Pada hari berikutnya, Irhea baru selesai mengikuti pelatihan fisik. Dia mengusap peluh yang membanjiri area wajahnya. Seluruh tubuhnya kini terasa sangat lengket, dipenuhi dengan keringat. Dia merasa sangat lelah dan berniat untuk segera kembali ke asrama.
Saat dia sedang melangkah, tiba-tiba terdengar suara bisik-bisik gosip. Jika itu gosip biasa, dia tidak akan peduli. Namun, kali ini yang dibicarakan oleh murid-murid itu adalah Shiera. Ini membuat rasa ingin tahunya dibangkitkan.
“Kau tahu? Kemarin aku bertemu dengan Kakak Senior Shiera,” ujar seorang murid laki-laki berbadan gempal.
“Kenapa kau harus mengatakan hal itu padaku? Aku tidak tetarik,” sahut yang lain.
“Tunggu dulu. Masalahnya, ini sedikit berbeda. Kau tahu? Seluruh tubuh Shiera dibalut dengan kain. Kurasa dia terluka serius.”
“Terluka serius?” Murid-murid lain mulai penasaran. “Kenapa dia bisa terluka? Apa seseorang mencoba menyerangnya?”
“Anehnya … dia terluka oleh serangan airnya sendiri. Temanku sempat melihat dia berlarian bersama kelompoknya dari arah gerbang samping asrama.”
Kening Irhea sedikit berkerut. Mereka bilang Shiera terluka? Apa itu terjadi setelah Eukela membalikkan serangan Shiera? Terakhir kali dia sempat bentrok dengan Shiera, lalu Eukela menolongnya dengan cara membalikkan serangan airnya.
Dia yang memikirkan itu tanpa sadar langsung terkekeh. Suara kekehannya yang keras langsung menarik perhatian murid lain. Mereka pun seketika menoleh ke arahnya.
“Heh, Anak Bodoh, apa yang kau tertawakan?” tanya murid yang pertama kali membuka gosip.
Irhea menggelengkan kepalanya dengan santai. “Kalian pasti tidak tahu. Seseorang sudah membalikkan serangannya. Itulah kenapa dia terserang oleh serangan airnya sendiri.”
Seseorang yang mendengar itu langsung mendengkus. “Bagaimana kau bisa tahu? Jangan berlagak tahu!”
“Tidak. Aku hanya ingin mengatakan itu. Terserah kalian akan percaya atau tidak,” kata Irhea dengan acuh tak acuh. Setelah itu dia kembali meneruskan langkahnya yang tertunda.
“Huh, aku tidak tahu kenapa dia masih bisa berkata dengan acuh tak acuh seperti itu. Seolah kehidupannya sangat bagus. Coba aku tanya, kenapa dia masih bertahan menjadi murid di sini?”
“Apa yang kau katakan memang benar. Padahal kuyakin setiap hari pasti ada murid yang mengejek dan mencemoohnya,” bisik murid-murid di sana. Sekarang target gosipan mereka bukan lagi Shiera, melainkan Irhea.
“Entahlah, aku juga tidak tahu. Kurasa dia memang memiliki muka yang sangat tebal,” sahut yang lainnya.
Irhea tentu saja tidak memerhatikan bisikan-bisikan itu. Dia terlalu malas mengikuti para penggosip. Hidupnya saja sudah rumit, dia tidak ingin menjadi semakin rumit dengan mengurus urusan orang lain.
Meskipun begitu, hal-hal tentang Shiera sedikit mengganggu pikirannya. Bukannya apa, dia hanya khawatir satu hal. Siapa Shiera tentu semua orang tahu, yaitu murid dari asrama lantai tiga. Tentu saja itu murid yang banyak ditakuti oleh murid lantai satu dan dua.
Shiera terluka oleh serangan Eukela. Dia yakin masalah ini belum selesai. Dia khawatir Shiera akan datang lagi untuk membuat pembalasan. Apalagi perempuan itu memiliki banyak koneksi.
Guru-guru akademi juga banyak yang memperlakukan Shiera dengan baik karena wanita itu memiliki latar belakang yang bagus. Shiera jelas memiliki banyak dukungan. Sedangkan Irhea? Dia hanya memiliki Eukela.
