Gangguan Pria Asing

1002 Kata
Joe mengangguk patuh, tidak mungkin baginya untuk melanggar apa pun bentuk perintah yang di berikan William. "Baik, Tuan muda." Menutup kembali MacBook. "Dan jangan lupa, pindahkan file dua rekaman itu ke ponselku." "Tuan muda, hanya mengingatkan, siang ini jam satu ada pertemuan penting dengan pimpinan perusahaan asing." Sebagai sekretaris pribadi, sudah menjadi kewajiban Joe untuk mengingatkan hal penting seperti ini pada Tuan mudanya. William menganggukkan kepalanya. "Aku akan bersiap." Joe segera keluar dari dalam kamar setelah semuanya selesai. Dia tak ingin berlama lama melihat wajah William yang berubah seratus delapan puluh derajat dari biasanya. Karena sebenarnya William bukanlah tipe bos yang mengerikan dan tak punya hati. Tapi, jika sudah marah, tak akan ada satu pun yang berani mendekatinya, termasuk Joe yang telah mengabdi selama tiga tahun lebih sebagai orang kepercayaannya. Sambil mengenakan seragam formalnya, William terus menggeram dalam hati. Kekesalannya saat ini akan berujung tidak baik untuk Cassandra nantinya. William tidak akan membiarkan Cassandra terus membodohinya. Bayangan wajah Cassandra yang tersenyum mengejeknya di dalam rekaman cctv beberapa saat tadi, tak ingin pergi dari benaknya. Dan itu semakin membuat William tak sabar untuk menantikan malam tiba. *** Di tempat yang berbeda, Cassandra sedang sibuk memilih beberapa pakaian yang akan di bawanya untuk kembali ke hotel. Mau tidak mau dia harus melakukannya. Sejak tadi, panggilan yang di lakukannya di dalam ponsel tak kunjung tersambung. Padahal ini sudah panggilan yang ke empat. "Sialan nih mak lampir!" cibirnya membanting kasar ponselnya ke atas kasur. "Sengaja banget ya enggak angkat telponnya. Apa maksudnya ini? Kelewatan!" Ponsel Cassandra kembali berbunyi, tapi kali ini nada notifikasi pesan singkat yang masuk. Tangan Cassandra langsung meraih ponselnya yang tergeletak di ujung kasur. Bola matanya berputar begitu membaca isi dari pesan masuk tersebut. [Waktumu tinggal satu jam tiga puluh menit, Honey. Jangan lupa persiapkan diri dengan sempurna. Kamu enggak akan pernah melupakan permainanku nanti malam, Honey.] "Cih... Kita lihat aja nanti malam, Tuan muda. Permainan apa yang bisa kamu mainkan saat berada dalam kendaliku." Tersenyum mencemooh. Cassandra sangat yakin dan percaya diri. Padahal, dia tidak tahu hal besar apa yang telah di ketahui oleh pelanggaannya itu. Satu pesan kembali masuk, membuat mata Cassandra terfokus lagi pada layar benda pipih yang ada di tangannya itu. [Ingat, jangan pernah berpikir untuk kabur dariku] "Haaah... Terserah." Melempar kembali ponselnya ke atas kasur. Cassandra merebahkan tubuhnya sebentar di atas kasur kontrakannya yang berukuran kecil itu. Matanya terpejam sambil menghirup udara sebanyak mungkin. Rasa lelah selalu Cassandra rasakan jika sedang berada sendiri seperti ini. Terkadang terlintas di benaknya untuk kabur dan meninggalkan semua pekerjaan hinanya itu. Hanya saja, kesulitan ekonomi yang tengah di hadapi keluarganya, membuat Cassandra tak bisa putar kepala. Cassandra berdiri, merogoh laci di dalam lemari bajunya. Mengambil beberapa botol yang berisi obat tidur di dalamnya, lalu memasukkannya di bawah selipan baju di dalam koper kecil yang akan dia bawa. "Bantu aku, lancarkan urusanku selama enam hari ini," gumannya memohon. Sudah tidak ada waktu lagi. Cassandra harus segera kembali ke hotel. Saat Cassandra baru saja keluar dan ingin mengunci pintu rumahnya. Seorang laki laki muncul mengagetkannya. "Ayo