Dalam lorong kecil nan panjang dengan nuansa diselimuti warna putih, langkah kecil dari seorang gadis terdengar cukup keras. Perlahan demi perlahan langkah kaki itu semakin cepat dan cepat, tidak memedulikan tempat yang dilaluinya tidak seharusnya menjadi ramai. Dalam langkah cepatnya, Kaniya tidak bisa menahan ekspresi wajahnya yang telah siap meledak menumpahkan air mata seiring dirinya semakin mendekati ruang UGD, tempat di mana Kalio harusnya ditangani saat ini.
“Dokter!” seru Kaniya dalam langkah cepatnya ketika gadis itu menangkap sosok dari pria berbaju putih yang baru saja keluar dari ruangan tersebut. Mendengar seruan Kaniya, Dokter itu langsung menoleh ke arah Kaniya dan menunggu sebentar hingga gadis itu berdiri di hadapannya.
“Dokter, bagaimana kondisi adik saya?!” tanya Kaniya dengan tidak sabar. Jantungnya sudah berdetak cepat tidak keruan sejak dirinya mendapat panggilan dari Rumah Sakit mengenai Kalio, dan semakin berdetak kencang hingga membuatnya terasa sakit ketika Kaniya telah memastikan bahwa Kalio memang berada di tempat yang tengah dimasukinya ini.
Nona Kaniya, kami dari Rumah Sakit City H ingin melaporkan bahwa ada pasien bernama Kalio baru saja datang dengan penuh luka di tubuhnya. Kami harap anda sebagai Wali bisa datang dengan segera untuk membantu proses administrasi dan lainnya.
Tidak bisa dipungkiri betapa lemasnya Kaniya ketika mendengar berita tersebut. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Kalio, Kalio, apa yang terjadi dengan anak itu? Apa yang terjadi hingga dia masuk ke rumah sakit dengan kondisi tubuh penuh luka itu? Harusnya Kalio sudah pulang ke rumah saat ini dan menunggunya pulang dengan tenang. Kenapa? Kenapa?
Berbagai macam pertanyaan langsung muncul memenuhi isi pikiran Kaniya hingga gadis itu menjadi linglung untuk beberapa saat. Ketakutan akan kehilangan Kalio membuat gadis itu tidak bisa berpikir dengan benar. Meski begitu Kaniya tetap memaksa tubuhnya untuk bergerak pergi menuju rumah sakit untuk memastikan bahwa pria itu tidak mungkin ada di sana.
Nyatanya setelah Kaniya sampai di tempat, apa yang telah disampaikan pihak rumah sakit dalam telepon memang benar adanya. Kalio, dengan seragam sekolah dipenuhi darah segar tergeletak lemas tidak sadarkan diri dalam penanganan pihak rumah sakit. Entah apa penyebabnya, Kaniya akan segera mengetahui hal itu setelah dirinya menyelesaikan urusannya dengan pihak rumah sakit dan membiarkan mereka menangani Kalio terlebih dahulu.
“Terjadi benturan keras pada belakang kepalanya serta satu tusukan dan beberapa luka pukulan. Nampaknya dia baru saja mengalami perkelahian. Kondisinya sangat serius dan saya harap anda bisa mengurus administrasi secepatnya untuk kami melakukan operasi sebentar lagi.”
Suara Dokter itu terasa menggema dalam gendang telinga Kaniya setelah mendengar penjelasan itu. Benturan pada kepala, dan luka tusukan? Apa saja yang sebenarnya telah terjadi? Kenapa Kalio bisa menerima semua itu. Air mata tanpa ragu langsung menetes dari pelupuk matanya. Kaniya merasa lemas di tempat. Tapi tidak. Dirinya harus segera mengurus administrasi untuk proses operasi Kalio segera.
“Baik. Tolong segera lakukan operasinya, Dok. Tolong selamatkan adik saya,” pinta Kaniya. Setelah itu dia segera berlari menuju tempat p********n. Lalu beberapa saat kemudian Kaniya berakhir terpaku di tempat dengan berkas di tangannya. Berapa digit yang terhitung di sana?
Kaniya tidak bisa membaca semua keterangan secara detail, karena tatapan mata gadis itu langsung tertuju pada total p********n penting yang harus dibayarnya saat itu juga. Kaniya pusing. Bagaimana dirinya bisa mendapatkan uang dalam jumlah besar hanya dalam sekejab.
“Kami hanya bisa menunggu sampai esok, Nona Kaniya. Karena pasien perlu secepatnya mendapat penanganan,” ujar pihak rumah sakit yang semakin tidak membantu Kaniya untuk menjadi lebih tenang.