“Huh .... Sebelum dia sembuh, aku harus bisa menyaingi kekuatannya,” gumam Irhea dengan penuh tekad. Ya, jangan sampai wanita itu datang kembali menyerangnya lalu dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Akhirnya dia segera kembali ke asrama dan bergegas membersihkan diri. Setelah itu apa yang dia lakukan? Pergi ke pemakaman! Ya, meskipun kemarin dia hampir ketahuan, tetapi dia tidak merasa jera. Dia masih ingin datang ke pemakaman untuk mendapatkan manfaat dari pohon ajaib itu.
Kali ini Irhea mencoba untuk tidak ceroboh. Dia memasuki pemakaman dengan sangat hati-hati. Setelah beberapa usaha, akhirnya dia bisa mengelabui para penjaga lagi.
Dia tiba di depan lingkaran pohon beringin tak berselang lama setelah itu. Karena pemakaman sangat sepi, dia pun melangakah menuju celah-celah pohon beringin. Namun, baru beberapa langkah dia langsung mundur.
Ada seseorang dalam sana. Itu tak lain adalah kepala akademi. Kening Irhea langsung berkerut. Daripada tertangkap oleh orang tua itu, dia memilih untuk bersembunyi di balik pohon.
“Bagaimana cara membuatnya tetap hidup?” Terdengar suara Mattis yang sedang berbicara dengan dirinya sendiri.
“Leluhur, maafkan aku yang ceroboh. Aku akan mencari cara untuk membuat pohon ini tetap hidup,” ucapnya sekali lagi. Setelah itu sosoknya mulai melangkah pergi meninggalkan pohon ajaib itu.
Irhea terus bersembunyi sampai Mattis benar-benar pergi. Setelah dirasa aman, barulah dia melompat masuk ke celah-celah pohon. Senyumnya langsung mengembang. Bagus. Jika Mattis berniat menghidupkan pohon itu maka dia juga akan mendapatkan keuntungan sendiri.
Dia mulai membuka tasnya dan mengeluarkan buku tebal yang berisi mantra-mantra sihir. Daripada belajar di tempat lain, lebih baik dia belajar di sana sambil menyerap kekuatan pohon ajaib.
Jika orang lain melihatnya, mungkin mereka akan berpikir kalau dia sudah gila. Bagaimana mungkin seseorang menghabiskan waktunya untuk belajar di dalam pemakaman? Apa dia tidak takut akan dihantui oleh mayat-mayat?
Tentu saja Irhea tidak pernah memikirkan tentang hantu. Di dunia ini tidak ada hantu bukan?
Hari ini juga dia menghabiskan waktunya dengan belajar memahami mantra-mantra sihir dan menghafal mereka. Dia bahkan mencoba mempelajari sihir dengan tingkat yang lebih tinggi.
Ketika hari sudah sore, barulah dia menutup bukunya dan bangkit dari tumpukan dedaunan kering. Perutnya mulai terasa lapar. Dia perlu makan sekarang.
Dengan hati-hati dia keluar dari wilayah pemakaman. Kebetulan saat itu penjaga gerbang sedang sibuk bergosip di post penjagaan. Akhirnya dia bisa keluar dengan cara mengendap-endap.
Irhea berlari cepat menuju ke asrama. Setelah itu dia pergi mengambil jatah makan siangnya yang terlewat. Bibi pembuat makanan di dapur menatapnya dengan datar. “Kenapa kau terlambat? Beruntung kami masih meninggalkan beberapa makanan, jika tidak kau akan kelaparan hari ini.”
“Maaf, aku memiliki urusan lain hari ini,” balas Irhea sambil memelas.
Bibi yang merupakan juru masak di akademi itu akhirnya menghela napas. Dia memberikan bungkusan makanan dengan hati-hati. “Aku menambahkan beberapa daging di sini.”
Kedua mata Irhea langsung berbinar. “Terima kasih,” ucapnya dengan senang. Dia segera menerima bungkusan itu dan membawanya pergi ke kamar asrama.
Duduk di kursi yang sudah sangan jelek, dia menunduk sambil membuka bungkusan. Beberapa rambutnya menjuntai dan terkulai di bahunya. Tiba-tiba dia melihat helaian rambut putih di sana.
Dengan ragu dia mengambil rambut putih itu. Dia pikir itu adalah rambut orang lain. Namun, ketika dia menariknya, rasa kesemutan langsung muncul di kulit kepalanya.
Keterkejutan langsung muncul di wajahnya. Tunggu. Apa itu berarti ini adalah rambutnya? Lalu apa itu juga berarti dia sudah mulai beruban?
Tidak mungkin!