~Seandainya adalah satu kata yang tidak bisa menyembuhkan sebuah luka atau pun mengembalikan keadaan menjadi lebih baik. Hanya ada dua pilihan dalam hidup ini, maju dengan segala rintangan yang ada atau mundur meski pun harus terpuruk~
***
Enam bulan kemudian.
Jakarta memang tidak pernah terlepas dengan dunia malamnya yang seakan tak pernah mati, sama seperti perempuan berparas cantik bertubuh sexi yang sudah terbiasa dengan kehidupan malam yang gemerlap.
Tak perlu menggunakan pakaian yang minim dan nyaris menampakkan seluruh tubuh, Cassandra hanya cukup memakai off the shoulder lace crop top berwarna hitam, di padukan dengan rok jeans ketat di atas lutut beraksen sobek di bagian pahanya. Tidak terlalu mencolok, tapi berhasil menjadi pusat perhatian para lelaki tampan dari yang muda hingga tua yang berada di dalam klub malam tersebut.
Tanpa ragu, Cassandra melenggang santai melewati kerumunan manusia yang sedang meliuk liukkan tubuh mereka di iringi dentuman musik yang di bawakan oleh DJ perempuan yang berpenampilan sangat sexi.
Dengan sikapnya yang terkenal dingin, Cassandra mendatangi sebuah meja VIP yang tengah di duduki oleh seorang dua orang perempuan beda usia serta satu laki laki berusia yang hampir memasuki kepala empat yang tengah duduk sambil memangku seorang perempuan muda di antaranya.
'Cih... Aku akan merebut semuanya dari kamu, agar kamu tahu kehilangan sesuatu yang berharga itu sangat menyakitkan,' batin Cassandra menyeringai.
"Hei, sayang. Kamu sudah di sini? Madam kira kamu enggak mau datang kayak biasanya," ucap perempuan paruh baya yang menggunakan full make up yang sering di panggil sebagai Madam sambil berdiri mendekati Cassandra.
Cassandra tersenyum tipis, lalu menarik tubuh Madam dan mencium pipi kiri dan kanan madam secara bergantian.
"Ya ... sepertinya aku harus datang." Melirik perempuan yang sedang beraksi menggoda pria matang yang kini justru mengarahkan tatapan laparnya pada Cassandra.
"Sini, duduk." Madam menarik tangan Cassandra dan mendaratkan pantatnya di atas sofa empuk berwarna coklat itu. "Tuh di minum. Madam pesan khusus untuk kamu loh." Mengarahkan wajahnya ke atas meja yang telah tersedia beberapa botol minuman alkohol dengan berbagai merek ternama serta gelas kaca berkaki.
Cassandra sendiri sebenarnya tidak terlalu suka mengkonsumsi alkohol. Selain tidak bisa minum, dia juga harus mengontrol kesadarannya agar pekerjaannya berjalan dengan baik. Tapi, demi menjaga jaga dari cibiran rekan lainnya, Cassandra terpaksa meneguk sedikit minuman itu .
"Jadi, aku free malam ini, Madam?" Mengambil gelas kaca yang telah berisi minuman alkohol dengan begitu elegan.
Madam memainkan bola matanya ke kiri dan kanan dengan bibir yang bergerak maju mundur seakan sedang berpikir keras untuk menjawab pertanyaan dari 'anak asuh' kesayangannya itu.
Mendengar kata free, entah kenapa laki laki yang duduk di hadapannya itu segera bersemangat, matanya berbinar binar seolah mendapat santapan daging segar di depan matanya. Bahkan kini tangannya mendorong tubuh perempuan yang sejak tadi bergerak menggodanya dan nyaris membangkitkan keperkasaannya, hingga perempuan yang berpakaian seperti menggunakan handuk itu turun secara paksa.
"Kenapa? Aku kan lagi bangunin juniior kamu," ucapnya dengan nada yang di buat semanja mungkin.
Tak menghiraukan perempuan yang telah di pilihnya itu, laki laki itu justru mengulurkan tangannya pada Cassandra. "Temani aku malam ini, Baby."
"Tapi, Alex. Malam ini aku yang bertugas memuaskanmu, kamu sendiri yang sudah memilihku dari Madam. Kamu enggak bisa seenaknya aja dong," teriak perempuan itu dengan api amarah yang berkobar kobar.
"Aku sudah enggak bergaiirah denganmu, Reyna." Laki laki bernama Alex itu melemparkan tatapan jijik pada Reyna.
