Setelah percakapan itu, hidup Kaniya dan Kalio kembali seperti semula di mana Kaniya sibuk mencari pekerjaan dan Kalio yang sekolah seperti biasa. Namun kali ini ada sedikit perbedaan di mana Kalio mulai mengambil pekerjaan kecil sebagai seorang Tutor.
“Jangan terlalu memaksa diri, Kak. Sebenarnya aku juga telah mengambil pekerjaan sebagai seorang Tutor beberapa hari ini,” ucap Kalio ketika mereka tengah bersantai bersama. Seketika Kaniya langsung menoleh ke arah pria itu dengan raut wajah terkejut.
“Tutor? Bagaimana dengan pelajaranmu? Kau sudah di tingkat akhir, Lio. Dan seharusnya kau fokus untuk ujian kelulusan nanti,” tegur Kaniya. Kalio melempar senyum kecil. Pria itu membenarkan posisi duduknya dan menghadap Kaniya yang tengah duduk di sebelahnya.
“Tidak ada masalah dengan pelajaranku, Kak. Semua baik-baik saja karena kau tahu bahwa aku adalah anak yang pintar. Jangan khawatir, Kak. Hanya dengan menjadi Tutor tidak akan mengganggu belajarku, dan itu juga bisa membantu keuangan kita. Kau bisa beristirahat sejenak,” tutur Kalio dengan lembut. Kaniya tertegun mendengarnya.
Gadis itu merasa bersalah karena harus membuat Kalio bekerja lebih keras di musim sibuknya sebagai seorang pelajar. Tentu saja Kalio yang menyadari pikiran gelap Kaniya saat ini tidak tinggal diam. Pria itu mengangkat tangan dan mengusap puncak kepala Kaniya dengan gemas, membuat gadis itu terkejut.
“Jangan berpikir terlalu dalam. Kita sudah berjanji untuk saling bergantung satu sama lain, ingat?!” tegas Kalio. Akhirnya setelah melihat tatapan yang dibuat semarah mungkin dari Kalio itu, Kanya menjadi tidak bisa menyembunyikan tawa gelinya lagi.
“Baiklah. Aku mengerti, Lio. Aku akan bergantung padamu untuk sekali ini,” balas Kaniya dengan pasrah. “Ingatlah untuk jangan memaksakan dirimu. Karena kau juga harus fokus dengan ujian kelulusanmu nanti.”
“Ya, aku tahu. Jadi bagaimana jika minggu ini kita pergi ke taman bermain?” usul Kalio tiba-tiba dengan kedua mata yang berbinar senang. Kaniya merespon dengan raut wajah bingung beserta kedipan mata polos karena tidak menyangka dengan usulan tiba-tiba tersebut.
“Ha?”
“Kita juga perlu penyegaran bukan? Sudah lama kita tidak bermain bersama, dan aku juga sudah lelah dengan semua buku-buku itu. Kita akan pergi bukan?” ajak Kalio dengan sedikit manja. Ucapan Kalio itu berhasil membuat Kaniya berpikir kembali. Terlalu sibuk dengan urusan dunia hingga dirinya juga lupa bahwa ada hal yang menyenangkan yang bisa mereka lakukan untuk melepas penat walau untuk sesaat. Sepertinya ide Kalio memang cukup bagus.
“Baiklah. Ayo kita pergi untuk bermain,” balas Kaniya dengan senyuman lebar. Memikirkan mereka akan bermain bersama minggu nanti membuat Kaniya merasa lebih semangat dari sebelumnya. Pada akhirnya mereka benar-benar menghabiskan waktu dengan penuh kesenangan di taman bermain.
Pergi ke sana-sini mencoba semua wahan yang ada bersama, dan membeli makan dan minuman yang disuka. Hari itu baik Kaniya dan Kalio sama-sama menikmati waktu liburan mereka dengan penuh canda dan tawa. Tidak menyadari bahwa liburan itu bisa menjadi awal dari munculnya bahaya yang akan datang.
Brakk! Suara gebrakan meja itu seketika membuat beberapa orang di sekitar Kalio terkejut. Semua mata langsung menoleh ke arah asal suara itu. Kalio yang kini tengah duduk di bangku sekolahnya dengan teman-teman sialan yang selalu tidak bosan mengganggunya. Kini mereka tiba-tiba datang menggebrak meja Kalio dengan kasar dan mengelilingi pria itu seolah ingin menginterogasi dirinya.
