Kini Cassandra telah berada di dalam sebuah mobil sporty yang di kendarai bodyguard pelanggannya malam itu. Sambil sedikit meringis akibat luka di bibir dalamnya karena gigitan kasar Alex beberapa saat tadi, Cassandra memberanikan diri untuk bertanya pada bodyguard tersebut.
"Ehm... Kalau aku boleh tahu, siapa bos-mu itu?"
Laki laki berwajah garang itu melirik Cassandra dari balik kaca spion tengah yang ada di dalam mobil tersebut. Tidak ada senyum di wajahnya, tidak ada ekspresi amarah juga di sana, membuat Cassandra bergedik ngeri menyaksikan tatapannya. Padahal, laki laki itu menggunakan kacamata hitam, tapi rasanya Cassandra seolah akan dikuliti oleh laki laki itu.
'Gila, ini bodyguard serem banget sih. Untung aja pelanggannya bukan dia, bisa kalang kabut aku di buatnya,' batin Cassandra.
Jarak dari klub mewah tempat dirinya bertemu Madan hingga ke hotel bintang lima itu tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit saja, dan mereka telah tiba.
Seperti biasanya, sebelum memasuki hotel yang akan menjadi tempatnya mengais pundi rupiah, Cassandra selalu menggunakan kacamata hitam dan mengikat rambutnya ke atas. Untuk apa? Entahlah, yang jelas Cassandra selalu menyukai gayanya tersebut sebelum menyambut pelanggannya di dalam kamar hotel.
Tanpa banyak bicara, Cassandra mengikuti pergerakan langkah bodyguard tersebut yang membawanya hingga berada di lantai dua puluh dua. Langkah Cassandra melambat saat tubuh bodyguard itu berhenti tepat di depan pintu yang di yakini Cassandra adalah President suite, kamar dengan pelayanan lengkap nomor satu di hotel tersebut.
Entah kenapa nyali Cassandra menciut seketika, padahal ini bukan untuk yang pertama kalinya dirinya akan bertemu dengan pelanggan kaya rayanya. Namun, ini baru yang kedua kalinya Cassandra menginjakkan kakinya di President suite hotel untuk memuaskan hasrat pelanggannya, setelah malam sial yang merenggut paksa keperawanannya enam bulan yang lalu. Sebelumnya, para pelanggan Cassandra hanya akan menyiapkan kamar hotel dengan fasilitas terbaik nomor dua. Hal ini membuat Cassandra berpikir, apakah pelanggannya orang yang sama dengan malam itu--laki laki tua b******n yang tidak memiliki hati saat mencumbuinya secara brutal.
"Silahkan masuk, Nona," ucap bodyguard itu setelah pintu kamar tersebut terbuka dari dalam dan menampilkan seorang pria berpakaian formal dengan wajah yang terlihat tampan.
Cassandra langsung tersadar dari lamunan menjijikkan enam bulan yang lalu. Rasanya saat ini juga Cassandra ingin memaki semua laki laki yang bertemu dengannya. Tapi, melihat kegarangan wajah laki laki di hadapannya membuat Cassandra mengurungkan niatnya.
"Oh, ok..." Menampilkan senyum palsu di wajahnya, lalu menatap laki laki lainnya yang sedang menatapinya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Cassandra?" tanya laki laki yang berdiri di balik pintu dari arah dalam.
"Yes, i'm," sahut Cassandra tanpa melepas kacamatanya.
'Benar itu dia. Tidak aku sangka penampilannya berubah derastis. Sikapnya juga terlihat lebih dingin, mengalahkan dinginnya suhu ruangan di dalam,' batin laki laki itu dengan sebelah alis yang terangkat.
Melihat pelanggannya itu terdiam beberapa saat, akhirnya Cassandra sengaja mengeluarkan suara deheman, lalu melepaskan ikat rambutnya, membiarkan rambut panjang bergelombangnya terurai begitu saja. Ini juga termasuk dalam trik yang di lakukan Cassandra dalam menarik perhatian pelanggannya. Apakah Cassandra segenit itu? Jawabannya hanya menunggu beberapa saat lagi, dan kita semua akan mengetahuinya.
"Emm, sorry... Ayo masuk, kau sudah di tunggu." Laki laki itu melebarkan tangan kanannya untuk menghormati kedatangan Cassandra.
'Ha? Jadi bukan dia juga pelangganku? Ini apa apaan sih? Kenapa aku merasa di permainkan seperti ini?' batin Cassandra mulai kesal.
Tak ingin terburu buru dalam mengambil kesimpulan, Cassandra kembali melangkahkan kakinya, memasuki ruangan termewah di dalam hotel tersebut. Dari balik kacamatanya, Cassandra mengedarkan matanya, mengagumi setiap keindahan nuansa keemasan di dalamnya dengan berbagai fasilitas yang membuatnya takjub.
Langkah kaki Cassandra saat ini telah membawanya ke dalam salah satu kamar, dan kembali terhenti begitu mendengar sapaan laki laki yang menyambutnya dengan seseorang yang tampak duduk di sofa tunggal di dalam kamar itu.
"Tuan Muda, Nona Cassandra telah berada di sini," ucap laki laki bersetelan formal itu.
"Pergilah. Dan jangan ganggu waktuku sampai aku yang memintamu untuk kemari." Suara bariton yang mendominasi kamar berukuran luas itu mampu membuat Cassandra penasaran pada sosok laki laki yang di panggil Tuan Muda itu. Pasalnya, laki laki tersebut sedang menutup wajahnya dengan majalah bisnis yang di pegangnya.
"Baik, Tuan Muda." Menundukkan kepalanya sopan, lalu pergi meninggalkan kamar tersebut.
Tanpa menunggu aba aba, Cassandra berjalan mendekati Tuan Muda yang belum di kenali namanya itu.
"Selamat malam, Tuan Muda," ucap Cassandra di iringi dengan kacamatanya yang terangkat ke atas.
Perlahan majalah yang menutupi wajah laki laki itu menyingkir dan menampilkan keseluruhan wajah Tuan Muda.
'Ah sial, kenapa tampan banget sih pelangganku kali ini.'
Cassandra menelan salivanya kasar, senyum tipis di bibirnya terurai dengan kedua mata yang tertunduk ke bawah untuk menghilangkan rasa kagumnya itu. Bagaimana pun juga, Cassandra tidak akan pernah ingin melibatkan hati dan perasaannya pada setiap pelanggannya. Baginya, tidak ada satu pun laki laki yang pantas untuk menerima perasaan cintanya, setelah kejadiaan malam itu.
"Anda terlambat, Nona." Seringai licik terlihat jelas di wajah pelanggan Cassandra.
"Benarkah? Apa itu menjadi masalah buat anda, Tuan Muda?" sahutnya santai.
Laki laki yang menggunakan bathrobe berwarna putih itu berdiri dari duduknya, mendekati Cassandra lalu berjalan mengitari tubuh sexi nan menggoda Cassandra.
"Aku membayar mahal untukmu, apakah pantas aku menerima keterlambatanmu ini?"
"Aku bisa mengganti rugi keterlambatanku ini, Tuan Muda. Anda tenang saja." Suara Cassandra di buat setenang mungkin, padahal rasa gugupnya mulai menjalar ke tubuhnya, karena secara tak sengaja hidungnya mencium aroma maskulin yang dominan dari tubuh pelanggannya itu.
Pelanggan Cassandra menghentikan pergerakan kakinya tepat di belakang Cassandra. Perlahan tangannya menyibak rambut panjang bergelombang Cassandra dan meletakkannya kedepan, lalu mendekatkan wajahnya di tengkuk Cassandra, sambil berbisik, "katakan padaku, bagaimana caramu akan menggantinya?"
Seketika sekujur bulu roma Cassandra berdiri saat merasakan hangat napas yang keluar dari melalui hidung dan mulut pelanggan muda dengan sejuta pesonanya itu.
Cup...
Ciuman lembut nan basah itu mendarat di leher jenjang Cassandra dari arah belakang, membuat Cassandra menggerakkan sedikit kepalanya karena sensasi geli yang dirasakannya.
'Sial, kenapa aku lemah gini sih? Sadar Cassandra, sadar. Bukan dia yang harus memulai permainannya, tapi kamu? Kamu harus menjalankan misi kamu seperti biasanya,' batin Cassandra menyadarkan kembali kewarasannya yang nyaris terbuai.
"Katakan, Honey... Cara apa yang akan kamu gunakan, hmm...?"
_____________
Hai readers...
Jangan lupa tap love biar gak ketinggalan update setiap harinya ya...
Terima kasih...