“Kalio ...”
Kaniya tidak bisa berkata-kata ketika dirinya tiba-tiba harus dihadapkan pada sosok Kalio yang tengah marah kepadanya saat ini. Dirinya tidak menyangka bahwa Kalio akan mengetahui semuanya dengan cara seperti ini. Kenapa dia harus bertemu dengan pria b******k itu?! Batin Kaniya mengumpat keras dalam hati.
Mata Kaniya menoleh ke arah dua punggung tangan Kalio yang terlihat berdarah, bekas perkelahian pria itu tadi. Seketika rasa cemas langsung melanda diri Kaniya. Takut jika Kalio juga mendapat luka di suatu tempat yang lainnya.
“Kalio, yang pertama kita obati dulu luka kamu, ya!” usul Kaniya sembari meraih satu tangan Kalio untuk melihat seberapa parah luka itu. Lalu Kaniya tersentak kaget ketika tangan yang diraihnya itu justru berbalik mencengkeram tangannya dengan kuat.
“Jelaskan padaku, Kak! Apa kau tidak bisa mempercayaiku sedikit pun, huh? Bagaimana bisa kau meninggalkan aku tanpa kata seperti itu? Kau dilecehkan oleh pria sialan itu, dan aku tidak tahu! Adik macam apa aku ini ha?!” seru Kalio dengan perasaan frustasi menyulut semakin besar dalam dadanya.
Raut wajah Kalio nampak terluka karena Kaniya mencoba menyembunyikan ini darinya, sementara mereka berdua telah berjanji untuk saling berbagi dan bergantung satu sama lain dalam tiap masalah yang ada. Kalio benar-benar merasa kecewa akan keputusan Kaniya yang mencoba menyembunyikan hal ini darinya.
“Lalu apa yang harus kulakukan?! Apa aku harus mengatakannya padamu bahwa aku telah dilecehkan, dan kau akan pergi menemui pria itu dan memukulinya seperti ini?! Kalio, kau tidak masuk ke dalam jeruji penjara saja aku sudah sangat bersyukur sungguh!” balas Kaniya dengan tidak kalah kesalnya.
Kalio tidak tahu bagaimana perasaan Kaniya ketika gadis itu mengalami pelecehan tersebut. Dirinya merasa kotor. Dirinya merasa malu dan sangat direndahkan. Masih terbayang-bayang akan rasa gesekan dari tubuh bagian bawah pria itu yang mengeras pada bagian perut Kaniya, dan senyuman m***m serta ucapan nakal dari pria itu yang berhasil membuat Kaniya merinding ingin muntah.
Kaniya harus menahan rasa jijiknya dan dirinya tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya diam menerima. Semua mata telah menyalahkannya dan memandang rendah dirinya tanpa perduli akan kejadian yang sebenarnya. Satu-satunya yang Kaniya inginkan adalah hanya ingin pergi ke suatu tempat yang tiada satu orang pun akan mengenali dirinya, itu pun masih terasa tidak cukup.
Kaniya sungguh merasa trauma. Kaniya ingin marah, mencabik, dan mencakar wajah pria itu yang telah melakukan hal b***t tersebut padanya. Tapi dirinya tidak memiliki apa-apa untuk melawan. Kalio tidak mengerti bahwa Kaniya ingin mengatakan pada dunia untuk meminta bantuan. Kaniya ingin bersandar dan mendapat dukungan, dan satu-satunya orang yang akan berada di sisinya pasti hanyalah Kalio seorang.
Kaniya tahu bahwa Kalio pasti akan menuntut balas pada pria b***t itu. Lalu apa selanjutnya? Pria itu bisa menyeret Kalio ke dalam penjara dan Kaniya hanya akan berakhir hidup seorang diri karena dirinya tidak memiliki apa-apa untuk membantu Kalio keluar dari tempat itu. Masa depan mereka akan hancur dan Kaniya tidak ingin itu terjadi. Sekali lagi, tidak ada yang bisa dilakukannya.
Kaniya hanya ingin Kalio tetap berada di sisinya. Menjadi penenang dan penyemangatnya dalam menjalani hidup ini. Karena itu Kaniya memilih untuk tetap diam agar Kalio tidak melakukan hal yang berbahaya seperti ini. Nyatanya Kaniya telah salah. Kalio tahu dengan sendirinya dan melakukan apa yang telah Kaniya bayangkan. Kaniya hanya merasa bersyukur semua berakhir dengan tidak lebih panjang lagi antara Kalio dan pria itu.
“Kalio, aku tidak bermaksud membuatmu terluka seperti ini. Kau tidak tahu bagaimana sulitnya untukku menahan semua pelecehan ini sejak aku kecil. Tidak ada lagi yang kuinginkan selain aku hanya ingin hidup damai bersamamu. Aku ingin melihatmu tumbuh dewasa dan memiliki kehidupan bahagia seperti yang diinginkan oleh kedua orang tua kita. Aku tidak ingin kau merusak masa depanmu hanya untuk melindungiku. Tolong, mengertilah hal itu.”
Kaniya terlihat begitu rapuh ketika mengatakan hal itu dengan kepala yang menunduk dalam. Kalio bisa merasakan getaran dalam genggaman tangan Kaniya pada tangannya saat ini. Menunjukkan bahwa seberapa sulitnya Kaniya untuk bersikap tegar di depan matanya. Kalio tahu bahwa Kaniya selalu ingin menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja di depan Kalio.
Kaniya selalu ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah kakak yang bisa diandalkan untuk Kalio. Kaniya tidak tahu bahwa semua itu tidak ada gunanya di di depan Kalio. Karena Kalio tahu seberapa rapuh sebenarnya gadis itu selama ini.
Melihat bagaimana putus asanya Kaniya saat ini membuat Kalio berbalik terdiam. Selama ini Kalio selalu memikirkan Kaniya dan ingin menjaga gadis itu dalam perlindungannya. Kalio tidak perduli tentang tubuhnya sendiri selama dirinya bisa menjaga Kaniya selamat dari para pria sialan itu. Namun dirinya tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Kaniya yang hanya ingin tetap bersama dengannya.
Dirinya tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Kaniya ketika dirinya harus pergi mendekam di penjara atas ulahnya yang melindungi gadis itu sendiri. Kaniya juga ingin menjaganya sama seperti dirinya yang ingin menjaga Kaniya. Perasaan mereka adalah sama. Semua karena mereka sama-sama saling mencintai dan ingin menjadi orang yang paling berharga untuk satu sama lain.
Mereka berdua sama-sama ingin menjadi pelindung dan tempat bersandar karena mereka berdua hanya memiliki satu sama lain di dunia ini. Menyadari akan tindakan cerobohnya membuat Kalio merasa bersalah pada Kaniya. Kalio menyadari bahwa dirinya telah membuat Kaniya merasa khawatir kepadanya.
Pria itu beralih meraih tubuh kecil Kaniya untuk masuk ke dalam pelukannya. Didekapnya dengan hangat tubuh kecil itu dan meresapi dengan dalam aroma manis nan lembut yang selalu menguar dari tubuh Kaniya. Dengan melakukan hal itu, Kalio menjadi merasa lebih tenang dari sebelumnya.
“Aku mengerti. Maafkan aku, Kak. Aku terlalu ceroboh untuk bertindak sehingga tidak memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya. Aku berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama. Apa itu cukup?” ujar Kalio dengan lebih peduli dalam sela pelukan di antara mereka.
Kaniya yang tenggelam dalam pelukan tubuh Kalio menjadi tertegun mendengarnya. Kalio terlihat telah mengerti apa yang diinginkan Kaniya sehingga membuat gadis itu akhirnya mulai menunjukkan senyum tipisnya. Kedua tangan Kaniya beralih terulur memeluk tubuh Kalio yang telah menjadi tubuh dari seorang pria dewasa. Dipeluknya tubuh hangat itu dengan tidak kalah erat, sembari menepuk-nepuknya dengan lembut punggung kurus nan kokoh Kalio.
“Uhm, terima kasih karena kau mau mengerti Kalio. Jangan melakukan apa pun yang bisa membuatmu berada dalam bahaya. Kau harus berjanji padaku, ingat?” balas Kaniya dengan lembut.
“Baiklah. Aku mengerti, Kak. Tapi kau juga harus berjanji padaku untuk tidak menyembunyikan apa pun lagi dariku.” Kalio memperingati Kaniya lagi. “Apa pun keadaannya, jangan pernah mencoba menyembunyikan apa pun lagi dariku, Kak. Jangan pernah menahannya sendiri. Kau tahu bahwa aku akan selalu ada di sisimu, kau mengerti kan?” tegas Kalio. Setelah itu Kalio bisa merasakan gesekan pada dadanya karena anggukan kepala dari Kaniya.
“Aku mengerti,” janji Kaniya.