“Uhk!” Kaniya meremas tagihan p********n itu, menundukkan kepala seolah tidak ingin menunjukkan betapa tidak berdayanya dirinya dalam menanggung semua itu, nyatanya semua orang yang melihat jelas tahu bahwa Kaniya tengah dalam kesulitan dari berbagai sisi.
“Kalio ... Kalio, tunggu aku, Sayang. Aku pasti akan menyelamatkanmu. Aku janji!” tekad Kaniya dengan bulat. Entah apa yang harus dilakukannya untuk mencari uang itu, Kaniya pasti akan mendapatkannya demi keselamatan Kalio.
Hari-hari sebelumnya sejak Kaniya meninggalkan perusahaan, kehidupan Kaniya dan Kalio terlihat damai seperti biasa. Kaniya bertingkah seolah tidak ada apa pun yang terjadi di tempat kerjanya sehingga Kalio tidak menyadari hal itu. Baik Kaniya dan Kalio berangkat bersama tiap pagi seperti biasa. Bedanya, jika Kalio melanjutkan perjalanan ke sekolah, maka Kaniya kini segera berbalik arah menuju tempat lain untuk melamar pekerjaan.
Tentu saja semua tidak berjalan lancar seperti biasanya. Sudah 5 hari sejak kejadian itu Kaniya mencari pekerjaan dan berpura-pura tenang di depan Kalio, akan tetapi gadis itu tetap tidak kunjung mendapat pekerjaan. Sempat dirinya diterima dalam satu kafe, akan tetapi hanya dalam satu hari saja Kaniya dilempar keluar tanpa ada alasan yang jelas.
Hal itu membuat Kaniya merasa bingung dan sempat merasa putus asa. Namun sekali lagi, kehadiran Kalio selalu berhasil menjadi obat penyemangat Kaniya untuk tetap melanjutkan langkah pencarian. Hingga suatu hari akhirnya Kalio menyadari semua.
“Kenapa kau menyembunyikan ini semua, Kak?”
Suatu hari Kalio bertanya. Kaniya tidak menyangka bahwa Kalio akan datang ke tempat mantan perusahaannya hanya untuk mengantar barang Kaniya yang tertinggal. Karena saat itu Kalio kembali pulang untuk mengambil buku catatan yang tertinggal, Kalio melihat ponsel Kaniya tergeletak begitu saja di atas meja. Karena itu, Kalio segera mengantar ponsel itu menuju tempat kerja Kaniya yang seharusnya. Namun apa yang didapat setelah Kalio datang ke tempat itu adalah hal yang mencengangkan.
“Heh, jadi kau adik dari gadis perayu itu? Bagaimana kabar Kaniya? Apa dia sudah mendapatkan tempat yang baru? Sayang sekali kita tidak bisa melanjutkan kesenangan itu karena adanya pengganggu. Katakan padanya, dia bisa datang padaku jika dia membutuhkan bantuan. Aku bisa memberikan apa yang dia mau, hahaha ...” ujar pria m***m yang telah membuat Kaniya dikeluarkan dari perusahaan tersebut.
Kebetulan sekali pria m***m itu tengah berada di tempat ketika Kalio datang mencari Kaniya untuk mengantarkan barang. Dengan wajah tengilnya pria itu segera mendekati Kalio untuk mendapatkan informasi mengenai Kaniya. Nampaknya pria itu tidak bisa melupakan wajah Kaniya hingga membuatnya ingin menjalin hubungan lanjutan dengan gadis itu.
Dia tidak mengetahui bahwa ucapan tengilnya itu telah berhasil menyulut api dalam diri Kalio. Dari percakapan pria itu bersama dengan teman-temannya mengenai Kaniya, kurang lebih Kalio menyadari apa yang telah terjadi pada Kakaknya sehingga gadis itu akhirnya keluar dari perusahaan ini.
Tentu saja Kalio tidak bisa tinggal diam. Pria itu tanpa ragu langsung berlari menuju karyawan tersebut dan menghajarnya habis-habisan hingga membuat tempat itu akhirnya ramai oleh orang yang melihat. Atas bantuan penjaga dan beberapa karyawan pria di sana, akhirnya perkelahian itu berhasil dihentikan.
Kalio benar-benar menunjukkan betapa marahnya dia atas apa yang terjadi dengan Kaniya, terbukti dengan pukulan yang didapat pria m***m itu yang membuat wajahnya babak belur penuh darah. Kini Kalio telah berdiri di depan Kaniya dengan raut wajah marah disertai kekecewaan yang amat besar pada gadis itu.
Kalio tidak marah akan perginya Kaniya dari perusahaan itu. Melainkan Kalio sangat marah dan kecewa karena gadis itu mencoba menutupi semua kejadian itu darinya. Kalio merasa dirinya tidak berguna dan tidak pantas untuk menjadi tempat bersandar Kaniya.