Amira menggeram kesal, sebelah kakinya menghentak keras lantai bangunan itu. "Kurang sexi apa lagi sih aku? Nanti saat kita di kamar, kamu bisa melihat semua aset milikku yang indah ini. Ayolah, Alex. Kita bisa pergi sekarang juga jika kamu mau." Kata kata menjijikkan itu meluncur bebas dari mulut Reyna--perempuan yang telah menjebak Cassandra enam bulan yang lalu, sampai akhirnya Cassandra membenci tubuhnya sendiri dan memilih untuk bekerja menjadi wanita pemuas nafsu birahi hidung belang.
Seringai licik tercetak jelas di wajah Cassandra. Sudut bibir menawannya tertarik ke atas menyaksikan drama yang sedang di gelar oleh mantan temannya itu.
"Emm... Sepertinya aku butuh beristirahat malam ini." Cassandra menyentuh ujung jari jari Alex sekilas. Dirinya berniat berdiri dari duduknya. Sampai tangan Madam menghentikannya.
"Cassie, sebenarnya ada satu pelanggan kamu yang sudah membayar full, bahkan dua kali lipat." Madam mendekatkan bibirnya di telinga Cassandra. Berniat untuk menyembunyikannya dari Reyna dan Alex.
Jelas saja Cassandra bersemangat mendengar kata 'dua kali lipat' dalam ucapan Madam itu. Tapi, bukan Cassandra namanya jika tidak bisa menyembunyikan ekspresi girangnya karena akan menerima pundi pundi rupiah yang mengalir deras di rekeningnya. "Katakan dimana alamatnya, Madam."
Madam menggelengkan kepalanya, lalu ia mengarahkan wajahnya ke sisi kanan Cassandra. "Kamu sudah di jemput sejak tadi."
Cassandra segera mengikuti pergerakan arah wajah Madam, di sana matanya bisa melihat seorang laki laki bersetelan serba hitam, berkepala plontos lengkap dengan kacamata yang menyangkut di batang hidungnya.
'Astaga, menyeramkan banget sih. Masa iya aku harus melayani orang seperti itu. Pasti misiku sulit untuk berjalan lancar ini,' batin Cassandra dengan perasaan was was.
"Pergilah, layani dia dengan baik. Bukan enggak mungkin kamu bisa mendapatkan bonus darinya, sayang." Madam mengedipkan sebelah matanya pada Cassandra.
Cassandra tidak akan menolak siapa pun pelanggan yang berani membayarnya lebih, apalagi dua kali lipat seperti ini. Pasalnya, tarif dalam satu kali kencan saja, dirinya mematok harga puluhan juta, mengingat pamor Cassandra semakin melejit setelah bergabung menjadi anak asuh Madam, menggeser posisi Reyna yang hanya bertarifkan belasan juta saja. Cassandra menganggukkan kepalanya, dan segera berdiri untuk menjalankan pekerjaan rutinnya yang hampir setiap malam tidak pernah absen.
"Oh, akhirnya kamu setuju, Baby." Alex tanpa aba aba memeluk tubuh Cassandra yang hendak berjalan melewatinya.
"Sialan!" guman Cassandra kesal sambil mendorong paksa d**a Alex. "Lepasin aku. Aku harus pergi."
Alex tak menghiraukan ucapan Cassandra yang masih terdengar jelas di telinganya. Dengan nafsu yang sudah di ubun ubun, Alex mencecap bibir menawan Cassandra. Membuat Madam menggelengkan kepalanya dengan kelakuan laki laki yang telah memiliki istri dan seorang anak itu.
"Bajiingan, lepasin." Kembali Cassandra mendorong kasar d**a Alex hingga bibirnya berhasil bebas dari lumatan kasar Alex.
Bruk...
Tubuh Alex jatuh ke lantai saat seorang pria berkepala plontos bertubuh kekar itu menghantam wajah Alex yang di penuhi dengan hasrat menggebu itu.
"Dia milik bos ku, malam ini. Jangan berani menyentuhnya lagi," geram laki laki itu.
'Haah? Bos? Ternyata dia hanya bodyguard laki laki hidung belang yang telah membayarku dua kali lipat?' batin Cassandra terperangah.
Tak ingin berlama lama lagi di sana, setelah puas menghantam Alex, laki laki itu meminta Cassandra untuk mengikutinya keluar dari dalam bangunan klub mewah nan berkelas itu.
Kini Cassandra telah berada di dalam sebuah mobil sporty yang di kendarai bodyguard pelanggannya malam itu. Sambil sedikit meringis akibat luka di bibi dalamnya karena gigitan kasar Alex beberapa saat tadi, Cassandra memberanikan diri untuk bertanya pada bodyguard tersebut.
"Ehm... Kalau aku boleh tahu, siapa bos-mu itu?"