Kalio merasa lelah dengan kehadiran mereka. Tidak cukup dengan Kalio yang tela membuat wajah mereka babak belur beberapa waktu yang lalu, kini mereka kembali datang dengan gaya sok untuk mengganggunya kembali. Jelas tingkah bully mereka ini bukan hanya sebatas permasalahan tentang seorang gadis saja, melainkan mereka hanya ingin mengganggu Kalio untuk kesenangan mereka saja.
“Hei Lio, kau bersikap introvert di dalam kelas, tapi kulihat kau bisa bersenang-senang juga di luar sana. Siapa gadis itu ha? Apa dia kekasihmu?” tanya salah satu dari mereka memulai aksi menyebalkannya. Pertanyaan itu seketika membuat anak-anak yang ada di sekitar menjadi tertarik dan memasang teling untuk mendengar pembicaraan lebih lanjut.
Siapa yang tidak tertarik dengan kehidupan Pangeran Es sekolah mereka di luar sana? Kalio jarang sekali menunjukkan dirinya yang sebenarnya di depan mereka karena pria itu sangat pendiam dan dingin.
“Bukan urusanmu,” jawab Kalio dengan tetap tenang seperti biasa. Mereka tidak tahu bagaimana gelisahnya Kalio ketika mendapat pertanyaan itu. Teman premannya itu telah melihat dirinya bersama dengan Kaniya ketika bersama. Tidak akan mengherankan jika mereka tertarik dengan kecantikan wajah Kaniya, dan itu akan menjadi sangat mengganggu untuk Kalio. Mereka bisa menjadi ancaman mengingat mereka sangat tidak menyukai Kalio.
“Ei ... tidak mungkin pria seperti dia akan punya kekasih. Dia pria dingin untuk semua wanita,” sahut pria di sebelahnya dengan nada menyindir.
“Benar. Dia juga selalu pulang dengan patuh setelah selesai sekolah. Tidak banyak waktu untuk berkencan,” timpal yang lain.
“Dia cantik sekali. Aku dengar kau memiliki kakak perempuan. Apa itu dia?” Akhirnya kegelisahan Kalio terbukti benar. Anak-anak itu tertarik dengan kecantikan Kaniya dan mereka sengaja menunjukkan ketertarikan secara terang-terangan untuk mengganggu Kalio.
Rahang bawah Kalio diam-diam mulai mengeras seiring mereka mulai membicarakan Kaniya dengan sesuka hati. Seolah Kaniya adalah gadis biasa yang bisa mereka dapatkan dengan mudah seperti gadis lainnya. Di mata Kalio, mereka hanya ingin merendahkan Kaniya di depan matanya saja, dan itu berhasil membuat Kalio merasa sangat terganggu. Jelas Kalio merasa tidak terima.
“Luar biasa. Jika aku memiliki Kakak secantik dia pun, aku juga tidak akan menyia-nyiakan kebersamaan kita berdua hahaha.”
“Kau benar. Dia sangat cantik seperti seorang Dewi. Aku pun juga akan menjadi anak nerd sepertimu yang langsung pulang ke rumah demi bersama dengan kakak yang secantik itu.”
“Hei, kau tidak akan menyimpannya sendiri kan? Perkenalkan pada kami. Gadis yang lebih tua juga lebih menggairahkan bukan?”
Sekali lagi terdengar tawa membahana dengan kencang di antara mereka. Mereka tidak pernah menyadari bahwa ucapan mereka itu bisa berhasil membangunkan gejolak amarah yang selama ini terpendam dalam diri Kalio. Sejauh ini Kalio selalu berusaha menahannya karena dirinya masih mengingat ucapan Kaniya untuk belajar dengan baik.
Namun kali ini nampaknya Kalio sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi setelah mendengar para pria sialan itu mulai merendahkan Kaniya tepat di depan matanya. Apa yang sebenarnya mereka katakan? Mereka berpikir bahwa dirinya memiliki hubungan di luar adik dan kakak begitu? Menjijikkan! Kalio benar-benar tidak bisa mendengar mereka semakin merendahkan Kaniya lebih dari ini.
Karena itu, detik selanjutnya pukulan tangan Kalio langsung meluncur dengan mantap menuju sisi wajah dari salah satu pria yang telah berbicara lancang tentang Kaniya. Begitu keras dan kuat hingga membuat pria itu langsung terlempar ke samping dan membentur beberapa meja di sana.
Terdengar suara pekikan dari teman-teman di sekitar mereka karena begitu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Dan yang lebih penting lagi, ini adalah pertama kali mereka bisa melihat bagaimana mengerikannya wajah dingin Kalio yang tengah menahan amarah.