puaskan aku, cantik. Aku akan membayar berapa pun yang kamu mau. Ayo..." Laki laki bertubuh tak terlalu tinggi berjalan gontai mendekati Cassandra, dia berniat ingin memeluk dan menyentuh tubuh Cassandra. Di lihat dari penampilannya, laki laki yang berusia sekitar tiga puluhan itu sedang mabuk parah. Aroma alkohol juga tercium jelas oleh Cassandra. "Pergi sana," kata Cassandra berusaha menghindar dari laki laki itu. Laki laki itu justru bersiul melihat kemolekan tubuh Cassandra. Dia mengikuti terus pergerakan kaki Cassandra yang sudah membawanya ke luar dari area kontrakannya dan berjalan untuk menggapai ujung gang. "Ayolah cantik, kamu pasti akan puas denganku. Aku banyak uang, aku bisa kasih kamu lebih dari pada laki laki yang pernah menidurimu itu." Kata kata dari laki laki itu sukses membuat Cassandra menghentikan langkahnya. Hatinya sakit sekali. Meski pun memang benar anggapan perempuan malam melekat pada dirinya, tapi tak sekali pun Cassandra pernah di tiduri oleh laki laki kecuali malam sialan itu. "Jaga mulutmu, Dude!" bentaknya dengan suara yang tinggi. Laki laki yang tak di kenali oleh Cassandra itu justru tertawa terbahak sambil berpegangan pada tembok gang. "Jangan munafik, cantik. Semua warga di sini juga tahu kalau kamu itu perempuan bayaran yang murahan." Cassandra mengayun tangannya tinggi tinggi, dan mengarah pada wajah laki laki itu. Plaak... Tamparan keras berhasil Cassandra daratkan dengan sempurna di wajah laki laki mabuk itu. "Jaga mulutmu, bajiingan!" katanya menggeram. Tak ingin berlama lama di sana, Cassandra kembali melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Sayangnya, laki laki itu berhasil mengambil alih tangan Cassandra hingga membuat langkah Cassandra terpaksa terhenti. "Bangsaat. Beraninya kamu bilang aku bajiingan." Bergerak memaksa untuk melecehkan Cassandra dengan kekuatannya yang masih tersisa. "Lepaskan, lepaskan aku bajiingan," teriak Cassandra sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kuat laki laki itu. Sialnya lagi, dia sudah melewati jauh rumah rumah warga dan hanya tembok yang ada di kiri kanannya. Menyulitkan Cassandra untuk bisa terlepas dari bajiingan itu. "Teriaklah sesuka hatimu, murahan. Enggak akan ada satu pun manusia yang bisa menolongmu. Aku ingin menikmati tubuh molekmu ini sampai benar benar puas." Cuih... Dengan keberanian yang dia miliki, Cassandra berhasil meludahi wajah laki laki itu. Muak, marah, kesal, terhina, semuanya telah menjadi satu di dadaa Cassandra dan membuatnya terasa sesak. Sekuat apa pun dia ingin kabur, nyatanya tetap saja tak bisa. Terlebih saat ini laki laki itu menatapnya dengan wajah yang memerah padam akibat kemarahannya. "Kamu akan menyesal, lontee," geramnya. Tangan laki laki itu bergerak sangat cepat. Dia mematikan pergerakan Cassandra dengan cara menyudutkannya di tembok, sebelah kakinya dia gunakan untuk mengunci kaki Cassandra yang masih bergerak. Dan sebelah tangannya lagi mulai bergerilya di leher Cassandra. Butuh sedikit pergerakan lagi untuk tangannya menyelinap masuk ke dalam pakaian Cassandra dan menyentuh buah dadaa Cassandra yang aduhai. Sampai akhirnya... Buuuuukk... Tubuh laki laki mabuk itu tersungkur di hadapan Cassandra. Dia tergeletak di sudut tembok. "Sial, beraninya memukuliku?" kata laki laki itu berusaha bangkit. Tapi, belum sempat bangkit, sebuah pukulan kembali mendarat di wajahnya, di lanjutkan dengan tendangan yang begitu kuat mengenai bagian kakinya, membuatnya tak bisa berkutik lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN