Bab 24

1624 Kata
Kaniya semakin meremas bungkus pelindung yang ada di tangannya dengan kencang, mencoba untuk menahan amarah dan juga perasaan malu yang tengah melanda dirinya karena ucapan Daniel. Pria itu benar-benar ingin menjatuhkan harga dirinya hingga ke dasar, dan Kaniya tidak bisa membalikkan kata-kata pria itu dengan mudah, karena memang itu adalah adanya. Dulu Kaniya bersikap mahal dengan menolak pria itu. Memilih untuk keluar dari perusahaan dibanding harus melayani keinginan pria itu. Namun kini di sinilah Kaniya berada. Memakai baju kurang bahan dan menjual tubuh demi mendapatkan uang, lalu bertemu dengan Daniel yang akan menjadi pria dilayaninya di tempat seperti ini. Tidak perduli apa alasan Kaniya hingga dirinya menjual diri, semua itu tidak mengubah hal bahwa Kaniya adalah gadis murah di mata Daniel. Kaniya hanya bisa menundukkan kepala, menghindari tatapan Daniel yang jelas terlihat begitu merendahkannya saat ini. “To—tolong jangan seperti ini, Tuan,” ucap Kaniya dengan lirih. Kaniya berharap Daniel berhenti merendahkannya lebih jauh, karena nampaknya pria itu menikmati situasi memalukan ini. “Ha? Jangan seperti ini? Seperti apa maksudmu?” Daniel melempar senyum miring mendengar ucapan tersebut dengan pertanyaan bernada sarkas. “Maafkan atas sikap saya di masa lalu. Saya tidak bermaksud untuk melukai perasaan anda. Bisakah anda menutup mata atas identitas saya dan kita bisa melanjutkan apa yang perlu saya lakukan malam ini?” pinta Kaniya dengan sepenuh hati. Terjadi jeda sejenak di antara mereka berdua. Kaniya tidak menyadari bahwa ucapannya barusan justru semakin membuat Daniel merasa geram padanya. Pria itu menatap Kaniya yang tengah menundukkan kepala dengan begitu tajam. “Masa lalu yang mana?” tanya Daniel dengan gumaman lirih. Memaafkan kau bilang? Masa lalu yang mana yang kau maksud? Masa lalu selama kau bekerja di dalam perusahaanku? Atau masa lalu di mana kau telah mempermainkan hatiku? Apa kau pikir akan semudah itu? Batin Daniel sibuk mencela ucapan Kaniya tersebut. “Huh?” Kaniya mendongakkan wajah, menatap Daniel dengan raut wajah polos penuh tanya ketika gadis itu tidak bisa menangkap pertanyaan yang Daniel katakan barusan. Melihat bagaimana polosnya raut wajah Kaniya yang tengah menatapnya saat ini, seolah gadis itu tidak merasa bersalah sama sekali atas bekas luka yang telah ditorehkan gadis itu padanya di masa lalu, berhasil membuat pikiran Daniel mendingin. Akan menjadi percuma jika dirinya saja yang mengingat masa lalu di antara mereka, sementara Kaniya tidak sedikit pun menyadari hal itu. Lebih baik Daniel menyisihkan gelapnya masa lalu mereka dan menghadapi Kaniya yang berada di kehidupan saat ini. “Bukan apa-apa. Salahku,” ucap Daniel kemudian dengan raut wajah penuh penyesalan di depan Kaniya. Pria itu menghela napas panjang sembari menutup separuh wajahnya seolah dia telah begitu frustasi karena melakukan suatu kesalahan besar. Perubahan sikap Daniel seketika membuat Kaniya semakin merasa bingung sekaligus penuh tanya. Pria yang biasanya terlihat begitu sempurna dan penuh d******i, kini telah menunjukkan penyesalan di depan matanya. Ini merupakan suatu hal yang tidak pernah Kaniya duga. “Sepertinya aku telah melakukan kesalahan malam ini. Bagaimana bisa aku salah mengenalimu dengan gadis yang pernah bekerja di perusahaanku? Kalian terlihat begitu jauh berbeda. yang satu begitu menjunjung harga diri, dan yang lain begitu MURAH!” Daniel sengaja menekan kata terakhir untuk menunjukkan status Kaniya saat ini di matanya, dan hal itu berhasil membuat kedua pipi Kaniya semakin memerah menahan malu dan amarah. Gadis itu menggigit bibir dalamnya sebagai pelampiasan atas