucap staf tersebut. Kaniya langsung bernapas dengan lega mendengarnya. Gadis itu mengambil istirahat sejenak dengan duduk di kursi sekitar untuk melemaskan otot-ototnya yang sakit di beberapa tempat. Setelah aktifitas panas mereka, Kaniya harus lari ke sana dan kemari untuk mengurusi kebutuhan Kalio. Tentu saja gadis itu akan kehilangan napas tanpa bisa dicegah.
Kini Kalio berada dalam ruang operasi dengan beberapa petugas di sana. Kaniya hanya bisa berdoa untuk kelancaran operasi tersebut. Semoga Kalio baik-baik saja, hanya itu yang ada dalam benak Kaniya. Waktu berjalan terasa begitu lambat untuk Kaniya ketika dirinya harus menunggu jalannya operasi seorang diri. Tubuhnya terasa lelah. Nyeri dan linu masih mendera tiap bagian tubuhnya, terutama bagian area intimnya.
Kaniya merasa lapar. Dirinya baru ingat bahwa sejak kemaren Kaniya telah melewati waktu makan karena terlalu sibuk memikirkan Kalio. Namun saking laparnya, Kaniya merasa tidak punya tenaga serta nafsu untuk mencari makan. Kaniya hanya merasa ingin pergi ke toilet. Perutnya masih terasa kram sekaligus kebas. Sesekali gadis itu akan mendesis lirih karena nyeri yang dirasanya.
Kaniya menatap ke arah samping dan tanpa sengaja bertemu pandang dengan orang yang duduk tidak jauh darinya. Orang tersebut nampak memerhatikan Kaniya dengan begitu intens, membuat Kaniya merasa risih. Sejujurnya sudah sedari tadi Kaniya merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitar. Mungkin karena pakaian yang dikenakannya saat ini terlalu minim, meski Kaniya sudah menutupinya dengan lapisan jaket.
Kaniya terlalu buru-buru untuk mencari baju ganti yang lebih normal karena dirinya tidak ingin melewatkan waktu sedikit pun untuk datang ke tempat Kalio, sehingga dia hanya memakai baju kurang bahan yang dipakainya tadi dengan memakai lapisan jaket untuk menutupi bagian punggung yang terbuka lebar. Namun sepertinya lapisan jaket itu tidak berhasil membuat Kaniya lepas dari pandangan intens orang-orang di sekitarnya.
Merasa tidak bisa menahan lagi, akhirnya Kaniya lebih memilih pergi dari sana. Kaniya memilih pergi menuju toilet untuk menghindari keramaian di luar sana. Gadis itu langsung mendatangi wastafel dan mencuci tangannya. Menghela napas lelah dengan raut wajah lesu yang tidak bisa menutupi kelelahan gadis itu, walau tetap saja Kaniya akan terlihat cantik dengan wajah kusut tersebut.
Mengingat kembali apa yang terjadi antara dirinya dengan Daniel, membuat Kaniya akhirnya mulai menyadari hal gila apa yang telah dilakukannya. Adegan tiap adegan malam itu mulai membayangi pikiran Kaniya kembali, dan membuat gadis itu seketika menyesali semua itu.
“Astaga, apa yang telah kulakukan? Aku telah membuat perjanjian dengan seorang Iblis,” keluh Kaniya dengan mengusap wajah menggunakan kedua tangan, nampak begitu frustasi. Walau dirinya tahu bahwa semua itu dirinya lakukan demi Kalio, tetap saja perasaan penuh penyesalan itu berhasil membayangi dirinya.
Kenyataan bahwa dirinya telah mempermalukan diri dengan menjual tubuh pada pria iblis itu tidak bisa dihilangkan. Kaniya merasa telah melakukan dosa besar. Dan tidak bisa dibayangkan betapa marah dan kecewanya Kalio nanti jika anak itu mengetahui semua ini. Karena itu, Kaniya bertekad untuk menutup rapat kejadian hari ini dari orang lain, khususnya dari Kalio.
“Hahhh ...” Kaniya menghela napas lelah untuk ke sekian kali. Gadis itu mengangkat wajah untuk melihat pantulan kacanya sendiri. Namun detik selanjutnya mata Kaniya menyipit tajam karena melihat sesuatu yang tidak biasa.
“Bekas apa itu?” gumam Kaniya yang langsung mendekatkan wajah pada kaca hanya untuk melihat dengan jelas bagaimana sesuatu berwarna merah berada di beberapa tempat dalam tubuhnya. Kissmark. Ya, Kaniya semakin yakin bahwa semua tanda merah mendekati ungu tersebut merupakan kissmark yang ditinggalkan Daniel. Seketika Kaniya menatap semua tanda itu dengan raut wajah terperangah tidak percaya.
“Astaga, apa pria itu gila?! Pantas saja banyak orang yang melihatku seperti itu!” pekik Kaniya dengan kesal. Dengan potongan leher yang rendah pada bajunya, jelas tanda itu akan mudah terlihat oleh orang-orang di sekitar walau Kaniya sudah memakai lapisan jaket.
Gadis itu mencoba menghilangkan yang menempel pada area lehernya dengan menggosokkan tangan di sana. Namun bukannya menghilang, tanda itu semakin memerah dengan area di sekitarnya karena iritasi dengan gosokan kuat tangan Kaniya. Membuat gadis itu semakin frustasi melihatnya.
“Bahkan bekas gigitannya juga terlihat jelas. Pria iblis itu ... dasar b******k!” umpat Kaniya yang kini merasa putus asa.