kata-kata pedas dari pria itu. “Tapi jika pun itu memang benar kau Nona Kaniya, apa lagi yang bisa kulakukan? Aku perlu memanggil Madam sekarang juga.” Seketika kedua mata Kaniya melebar mendengar Daniel akan memanggil Madam. Bahkan pria itu sudah berbalik badan dan mulai melangkah menuju sisi ranjang di mana ada sebuah telepon yang bisa menghubungkannya dengan wanita pemilik tempat tersebut. “Tunggu! Tunggu, tuan Daniel! Untuk apa kau akan memanggil Madam?!” seru Kaniya yang langsung berlari ke arah Daniel dan menahan satu tangan pria itu yang hampir saja menyentuh gagang telepon. Lalu detik kemudian Kaniya tersentak kaget dan sedikit limbung ke samping karena Daniel menepis sentuhan tangan Kaniya dengan begitu kuat dan kasar. Daniel tanpa ragu menunjukkan raut wajah jijiknya pada sentuhan tangan Kaniya itu, hingga membuat gadis itu langsung terdiam membeku seketika ketika melihat tatapan jijik Daniel padanya. “Kau bertanya untuk apa aku memanggil Madam? Tentu saja aku ingin menarik uangku kembali, Nona Kaniya. Tidakkah kau membenci sentuhanku saat dulu?” Daniel kembali mengungkit kejadian di antara mereka lagi. “Itu—itu sebuah kesalahan, Tuan Daniel. Saya—saya tidak membenci sentuhan anda ...” jawab Kaniya dengan gugup. Gadis itu terpaksa membohongi diri demi mendapatkan hati Daniel. Lebih tepatnya, demi mendapatkan uang Daniel. Tidak perduli betapa bencinya gadis itu pada Daniel, tetap saja Kaniya tidak bisa menipu diri bahwa dirinya perlu uang Daniel untuk menyelamatkan Kalio. Itu adalah yang terpenting. Tidak perduli dirinya harus memohon seperti apa, Kaniya membutuhkan uang Daniel malam ini juga. Dirinya tidak mungkin membiarkan Daniel marah dan memanggil Madam saat ini juga. Kaniya tidak tahu lagi akan melakukan apa jika Madam juga mendepaknya keluar karena telah mengecewakan pelanggan mahalnya. Jawaban Kaniya itu berhasil membuat Daniel terkekeh pelan, menyadari bahwa dirinya jauh berada di atas Kaniya. Memang seharusnya seperti ini. Kaniya yang harus memohon kepadanya seperti ini untuk kebaikan Daniel, bukan dirinya yang harus mengemis cinta pada Kaniya seperti di masa lalu. Melihat bagaimana gadis itu terlihat begitu tersiksa dan tidak berdaya seperti ini, semakin membuat Daniel merasa puas. Dirinya perlu lebih melihat Kaniya semakin memohon atas belas kasih Daniel, di kakinya. Menginginkan hal itu, akhirnya Daniel kembali melangkah mendekati Kaniya. Pria itu menarik dagu cantik Kaniya agar gadis itu mendongak ke arahnya, lalu sekali lagi mendekatkan wajah mereka berdua. Begitu dekat hingga masing-masing bisa merasakan hembusan napas keduanya yang saling beradu dengan hangat. Semakin Daniel mendekati gadis itu, semakin dirinya bisa melihat bagaimana tebalnya make up yang Kaniya pakai saat ini. Gadis itu memang terlihat cantik, sangat cantik. Terlebih dengan bibir berwarna merah menggoda seperti ini. Namun sayang, semua kecantikan itu hanya dipakai Kaniya untuk menjual dirinya pada lelaki hidung belang di luar sana. Di mata Daniel, gadis itu justru terlihat benar-benar murah hingga membuat pria itu merasa jijik melihatnya. “Apa kau yakin bahwa itu hanya sebuah kesalahan?” tanya Daniel sembari menatap lekat wajah cantik Kaniya yang berjarak hanya beberapa senti saja dengan miliknya. Terlihat raut wajah gugup Kaniya menyadari betapa dekatnya jarak wajah mereka berdua. Gadis itu mencoba menjauhi pandangan matanya dengan bibir yang sesekali menutup dan membuka saking gugupnya. Daniel juga menyadari bahwa sebenarnya Kaniya tidak nyaman dengan kedekatan tubuh mereka di mana Daniel yang sengaja mulai merapatkan diri kepadanya. Wajah Kaniya semakin memerah menahan malu, dan terasa panas merasakan gesekan kecil pada bagian perutnya. Terlebih ketika Daniel sengaja menekan tubuh Kaniya hingga gadis itu tertahan meja di belakangnya. Kaniya semakin tidak bisa lari dari kungkungan tubuh besar Daniel yang merapat kepadanya. Kaniya merasa gelisah. “Y—ya. Itu hanya sebuah kesalahan, Tuan Daniel,” jawab Kaniya. Jantungnya terasa berdetak dengan kencang, terlebih ketika tubuh atas Daniel semakin condong ke arahnya. Membuat Kaniya semakin terhimpit pada ruang terbatas di belakangnya. “Jadi, apa kau sebenarnya suka dengan sentuhanku, Nona Kaniya?” tanya Daniel sekali lagi. Suara pria itu semakin terdengar begitu berat dengan hembusan napas yang terasa panas menerpa wajah cantik Kaniya. Membuat sesuatu dalam diri Kaniya mau tidak mau menjadi berdesir tidak keruan. Jika boleh jujur, pesona Daniel benar-benar bukan main-main. Kenyataannya Kaniya juga merupakan seorang perempuan normal yang bukan tidak mungkin jika dirinya akan jatuh pada pesona pria tampan dan nampak begitu liar seperti Daniel. Kenyataannya Kaniya sendiri sudah mulai terperangkap akan daya tarik Daniel yang begitu menyesatkan banyak wanita di luar sana. Kaniya berusaha keras menahan desahan kecil dari bibir basahnya ketika tangan besar nan kekar milik Daniel mulai meraba area pinggangnya dengan penuh d******i lalu memberikan remasan kecil yang hampir membuat Kaniya terpekik kaget, sementara kedua mata mereka masih saling berbagi pandang satu sama lain, seolah Kaniya telah terperangkan dalam lautan gelap karena bola mata biru Daniel. “Ya—ya. Saya—saya suka dengan sentuhan, Tuan Daniel,” jawab Kaniya yang tanpa sadar mengeluarkan suara sedikit bergetar ketika merasa sentuhan tangan Daniel mulai merambat menuju area punggungnya yang terbuka. Tangan dingin pria itu seketika berhasil membuat tubuh Kaniya merinding ketika dengan pelan, tapi pasti mengusap dan meraba punggung kecilnya yang terbuka lebar dengan cara yang begitu seduktif. Tanpa sadar Kaniya kedua tangan Kaniya mulai meraba lengan kekar Daniel untuk mencari penopang karena tubuhnya terasa melemas dengan cara yang luar biasa. Kedua mata bulatnya setengah menutup, mengikuti arah bibir Daniel yang semakin mendekat ke arah bibirnya. Seolah pria itu hendak mencumbunya, dan tanpa diduga Kaniya justru tanpa sadar menanti langkah bibir pria itu selanjutnya. Kedua tangan Kaniya merambat ke atas menuju area tulang selangka Daniel yang terekspos sebagian di balik bathrobe putih yang dikenakannya, lalu bertengger dengan nyaman di atas d**a bidang pria itu dengan tidak tahu dirinya. Sesekali Kaniya meremas bathrobe Daniel untuk menahan gejolak panas dalam tubuhnya yang tiba-tiba muncul hanya karena posisi yang begitu intim di antara mereka saat ini. Kaniya terpana ketika bibir seksi Daniel tiba-tiba beralih menyeringai dengan tipis yang justru semakin membuatnya terlihat seksi di matanya. “Bagaimana ini? Kenyataannya aku sendiri yang merasa jijik dengan sentuhanmu, Nona Kaniya.” Bagai disiram dengan air es, pikiran Kaniya menjadi kosong seketika dengan tubuh yang membeku di tempat. Dalam keterdiamannya Kaniya masih mencerna apa yang baru saja dikatakan pria itu, sementara Daniel sendiri semakin tersenyum lebar melihat bagaimana memalukannya gadis itu saat ini. Kaniya terlihat membeku dengan raut wajah yang begitu terkejut dengan apa yang telah dikatakannya. Sekali lagi Daniel telah berhasil membuat harga diri Kaniya jatuh sedalam-dalamnya, malam ini. Secara perlahan pria itu mulai memisahkan diri dari kerapatan tubuh mereka berdua, dan menatap puas wajah Kaniya yang kini sudah seperti kepiting rebus. Ya, Kaniya memang pantas untuk mendapatkan ini semua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN